<< Go Back
“SUSU Dan MADU.”
Pada waktu Allah berjanji untuk memimpin Israel kuno yang lalu ke dalam suatu tanah “yang melimpah dengan susu dan madu,” maka kondisi yang sedemikian ini belum pernah diperoleh secara nyata di Kanaan; maka sebab itu pernyataan itu hanya merupakan kiasan pada waktu itu yang menemukan kegenapannya dalam kenyataan bahwa di sanalah para nabi telah bernubuat dan menulis Alkitab itu, sehingga dengan demikian membanjiri tanah itu dengan “susu dan madu” —– yaitu kebenaran dan kesukaan.
Mengapa masih tetap lapar, Saudara-Sandariku, sementara terdapat persediaan makanan pengenyang jiwa yang sedemikian limpahnya dalam jangkauanmu? Jika sekiranya seleramu belum terlalu lesu, maka datanglah, dan makanlah “keju dan madu” yang segar ini. “Marilah, belilah olehmu air anggur dan susu tanpa uang dan tanpa harga.” Yesaya 55 : 1. Tetapi jika secara kebetulan anda telah kehilangan laparmu dan seleramu terhadap kebenaran, maka undanglah perwakilan-perwakilan penyalur kami. Pelayanan-pelayanan mereka adalah tanpa imbalan dan tidak terikat, dan menjamin dengan pasti hasil-hasilnya yang menggembirakan. Janganlah berlaku seperti orang-orang yang masih tetap menyombongkan diri bahwa mereka memiliki semua kebenaran, sehingga “tidak memerlukan apa-apa lagi.” Karena alasan mengapa Allah telah mengirim dan sedang mengirim suatu perbendaharaan “makanan pada waktunya” yang sedemikian ini ialah untuk mendemonstrasikan bahwa gantinya “tidak memerlukan apa-apa lagi,” mereka justru memerlukan segala perkara, dan bahwa itulah kekejian mereka dan kemiskinan rohani mereka yang telah membuatNya membiarkan
35 total, 1 views today