<< Go Back
Dimanakah Perbendaharaan
Rumah Allah Itu ?
Sidang Yahudi dimana kebenaran itu tersimpan sampai kepada zaman Kristus, pernah menjadi ‘rumah perbendaharaan,’ dan imam-imam pernah menjadi penatalayan-penatalayannya. Namun sewaktu mereka menolak Kristus, maka mereka telah mendesak Allah untuk mengalihkan “rumah perbendaharaan-Nya” kepada sejumlah kecil orang-orang yang telah menerima pekabaran tambahan bagi zaman itu. Dengan demikian itu, maka orang-orang yang tidak percaya itu tanpa disadarinya telah kehilangan jabatan penatalayanannya. Pengikut-pengikut mereka yang telah membayar perpuluhan-perpuluhan kepada mereka itu semenjak dari saat itu dan seterusnya telah mengalihkan uang-uang milik Tuhan dari pada perbendaharaan-Nya kepada musuh-musuh-Nya, justru untuk menganiaya umat-Nya sendiri. Tetapi orang-orang yang menjadi umat-Nya yang sejati, mereka itu mengikuti “anak Domba itu kemana saja” Ia pergi, maka “seberapa banyak orang yang memiliki tanah ataupun rumah sekalian itu telah dijualnya, lalu mereka menghantarkan hasil penjualan barang-barang itu, lalu ditaruhnya di kaki rasul itu.” Kisah Rasul-Rasul 4 : 34, 35.
Bagi manfaat orang-orang yang mungkin menyangka, bahwa perpuluhan itu digunakan hanya untuk menghotbahkan injil kepada orang-orang kapir saja, maka kami mengundang perhatian mereka kepada petunjuk-petunjuk berikut ini : “Kedua belas orang itu diutus Yesus keluar, dan pesanNya kepada mereka adalah: ‘Janganlah kamu masuk ke dalam jalan orang-orang Kapir ………. melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari isi rumah Israel.” Matius 10 : 5, 6. Meskipun begitu mereka telah menerima segala perpuluhan dan persembahan-persembahan, dan semua yang diletakkan pada kaki mereka sebelum pekabaran itu diteruskan kepada orang-orang Kapir.
Kemudian, Allah kembali mengalihkan rumah perbendaharaan-Nya, dan mempercayakan semua barang-barang dari rumah perbendaharaan itu kepada para pejuang reformasi, yaitu mereka yang telah tergerak hatinya oleh roh kebenaran yang diinjak-injak itu. Sesuai dengan itu, maka penatalayan-penatalayan-Nya yang baru dan setia telah dipilih untuk mengawasi “kaki pelita” itu, yaitu sidang, semenjak dari saat itu dan seterusnya. Buku Maleakhi pasal tiga sebagaimana sudah kita lihat sebelumnya, adalah langsung berlaku bagi penyucian sidang. Maka perintah yang berbunyi : “bawalah olehmu segala perpuluhanmu ke dalam rumah perbendaharaan,” yang ditempatkan di dalam pasal Alkitab yang tertentu ini, akan menunjukkan tanpa ragu-ragu bahwa Allah mempercayakan “rumah perbendaharaan-Nya” kepada para juru-kabar yang membawakan kebenaran istimewa bagi zaman ini. Dan karena pekabaran ini adalah sama besar pentingnya bagi sidang di waktu ini seperti halnya pekabaran Kristus bagi sidang Yahudi dimasa lalu, maka kita pun sama-sama terikat oleh perintah-Nya yang berbunyi : “hendaklah anak-anak itu dikenyangkan dahulu, karena tiada patut diambil roti dari anak-anak itu, lalu mencampakkannya kepada anjing-anjing” (orang-orang kapir). Markus 7 : 27. Sebab itu, Saudara-Saudariku, perhatikanlah akan Firman Allah, dan patuhilah dengan ketat akan perintah-Nya, supaya jangan engkau bersama-sama dengan pelaku-pelaku kejahatan itu jatuh di bawah “senjata-senjata pembantai” dalam kegenapan khayal Yeheskiel yang mengerikan itu.
Orang-orang yang hidup dalam masa periode yang lama, yaitu pehukuman terhadap orang-orang mati, mereka bertanggung jawab untuk menunjangnya, tetapi sekarang karena kita sedang memasuki masa periode dari pekabaran baru, yaitu pehukuman terhadap orang-orang hidup, maka kita wajib terikat untuk menunjangnya. Tidak lagi perlu ataupun dibenarkan bagi kita untuk menunjang pekabaran yang lama itu secara tersendiri, lepas dari pada pekabaran yang baru. Tidak lagi yang sedemikian itu seperti yang terdapat dalam ramalan air bah dari Nuh yang lepas dari pengertian masa depannya yang berasal dari padanya.
“………… Allah tidak menghendaki seseorang untuk berpikir, bahwa tidak ada lagi pekabaran lain untuk didengar terkecuali apa yang mungkin sudah Ia berikan. Kita menghendaki pekabaran yang sudah lalu dan juga pekabaran yang segar,” demikianlah yang dikatakan oleh Roh Nubuatan. — Review and Herald, March 18, 1890.
Saudara-Saudariku, jika tidak engkau mematuhi panggilan yang penting ini, maka bagaimanakah akan kamu menyelamatkan jiwamu sendiri, dan bagaimanakah kelak pekabaran ini dapat mencapai saudara-saudara kita di dalam sidang, kemudian berkembang menjadi suatu seruan keras dari Pekabaran Malaikat Yang Ketiga, lalu membunyikan pehukuman bagi orang-orang hidup? Maukah engkau mengambil roti itu dari pada dirimu sendiri untuk diberikan kepada orang-orang Kapir, lalu dengan demikian kedua-duanya jatuh bersama-sama ke dalam “lembah Akhor” itu?
Petunjuk-petunjuk di dalam buku Tongkat Gembala Jilid I yang berbunyi: “Bayarkanlah perpuluhan dan persembahanmu yang jujur kepada sidangmu, dan rasakanlah bahwa “lTU ADALAH” rumah Bapamu, ” keluar menjelang akhir tahun 1930, sebelum saudara-saudara pemimpin, sebagai sebuah madzab organisasi, menolak pekabaran pemeteraian ini. Jadi, jelaslah, bahwa Tongkat Gembala secara jujur telah melepaskan kewajibannya karena menolak untuk menerima sesuatu perpuluhan ataupun persembahan sampai sesudah buku-buku tersebar di seluruh gereja, dan setelah saudara-saudara mulai menentang pekabaran itu secara gigih. Walaupun demikian, kini, oleh karena tantangan itu ternyata tidak lagi pasif, melainkan sebaliknya aktif secara meluas, dan karena pemberitaan pekabaran ini adalah sangat mendesak, maka jalan satu-satunya itulah yang nyata terbuka. la itu akan mengikut sertakan sebuah bala tentara pekerja, yang meliputi juga perpuluhan-perpuluhan dan persembahan-persembahan, untuk mencapai umat itu.
Akibatnya, karena saudara-saudara pemimpin kita telah memperlihatkan diri mereka secara kurang hati-hati sebagai penatalayan-penatalayan “rumah perbendaharaan” Allah yang tidak patut bagi masa “Seruan Keras dari Pekabaran Malaikat Yang Ketiga,” maka la telah mengalihkan “kaki pelita” itu, dan juga la sedang menyerukan agar perpuluhan-perpuluhan dan persembahan-persembahan dialihkan ke dalam “rumah perbendaharaan-Nya” yang berisikan Kebenaran Sekarang.
Bilamana bala tentara anggota-anggota biasa yang besar ini berhasil menyelesaikan tugasnya di dalam sidang, bilamana ia itu berhasil meluputkan diri dari pada pembantaian itu, maka Tuhan akan kelak mengutus mereka itu, seperti yang difirmankan-Nya, “kepada segala bangsa, ……… yang belum mendengar akan kemasyuran nama-Ku, dan yang belum melihat akan kemuliaan-Ku; maka mereka akan menyatakan kemuliaan-Ku diantara orang-orang Kapir. Maka mereka akan menghantarkan semua saudaramu bagi suatu persembahan kepada Tuhan keluar dari segala bangsa ……. di dalam sebuah bejana yang bersih ke dalam rumah Tuhan,” Yesaya 66 : 19, 20.
Sebab itu, ia itu menunjukkan bahwa jika seluruh organisasi gereja tidak merampok Tuhan, maka Ia tidak akan menyatakan : “Kamu telah merampok Aku, bahkan seluruh bangsa ini sudah merampok Aku” (Maleakhi 3 : 9). Tetapi karena kebanyakan anggota membayar perpuluhan-perpuluhan dan persembahan-persembahan, maka tuduhan itu membuktikan bahwa dana-dana itu telah beralih ke dalam sebuah perbendaharaan yang salah. Dan kapankah mungkin hal ini benar kalau bukan pada sekarang ini, sewaktu organisasi gereja sedang berperang melawan Allah dan pekabaranNya dengan uang-Nya sendiri —– yaitu perpuluhan? Demikianlah halnya, bahwa “bahkan seluruh bangsa ini” sedang merampok Allah. “Berbaliklah kamu, berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat ; karena mengapakah kamu hendak mati, hai isi rumah Israel ?” Yeheskiel 33 : 11.
Setan sedang terus berusaha untuk menarik perhatian orang-orang kepada manusia menggantikan Allah. Ia memimpin umat untuk memandang kepada para Pastor, kepada para Pendeta, kepada para Sarjana Theologia, sebagai penunjuk-penunjuk jalan mereka, gantinya menyelidiki Alkitab itu sendiri untuk mempelajari kewajiban mereka yang ada di dalamnya. Kemudian, karena pikiran orang banyak itu dikontrol oleh para pemimpin ini, maka Setan dapat mempengaruhi orang banyak itu sesuai dengan kehendak hatinya.
“Sewaktu Kristus datang membicarakan kata-kata kehidupan, umat biasa yang sederhana itu mendengar kepadaNya dengan gembira; dan banyak orang, bahkan imam-imam dan para penghulu, percaya pada-Nya. Tetapi kepala dari keimamatan dan orang-orang pemimpin bangsa itu bertekad untuk mempersalahkan dan menolak ajaran-ajaran-Nya. Walaupun mereka bingung dalam segala upayanya untuk mencarikan berbagai tuduhan melawan-Nya, walaupun mereka tidak dapat selain merasakan pengaruh kuasa ilahi dan hikmat itu yang menguatkan kata-kata-Nya, namun mereka tetap saja mengurung dirinya dalam sangka-sangka jahat. Mereka menolak bukti kenyataan yang sangat jelas dari hal jabatan-Nya sebagai Mesias, supaya jangan mereka didesak untuk menjadi murid-murid-Nya. Para penentang umat yang banyak itu semenjak dari kecilnya untuk dihormati; kepada kekuasaan merekalah umat yang banyak itu sudah terbiasa untuk sepenuhnya tunduk. ‘Bagaimana mungkin,’ tanya mereka, ‘bahwa penghulu-penghulu kami dan para ahli Torat yang terpelajar itu tidak mau mempercayai Yesus? Kalau memang Ia adalah Kristus, mustahil orang-orang yang alim setia ini tidak mau menerima-Nya?’ ltulah pengaruh dari guru-guru yang sedemikian itu yang telah mengendalikan bangsa Yahudi untuk menolak Juru selamat mereka ………
“Meskipun Alkitab adalah penuh dengan amaran-amaran menentang guru-guru yang palsu, namun banyak orang bersedia sedemikian ini untuk tetap membiarkan jiwa-jiwanya diawasi oleh pemimpin agama. Pada waktu ini ada terdapat beribu-ribu orang yang mengaku beragama, tetapi mereka tidak dapat memberikan alasan lain bagi pokok-pokok iman yang dipegangnya selain dari pada apa yang telah diinstruksikan oleh para pemimpin agama mereka itu saja. Mereka meninggalkan ajaran-ajaran Juruselamat itu secara hampir tak disadari, lalu menaruh kepercayaan mereka sepenuhnya pada kata-kata pendeta. Tetapi apakah pendeta-pendeta itu adalah orang-orang yang tidak dapat berbuat salah ? Bagaimanakah dapat kita mempercayakan jiwa-jiwa kita pada pengendalian mereka jika tidak kita ketahui dengan pasti dari firman Allah bahwa mereka adalah pembawa terang? Tidak adanya keberanian moral untuk keluar dari rel jalan-jalan orang dunia, akan memimpin banyak orang untuk mengikuti jejak-jejak orang pandai ; dan karena keragu-raguan untuk menyelidiki sendiri, maka mereka secara tanpa harapan telah terikat pada rantai-rantai kekeliruan. Mereka melihat, bahwa kebenaran bagi zaman ini adalah jelas dikemukakan di dalam Alkitab, dan mereka merasa akan kuasa Roh Suci itu yang menguatkan pemberitaannya; namun mereka membiarkan tantangan pemimpin agama mengalihkan mereka dari pada terang itu. Walaupun akal sehat dan kesadaran hatinya yakin, namun jiwa-jiwa yang terombang-ambing ini tidak berani berpikir menyimpang dari pada pendeta ; maka penilaian pribadi mereka, semua kepentingan kekalnya, dikorbankan kepada ketidakpercayaan, kesombongan dan sangka-sangka jahat, kepunyaan orang lain ……
“Kebenaran dan kemuliaan Allah adalah tak terpisahkan. Adalah tidak mungkin bagi kita, dengan Alkitab dalam jangkauan kita, tetapi menghormati Allah dengan pikiran-pikiran yang keliru. Banyak orang mengatakan, bahwa tidak menjadi soal apa saja yang dipercayai seseorang, asalkan hidupnya benar. Tetapi kehidupan dibentuk oleh iman. Jika terang dan kebenaran berada dalam jangkauan kita, tetapi kita lalai memperbaiki kesempatan untuk mendengar dan melihatnya, maka berarti kita menolak terang itu selengkapnya; kita sedang memilih kegelapan dan bukan terang.” —– The Great Controversy, pp. 595, 597.
*****
47 total, 1 views today