Tongkat dari hukuman Allah
<< Go Back


Tongkat Dari Hukuman Allah

 

“Bahwasanya, Aku akan memagari jalannya dengan duri, dan Aku akan membuatkan sebuah pagar tembok sehingga kelak ia tidak akan menemukan jalan-jalannya. Maka ia akan pergi mengikuti kekasih-kekasihnya, tetapi ia kelak tidak akan dapat mengejar mereka; dan ia akan berusaha mencari mereka, tetapi tidak akan menemukan mereka; maka ia akan mengatakan: Aku hendak pergi dan kembali kepada suamiku yang pertama, karena dahulu itu adalah lebih baik bagiku dari pada sekarang ini. Karena tidak diketahuinya bahwa Aku telah memberikan kepadanya gandum, dan air anggur, dan minyak, dan telah Ku lipatgandakan perak dan emasnya, yang mereka sediakan bagi Baal.” Hosea 2 : 6 – 8.

Apabila sidang hanyut bersama-sama dengan aliran dunia ini, jauh dari pada Tuhan, maka Ia tidak lagi dapat memberkahinya, supaya jangan Ia melarikannya lebih cepat mengalir ke bawah menuju kepada kebinasaannya. Satu-satunya jalan agar Ia dapat kemudian menyelamatkannya dan menghantarkannya kembali kepada diri-Nya, ialah menarik kembali bantuan tangan-Nya dari padanya sampai kelak ia menemukan dirinya terbentur pada batu karang kebodohannya sendiri, dengan pembalasan ombak-ombak kejam yang menghantam pada kedua belah sisinya. Hanya pada waktu itulah baru ia mau menyambut suara-Nya.

Metode Allah dalam menghantarkan kembali sidang-Nya kepada kesadaran terhadap dirinya sendiri akan kondisinya yang berbahaya itu digambarkan dalam perumpamaan Kristus mengenai anak yang terhilang. Seandainya bapanya telah menolak permintaan anak itu untuk pergi, maka budak itu sudah akan selamanya kecewa dengan suatu perasaan yang diyakininya bahwa ayahnya itu tidak adil, dan tidak seorang pun akan berhasil menginsyafkannya bahwa ayahnya bukan menghalanginya dari pada kesempatan memperoleh untung yang besar itu dan dari sebuah nama bagi dirinya sendiri. Tetapi pengalaman pahitnya sepanjang jalan penderitaan yang mengecewakan itu mengajarkan kepadanya pelajaran penting dalam hidupnya, karena tidak ada satupun yang lain yang pernah mengajarkannya kepada dirinya.

Perumpamaan ini melukiskan dengan tepat betapa bijaksana Allah menghadapi sidang dalam segala kebodohannya, dan bagaimana kesombongan dirinya dan kepintaran Laodikea menghalanginya mengambil manfaat dari pengalaman orang-orang lain.

Gantinya ia berhasil mengejar (mengkristenkan) para kekasihnya, mereka justru berhasil menangkapnya (mengkapirkannya). Ia “tidak akan berhasil menemukan mereka,” sebab ia telah gagal menyelamatkan mereka. Pada akhirnya, sesudah pergi berfoya-foya menghabiskan semua hartanya, maka ia hendak kembali dengan penuh penyesalan kepada Suami yang pertama —– Tuhan. Untuk mempercepatkan kembalinya, maka Tuhan mengejarnya di padang belantara, sehingga demikianlah menggenapi firman-Nya sebagai berikut:

“Sebab itu Aku hendak kembali, dan melalukan gandum-Ku pada masanya, dan air anggur-Ku pada musimnya, dan Aku hendak mengambil kembali buluh kambing-Ku dan kain khasah-Ku yang telah diberikan untuk menutupi ketelanjangannya. Maka sekarang Aku hendak menemukan percabulannya di hadapan mata kekasih-kekasihnya, dan tidak seorangpun akan kelak melepaskan dia dari pada tangan-Ku. Aku juga akan menghentikan semua kegembiraannya, semua hari-hari rayanya, semua bulan barunya, dan segala sabatnya, dan semua pesta-pesta perayaan pentingnya”. Hosea 2 : 9 – 11.

Sama seperti halnya Allah menghukum dia di zaman dahulu dengan cara membiarkan Nebukadnezar, raja Babil, menghapuskan upacara bayangan itu oleh membinasakan Yerusalem kuno berikut kaabahnya, maka demikian itu pula Ia menghukumnya dalam sejarah Kristen dengan cara membiarkan Romawi menguasainya dan menggantikan upacara agamanya yang benar dengan suatu tiruan ciptaan Romawi —– yaitu suatu keimmamatan kapir dan suatu sabat kekapiran. Maka genaplah firman-Nya yang berbunyi : “Aku juga hendak menghentikan semua kegembiraannya, hari-hari rayanya, bulan-bulan barunya, segala sabatnya, dan semua pesta-pesta perayaan pentingnya.”

Oleh karena peraturan-peraturan ini (hari-hari rayanya, segala sabatnya, dan  sebagainya) adalah bagian dari “suatu nubuatan injil yang padat, suatu penyajian dalam mana terikat janji-janji penebusan itu” (The Acts of the Apostles, p. 14), dan karena simbol Hosea telah menghantarkan kita ke dalam sejarah Kristen, maka dihentikannya peraturan-peraturan itu melambangkan (merupakan contoh dari) usaha Romawi menggantikan Kebenaran. Juga, kepada Daniel, telah diperlihatkan, bahwa ini akan dilaksanakan oleh perantaraan Romawi, “tanduk yang sangat besar” itu, yang mencampakkan ke bawah ………. sampai ke tanah “Kebenaran” dan tempat dari kaabah-Nya (Kristus).” Daniel 8 : 12, 11.

Perhatikanlah bahwa “Kebenaran” itu dan “tempat” itu, bukan kaabah kesucian itu sendiri, yang “dicampakkan ke bawah”; artinya, baik Kebenaran Kristus maupun tempat-Nya di dalam kaabah di bumi disingkirkan, supaya pengetahuan dari hal pekerjaan pembelaan-Nya menjadi gelap. (Bagi penjelasan yang lebih terinci terhadap Daniel 8 dan 9, bacalah buku Tongkat Gembala Jilid II, dan Traktat No. 3, Pehukuman dan Penuaian).

“Maka Aku hendak membinasakan pokok-pokok anggurnya,” demikianlah firman Tuhan, “dan pokok-pokok aranya, dari mana ia telah mengatakan, ‘Sekaliannya ini adalah semua upahku yang sudah ku terima dari kekasih-kekasihku; maka aku hendak menjadikan sekaliannya itu suatu hutan, maka segala binatang di padang akan memakannya.’ Dan Aku hendak membalas atasnya segala hari Baalim, dalam mana ia telah membakar dupa bagi mereka itu, dan ia telah menghiasi dirinya dengan anting-anting dan perhiasan-perhiasan (pameran duniawi), dan ia telah pergi mengikuti kekasih-kekasihnya (dunia), dan melupakan Daku, demikianlah firman Tuhan. Sebab itu, tengoklah, Aku hendak membujuknya, dan menghantarkannya ke dalam padang belantara (jauh dari kebun anggur — di antara orang-orang Kapir), dan berbicara dengan bebas kepadanya.” Hosea 2 : 12 – 14.

Ramalan ini telah dibuat lebih dari seribu tahun lamanya sebelum perempuan itu kehilangan kebun anggurnya, dan sebelum ia “melarikan diri ke dalam padang belantara, dimana ia memperoleh suatu tempat yang telah disediakan Allah baginya, supaya mereka memeliharakannya di sana seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.” Wahyu 12 : 6. Tetapi selagi ia berada di sana dalam pelariannya meninggalkan tanah airnya, maka Allah “berbicara dengan bebas kepadanya.” Dengan perkataan lain, ia, seperti halnya anak yang terhilang itu, harus mengalami suatu pengalaman pahit, dan merindukan kembali untuk pulang, baru Tuhan akan berbuat sesuatu baginya. Demikianlah pada akhir masa pengasingannya tawaran kasih dan kemurahan Tuhan akan menggerakkan di dalam hatinya suatu jalinan penyambutan yang sungguh- sungguh.

Sebagaimana sudah kita saksikan, simbol ini menunjukkan sidang Kristen yang diisi dengan kebenaran mengenai kaabah kesucian (Hosea 2 : 11). Dan karena Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dikenal sebagai satu-satunya gereja yang memegang ajaran itu, maka nyatalah bahwa nubuatan simbolis ini dari hal sejarah sidang akan menghantarkan kita kepada sisi tahun 1844 ini kepada berdirinya Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh. Dengan sendirinya, kiasan itu kini mengungkapkan keadaan kondisinya yang sekarang, dan nasehat Allah kepadanya.

Lagi pula, karena kenyataan bahwa terungkapnya pasal-pasal ini kini adalah untuk pertama kalinya ke hadapan perhatian kita, maka selanjutnya akan terbukti bahwa pelajaran-pelajaran yang terkandung di dalamnya adalah jelas diperuntukkan bagi sidang pada jam ini; yang pertama dari padanya untuk dipikirkan ialah pelajaran dari hal

 

 85 total,  2 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart