Bapa, Ibu dan Anak-anak
<< Go Back


Bapa, Ibu, dan Anak-Anak

 

Karena isteri Hosea melambangkan isteri Tuhan (Hosea 2 : 2), maka Hosea sendiri akan merupakan lambang dari Tuhan. Dan karena isteri-Nya ialah sidang-Nya, maka ia dan anak-anaknya melambangkan keluarga besar sidangNya —– yaitu para pendeta dan para anggota. Ia (perempuan itu) melambangkan para pendeta karena merekalah yang melahirkan orang-orang bertobat, yaitu anak-anak yang terdiri dari para anggota sidang. Kepada Jizriel, putera sulung Hosea dalam khayal itu, datanglah perintah yang mengatakan :

“Katakanlah olehmu kepada saudara-saudaramu laki-laki, Ammi; dan kepada saudara-saudaramu perempuan, Ruhamah. Berbantah-bantahlah dengan ibumu, berbantah-bantahlah; karena ia bukanlah isteri-Ku, Aku pun bukanlah suaminya; sebab itu hendaklah ia membuangkan segala persundalannya dari pada pemandangannya, dan segala perzinahannya dari antara kedua buah dadanya.” Hosea 2 : 1, 2.

Dari kata-kata di atas ini dapatlah kita saksikan bahwa Jizriel, dia yang memperoleh amanat itu, adalah melambangkan seorang nabi yang akan memerintahkan “saudara-saudara lelakinya, Ammi“, dan “saudara-saudara perempuannya, Ruhamah,” untuk pergi kepada “Ibu” mereka dan mengajaknya untuk bereformasi. Nama-nama, Ruhamah dan Ammi, menunjukkan seorang saudara lelaki dan seorang saudara perempuan (tunggal), tetapi dalam penugasan kepada Jizriel untuk berbicara kepada mereka itu, Tuhan menunjukkan mereka itu dalam bentuk jamak (lebih dari seorang), —– yaitu “saudara-saudara lelaki” dan “saudara- saudara perempuan,” mencakup seluruh anggota sidang.

Sebab itu jelaslah, bahwa Allah telah melantik orang itu yang berasal dari pihak anggota biasa, yaitu Jizriel, sebagai agen pilihan-Nya, yang akan memberitakan pekabaran itu kepada Ammi dan Ruhamah, saudara-saudaranya laki-laki dan perempuan, yang pada gilirannya akan mengajak “ibu” mereka, yaitu pihak kependetaan. Tuhan telah memberitahukan secara jelas rencana prosedur ini karena Ia mengetahui, bahwa mayoritas anggota senantiasa bersandar kepada pendeta-pendeta mereka untuk mendapatkan ungkapan kebenaran, dan karena mereka lupa akan kenyataan yang tragis bahwa “dalam pekerjaan penghabisan” bagi sidang pada setiap masa periode pihak kependetaan telah menghalangi anggota-anggota dari pada menyambut Kebenaran yang berkembang, dan bukan membimbing mereka ke dalamnya.

Sesungguhnya “tidaklah cukup dengan memiliki maksud-maksud baik saja; ………… tidaklah cukup dengan hanya berbuat apa yang disangka orang benar saja, atau hanya dengan apa yang dikatakan pendeta kepadanya benar itu saja. Keselamatan jiwanya adalah berbahaya, maka ia harus menyelidiki Firman itu bagi dirinya sendiri. Betapapun kuat mungkin keyakinan-keyakinannya, betapapun yakin ia bahwa pendeta itu mengetahui apa artinya kebenaran, ini bukanlah landasannya.”

“Orang-orang yang sangat sederhana dan penuh penyerahan di dalam gereja-gereja biasanya yang pertama sekali menyambut pekabaran itu.”

“Kebenaran ini telah berulang kali dilukiskan dalam sejarah sidang ………. banyak dari pengikut-pengikut Kristus menolak untuk menyambut terang dari sorga, maka seperti halnya orang-orang Yahudi di masa lalu, mereka tidak mengetahui akan saat pehukumannya. Karena sebab kesombongan dan ketidak-percayaan mereka, maka Tuhan telah melewati mereka itu, lalu mengungkapkan kebenaran-Nya kepada orang-orang yang seperti gembala-gembala Bethlehem dan orang-orang Timur Majus, yang telah menaruh perhatian kepada semua terang yang sudah mereka peroleh.” —– The Great Controversy, pp. 598, 372, 316.

Dengan kelimpahan bukti-bukti yang dikemukakan di sini kepada semua orang, maka janganlah seorangpun tetap bodoh terhadap sumber kebenaran melalui mana Tuhan mengungkapkan diri-Nya, kalau saja masing-masing mau

 

 35 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart