<< Go Back
Bahwa adanya satu kesamaan yang paralel terdapat di antara sekian banyak efek dari tujuh trompet dan sekian banyak efek dari tujuh bela yang terakhir itu, akan jelas terlihat pada kesamaan-kesamaan berikut ini:
(1) Kedua unsur dari trompet yang pertama (“hujan batu dan api yang bercampur dengan darah”) dan semua yang terkandung di dalam bokor dari bela yang pertama itu dicampakkan ke atas “bumi” (Wahyu 8 : 7 ; 16 : 2).
(2) “Gunung” pada peniupan trompet yang kedua dan semua isi dari “bokor” pada penuangan bela yang kedua menemui titik persamaannya pada sama-sama jatuh ke dalam “Iaut” (Wahyu 8 : 8; 16 : 3).
(3) “Di atas segala sungai dan segala mata air” (Wahyu 8 : 10 ;16 : 4) “bintang” dari trompet yang ketiga dan isi bokor dari bela yang ketiga itu jatuh.
(4) Sama seperti pada peniupan trompet yang keempat, demikian pula halnya pada penuangan “bokor” dari bela yang keempat, matahari telah dipalu. (Wahyu 8 : 12; 16 : 8).
(5) Kegelapan (Wahyu 9 : 2; 16 : 10) sama-sama terjadi pada peniupan trompet yang kelima, dan pada penuangan bela yang kelima.
(6) Seperti halnya dengan trompet yang keenam, demikian pula halnya dengan bela yang keenam, “sungai Ferat” adalah titik perhatian (Wahyu 9 : 14; 16 : 12).
(7) Sambil membawakan kesamaan paralel yang ketujuh, trompet yang ketujuh dan bela yang ketujuh itu memperlihatkan komponen-komponen yang sama, yaitu: kaabah di dalam sorga, bunyi suara-suara dan guntur dan kilat yang berasal dari sana, gempa bumi dan hujan batu (Wahyu 11 : 15); 16 : 17 – 21) — kedatangan Kristus yang kedua kali.
Kejadian-kejadian yang sama ini memperlihatkan tanpa keragu-raguan sedikit pun, bahwa keadaan dan maksud dari tujuh trompet itu adalah sama jenisnya seperti keadaan dan maksud dari tujuh bela yang terakhir itu yaitu: bersifat merusak; dan itu mengenai orang-orang jahat sesudah masa kasihan berakhir.
Tetapi janganlah diartikan, bahwa masing-masing kebinasaan-kebinasaan yang diungkapkan dalam masalah mengenai tujuh trompet itu harus merupakan satu dan sama dalam masa dan peristiwa, dengan kebinasaan-kebinasaan yang sama dari tujuh bela yang terakhir itu, karena suatu penyimpulan yang sedemikian dibuat menjadi tidak mungkin oleh kenyataan, bahwa suara yang berbicara kepada malaikat itu pada peniupan trompet yang keenam mengatakan: “Lepaskanlah empat malaikat itu yang terikat pada sungai Ferat yang besar,” datang “dari empat tanduk dari medzbah keemasan.” (Wahyu 9 : 13, 14). Karena adanya medzbah itu di dalam ruangan suci dari tempat kesucian pada peniupan trompet yang keenam, maka ini membuktikan, bahwa trompet itu berbunyi sebelum ruangan yang Maha Suci dibuka untuk dipakai. Karena kalau saja ruangan itu sedang dipakai, maka “suara” itu tak dapat tiada sudah harus datang dari dalamnya, yaitu dimana tahta berada. Sebab itulah, maka peniupan trompet ini harus sudah dilaksanakan sebelum pintu dari ruangan yang Maha Suci dibuka dan sebelum tahta itu diduduki.
Oleh karena itu, sebagaimana halnya tujuh bela itu mengungkapkan pehukuman-pehukuman yang akan menimpa orang-orang jahat yang hidup setelah mereka menolak pekabaran dalam periode sejarah dunia ini yang terakhir, maka demikian itu pula yang diungkapkan oleh tujuh trompet sebagaimana yang akan terlihat, yaitu urutan kebinasaan-kebinasaan dari generasi-generasi orang-orang jahat sepanjang zaman, yang masa kasihannya berakhir menyusul penolakan mereka terhadap setiap pekabaran Allah yang dikirim kepada mereka. Dengan demikian trompet-trompet itu akan mencapai puncaknya yang terakhir dengan mereka yang menolak pekabaran-Nya pada waktu ini.
Kebenaran yang mendasar ini, bahwa setiap masa periode kebinasaan menyusul hanya sesudah masa periode pemeteraiannya yang bersangkutan, adalah dikuatkan oleh kenyataan, bahwa belalang-belalang simbolis yang keluar pada saat peniupan trompet yang kelima itu hanya melukai orang-orang yang “tidak memiliki meterai Allah di dahi mereka.” Sekaliannya ini menunjukkan, bahwa bukan saja setiap trompet itu menyusul masa periode pemeteraiannya, melainkan juga bahwa keadaan trompet-trompet itu mengungkapkan hukuman bagi mereka yang lalai menerima meterai dalam masing-masing periode mereka yang bersangkutan.
Wahyu 8 : 1, 6 : “Dan setelah ia membuka meterai yang ketujuh, terjadilah diam di dalam sorga kira-kira setengah jam lamanya. … Maka tujuh malaikat yang memegang tujuh trompet itu bersiap-siap dirinya hendak meniup.”
Kata-kata yang berbunyi: “yang tak dapat tiada akan jadi dengan segeranya” (Wahyu 1 : 1), dan “Aku hendak menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang tak dapat tiada akan jadi kemudian” (Wahyu 4 : 1), menunjukkan, bahwa W a h y u itu telah dikaruniakan dengan satu tujuan tertentu untuk menunjukkan “perkara-perkara” yang dihadapi, bukan di belakang, melainkan di depan sesudah zamannya Yahya, disertai petunjuk yang dibuat hanya sesekali kepada masa lampau, dengan tujuan untuk meletakkan landasan yang perlu sebagai dasar pembangunan masa depan.
Sebagai contoh: Khayal dari Daniel mengenai empat binatang buas itu telah diberikan untuk menunjukkan secara khusus, bahwa “tanduk kecil” (Daniel 7 : 8) dari binatang yang keempat akan menganiaya umat kesucian dari Yang Maha Tinggi (Daniel 7 : 25), dan bukan yang terutama untuk meramalkan berkembangnya Babilon, Medo-Persia, Gerika, dan kekaizaran Romawi. Karena raja-raja ini sudah diberitahukan secara terbuka dalam khayal mengenai patung besar yang terdapat dalam pasal dua, yang juga terutama dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa kerajaan-kerajaan dunia ini akan menjadi kacau dan pada akhirnya dihancurkan oleh kerajaan Kristus yang akan memerintah seluruh dunia. Sungguh pun demikian untuk membantu kita secara lebih cepat untuk melihat kebenaran mengenai peristiwa-peristiwa yang terkemudian ini, maka nubuatan memulainya dari belakang dimulai dengan Babilon, kemudian dalam perjalanannya ke depan telah dirangkul jatuh bangunnya kerajaan-kerajaan besar dalam sejarah, dan berakhir dengan berdirinya kerajaan Kristus dan bersamaan dengan itu berakhirnya sejarah dunia ini (Daniel 2 : 44).
Kembali: Daniel pasal kesebelas, walaupun tidak diberikan, terutama untuk menunjukkan apa yang terjadi selama masa periode panjang yang diliputnya, yang dimulai dengan kerajaan Medo Persia itu dan berakhir dalam “akhir zaman”, namun bagaimana pun juga ia itu membawa perhatian kita kepada garis sejarah nubuatan yang panjang itu dengan tujuan untuk menunjuk kepada “kerajaan dari Utara ltu” “di akhir zaman,” yaitu dia yang “akan datang menemui ajalnya, dan tak seorang pun kelak akan membantunya.”
Dengan demikian, walaupun semua nubuatan yang sedemikian itu perlu membawa kepada perhatian kita perkara-perkara yang jadi berabad-abad yang lalu, namun sekaliannya itu seperti halnya W a h y u adalah dimaksudkan untuk “menunjukkan” kepada umat Allah “perkara-perkara yang tak dapat tiada akan jadi dengan segeranya.” Oleh sebab itu terlihat, bahwa nubuatan-nubuatan yang sudah digenapi digunakan oleh Injil hanya sebagai landasan kerja bagi bagian nubuatan yang masih belum digenapi.
Tetapi yang terutama ialah, bahwa trompet-trompet dan meterai-meterai itu menggambarkan suatu peristiwa yang akan jadi kemudian sesudah zaman Yahya, dan yang terjadi di dalam sorga, walaupun sekaliannya itu juga menggambarkan peristiwa-peristiwa yang sama. Mengenai peristiwa-peristiwa yang berkaitan ini sebagiannya merupakan penyumbang bagi peristiwa nubuatan yang utama dan sebagiannya lagi merupakan susulan terhadap peristiwa nubuatan yang utama. Yang pertama dengan sendirinya menurut sejarah jadi lebih dahulu dan yang kemudian dengan sendirinya menyusul.
Kebenaran rangkap ini secara tegas diuraikan dalam kaitannya dengan fasenya yang terkemudian, dalam kenyataan bahwa apabila pintu terbuka di dalam tempat kesucian yang di atas dan Sidang Pehukuman dimulai, — peristiwa yang akan jadi “kemudian” sesudah zaman Yahya, — maka semua perkembangan sejarah yang berkaitan dengan trompet-trompet dan meterai-meterai itu akan diungkapkan satu demi satu sementara masing-masing masa periodenya secara berurutan datang ke depan di hadapan sidang pehukuman itu. Dengan perkataan lain, apabila pintu dibuka di dalam tempat kesucian, maka masa-masa periode yang diperlihatkan oleh trompet-trompet dan meterai-meterai itu muncul terbuka di hadapan Dia Yang duduk di atas tahta, dan Yang memegang di dalam tangan kananNya buku itu di dalam mana diungkapkan peristiwa-peristiwa dari trompet-trompet dan meterai-meterai itu.
Memulai kembali dengan trompet-trompet itu secara tepatnya, kita mengambil sebutan yang berbunyi, bahwa “tujuh malaikat yang memegang tujuh trompet itu mempersiapkan diri hendak meniup.” Walaupun malaikat-malalkat itu tidak meniup sampai kepada pembukaan meterai yang terakhir, namun ia itu tidak membenarkan kesimpulan, bahwa peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam trompet-trompet itu tak dapat tiada perlu jadi sesudah peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam meterai-meterai itu. Tetapi sebaliknya ia itu hanya menunjukkan bahwa karena meterai-meterai itu membicarakan masalah yang satu dan trompet-trompet itu membicarakan yang lainnya, maka peristiwa-peristiwa itu kedua-duanya tidak mungkin dicatat pada waktu yang bersamaan, melainkan pertama-tama yang satu, kemudian yang lainnya, dalam urutannya yang masuk akal.
Demikianlah Yahya pertama sekali telah mencatat fakta-fakta dari meterai-meterai itu, kemudian fakta-fakta dari trompet-trompet itu. Meterai-meterai itu pertama sekali muncul karena sekaliannya itu mengungkapkan di dalam sidang pehukuman itu beberapa periode pemeteraian orang-orang suci yang perlu mendahului sekian banyak periode-periode trompet tandingannya mengenai kebinasaan terhadap orang-orang yang tidak memperoleh meterai. Jadi, dengan sendirinya meterai yang pertama harus mendahului trompet yang pertama, meterai yang kedua harus mendahului trompet yang kedua, dan seterusnya, bagaikan jarum dan benangnya, dan bukan bahwa keseluruhan tujuh meterai itu harus mendahului kesemuanya tujuh trompet itu.
Demikianlah terlihat bagaimana peristiwa-peristiwa dari meterai-meterai itu mendahului peristiwa-peristiwa dari trompet-trompetnya yang bersangkutan, dan bagaimana sebagai akibatnya “belalang-belalang” itu tahu siapa yang memperoleh meterai dan siapa yang tidak bermeterai, dan kemudian mengetahui siapa yang harus disiksa dan siapa yang tidak boleh disiksa.
Oleh karena itu, maka oleh sebab urut-urutannya yang masuk akal itu, yaitu setiap periode pemeteraian mendahului setiap periode pembinasaan, maka adalah perlu bahwa meterai-meterai dan trompet-trompet itu diajukan secara berurutan sesuai dengan urutannya. Dengan begitu terlihat, bahwa mereka yang pada masing-masing periode telah menolak kebenaran seperti yang telah diajarkan kepada mereka, maka mereka tidak dimeteraikan, dan akibatnya mereka dibinasakan oleh hukuman-hukuman Allah atas mereka. Dengan demikian, maka sebagaimana masalah yang satu mengungkapkan periode-periode pemeteraian berikutnya, maka masalah lain yang bersangkutan dengan itu pun mengungkapkan periode-periode pembinasaan yang akan jadi: bersama-sama menunjukkan, bahwa sekaliannya itu secara kolektif meliputi jangka waktu yang sama.
(Untuk penyajian “meterai-meterai itu.” bacalah Pemecahan Tujuh Meterai).
Sama seperti halnya abjad itu sendiri telah membuat kata-kata, sebutan-sebutan, dan kalimat-kalimat menjadi suatu pola berpikir yang telah ditentukan sebelumnya, yang ditunjang dan berkaitan secara logis, demikian pula Alkitab apabila dibuat sepenuhnya mendefinisikan dirinya sendiri, akan membangun berbagai materinya yang kaya secara mentaajubkan (contoh-contoh, simbol-simbol, perumpamaan-perumpamaan, kiasan-kiasan, angka-angka, dan sebagainya) menjadi suatu wahyu yang menonjol, yang ditakdirkan sebelumnya terdiri dari kebenaran penyelamatan jiwa yang terkoordinir dengan sempurna. Jadi, seperti halnya setiap huruf, kata, dan sebutan dari sesuatu kalimat memiliki bagiannya tertentu untuk berperan dalam memberikan ekspresi yang bertalian secara logis dengan pemikiran yang dimaksud, demikian pula setiap kata firman memiliki bagiannya tertentu dalam mengungkapkan kebenaran-kebenaran Alkitab. Bilamana masing-masingnya digabungkan secara teliti dalam hubungannya yang tepat dalam gambaran kebenaran yang diungkapkan, yang satu menghantarkan dan menerangi kepada yang lainnya, maka keseluruhan susunan yang luas akan menonjol dalam semua kebesaran puncaknya yang sungguh dari pada keakhirannya yang tinggi dan indah.
Roh Nubuat mengatakan, bahwa mengenai arti yang sepatutnya dari angka dasar di dalam Alkitab, “angka bilangan tujuh adalah menunjukkan kelengkapan.” — The Acts of the Apostles, p. 585.
Kebenaran mengenai tujuh trompet itu tak dapat tiada pada akhirnya berarti seluruh kebinasaan yang menyusul masing-masing pemeteraian semenjak dari kejadian dunia. Lagi pula keadaannya yang sesungguhnya, bahwa sekaliannya ltu muncul terbuka di hadapan sidang pengadilan sorga pada waktu sidang pehukuman itu duduk dan buku-buku dibuka, dan bahwa sekaliannya itu dimulai dengan mereka yang pertama sekali hidup di bumi ini. Jadi jelaslah hal itu, bahwa walaupun diungkapkan dalam sidang pehukuman itu, namun semuanya itu dalam kaitannya meliputi seluruh sejarah umat manusia, sama seperti yang diliputi oleh meterai-meterai itu.
Gambaran-gambaran pendahuluan ini membuka jalan bagi suatu penyelidikan yang berkaitan terhadap trompet-trompet itu, maka sekarang kita akan membicarakannya satu demi satu sesuai urut-urutannya, dimulai dengan
30 total, 1 views today