Dua tahta yang berbeda — Yang satu tahta administratif dan yang satunya tahta pengadilan
<< Go Back


Dua Tahta Yang Berbeda  —–  Yang Satu Tahta
Administratif Dan Yang Satunya Tahta Pengadilan.

Tahta administratif itu berada pada hulu “sungai ….. air hidup” (Wahyu 22 : 1, 2), yaitu di Eden; tahta pengadilan itu berada pada hulu aliran sungai api (Daniel 7 : 10), yaitu “lautan kaca” (Wahyu 4 : 6) “yang bercampur dengan api” (Wahyu 15 : 2), di dalam kaabah kesucian. Tahta yang terakhir ini baru dipasang sesudah bertahun-tahun lamanya setelah kenaikan Kristus, maka tidak mungkin tahta ini yang diduduki oleh Kristus pada sebelah kanan Allah. Jadi dengan sendirinya, sesudah kenaikanNya itu Kristus tak dapat tiada harus duduk pada tahta yang terdapat di hulu sungai air hidup itu — keadaan inilah yang membuat tahta itu diberi gelar “tahta Allah dan tahta Anak Domba itu.” Dari tahta administratif inilah Bapa bangkit, lalu di dalam sebuah kereta yang bernyala-nyala api (Yesaya 6 : 1) Ia masuk ke dalam tempat Yang Maha Suci di balik tirai dimana aliran sungai api, yaitu lautan kaca itu berada, lalu di sanalah la duduk di atas tahta itu (Wahyu 4 : 2). Menyusul hal ini, Kristus juga bangkit dari tahta yang sama itu, lalu di dalam “sebuah kereta awan, dengan roda-rodanya yang bagaikan api yang menyala-nyala, dikelilingi oleh malaikat-malaikat,” dihantarkan, bukan ke sebelah kanan Allah, melainkan “dekat ke hadapan-Nya” (Daniel 7 : 13) —- yaitu ke tahta pengadilan dimana la berada di dalam kaabah kesucian. Demikian inilah peristiwa besar yang ditandai di dalam tahun 1844 itu, pada waktu upacara pengadilan itu berlangsung. (Masalah ini dijelaskan secara terbuka di dalam Buku Traktat No. 3 yang berjudul “PEHUKUMAN DAN PENUAIAN”).

Di sinilah terdapat fakta-fakta kenyataan yang sederhana mengenai peristiwa-peristiwa nubuatan ini. Maka barangsiapa yang meragukan kebenarannya yang jelas ini, di kemudian hari ia harus mengakui sendiri kekeliruannya.Tetapi mungkin tidak akan berguna lagi, sebab pada waktu itu mungkin sekali sudah akan terlambat untuk selama-lamanya untuk mengambil manfaat daripadanya, walaupun ia akan mengakuinya “dengan hati-hati dengan penuh air mata”.

Kini, alasan mengapa tahta Allah itu tidak selalu berada di dalam kaabah kesucian sorga dan mengapa ia itu tidak akan selalu berada di sana, adalah hanya karena kaabah itu dibangun khusus bagi pembuangan dosa, seperti yang mudah dapat diketahui melalui pelayanan kaabah di bumi. Sambil memandang ke depan kepada masa apabila kelak tidak akan ada lagi dosa, maka Yahya mengatakan sebagai berikut: “Maka aku tampak tidak ada rumah Allah di dalamnya, karena Tuhan Allah Yang Maha Kuasa dan Anak Domba itulah rumah Allah itu. Maka negeri itu tidak memerlukan matahari ataupun bulan untuk bercahaya di dalamnya; karena kemuliaan Allah meneranginya, dan Anak Domba itu adalah terangnya.” Wahyu 21 : 22 – 23.
 
Oleh rangkaian fakta-fakta kenyataan yang saling berkaitan itu di sini, maka “ajaran 1844” itu, gantinya “ditimbang lalu didapati ringan,” kini ia itu bahkan berdiri dengan lebih kuat, kokoh, dan pasti daripada sebelumnya, menunjukkan bahwa seperti halnya minyak di atas air demikianlah wahyu-wahyu yang diilhami akan selalu naik ke atas melebihi semua interpretasi pribadi, yaitu teori-teori yang tenggelam dan menghilang ke dalam kegelapan. (Bagi penyelidikan selanjutnya terhadap Wahyu pasal 4 dan 5, yaitu Penghukuman, bacalah buku Tongkat Gembala, jilid 2 !)

Saudara-Saudariku, janganlah berlaku seperti orang-orang Yahudi di masa lalu, yang marah terhadap Kebenaran, yang membenci terangnya yang bersinar-sinar, melainkan supaya pujilah akan Allah karena la mengaruniakan kepadamu suatu kesempatan lain untuk bereformasi selagi kemurahan masih ada. Dan walaupun pengakuan hati dapat merendahkan pikiran sombong seseorang, ia itu juga akan mempertinggi tabiatnya, dan mendorong Allah untuk meninggikan dia “pada masanya yang tepat” (1 Petrus 5 : 6) dengan kehidupan yang kekal. Jika sekiranya tantangan pribadi terhadap pekabaran itu telah timbul semata-mata karena keliru dan salah pengertian, yang bukan datang karena kepentingan diri sendiri melainkan semata-mata karena suatu kerinduan secara sadar untuk menghindarkan kekeliruan, maka tidak akan ada hukuman untuk diletakkan pada beban orang. Hanya karena seseorang secara keras kepala terus saja menolak akan kenyataan, maka hukuman akan ditimpakan atasnya. Pengungkapan gulungan suratan nubuatan akan mengungkapkan kepada semua orang dari “roh manakah” (Gospel Workers, p. 302) mereka itu berasal — apakah mereka itu rela meninggalkan kekeliruan untuk mendapatkan kebenaran, atau apakah mereka telah memutuskan untuk menggabungkan diri dengan kelas orang-orang yang untuk selama-lamanya akan didapati terus

 

 34 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart