PEHUKUMAN DAN PENUAIAN DI DALAM KESAKSIAN, PERUMPAMAAN DAN UPACARA BAYANGAN
<< Go Back


 

PEHUKUMAN DAN PENUAIAN
Dl DALAM KESAKSIAN, PERUMPAMAAN,
DAN UPACARA BAYANGAN

  

 

Dalam Terang Dari Kesaksian-Kesaksian
Para Nabi

 

Oleh sebagian orang telah dipertahankan dengan teguh pendirian, bahwa kebenaran yang amat penting ini tidak mungkin ditegakkan oleh Firman saja, maka sebab itu hendaklah para pembaca memperhatikan apa yang dikatakan Alkitab:

“Maka ku pandang sampai tahta-tahta itu diturunkan, dan Dia yang tiada berkesudahan hari-Nya itu duduk, yaitu Dia yang pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut kepala-Nya seperti bulu domba yang amat bersih: tahta-Nya adalah seperti nyala api yang bernyala-nyala, dan roda-roda-Nya seperti api yang membakar habis. Suatu sungai api mengalir dan keluar dari hadapanNya: beribu-ribu berkhidmat kepada-Nya, dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu menghadap hadirat-Nya: majelis pehukuman itu duduklah, dan kitab-kitab dibuka”. Daniel 7 : 9, 10.

Dalam ayat ini dikemukakan empat fakta yang berhubungan: (1) tahta-tahta itu tidak ada sebelum pemandangan itu terbuka dalam khayal; (2) Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu datang lalu duduk setelah tahta-tahta itu didudukkan, (3) kemudian kitab-kitab itu dibuka; (4) sekaliannya itu (tahta-tahta, Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya, dan kitab-kitab) mengungkapkan suatu pemandangan sidang pehukuman. Dan karena kitab-kitab itu adalah jelas merupakan pusat perhatian dalam pemandangan itu, maka dengan sendirinya timbul pertanyaan,

 

 

Apakah Alasan bagi adanya Kitab-Kitab?

 

Dasar bagi sebuah konsep yang tepat mengenai pehukuman ialah suatu pengertian yang tepat terhadap hakekatnya dan mengenai alasan bagi adanya buku-buku. Mengenai yang terakhir ini Yahya sebagai pewahyu mengatakan sebagai berikut:

”Maka aku tampak segala orang mati, kecil besar, berdiri di hadapan hadirat Allah; dan buku-buku dibukakan: maka ada sebuah buku yang lain dibukakan, yaitu Kitab Kehidupan; maka segala orang mati itu diadili sesuai dengan segala perkara yang tercatat di dalam buku-buku itu.” — Wahyu 20 : 12.

 

Oleh sebab itu, maka tak dapat dibantah bahwa kitab-kitab itu berisikan nama-nama maupun catatan-catatan dari semua orang yang akan diadili. Dan tentunya semua nama-nama dan catatan-catatan ini telah ditulis sewaktu setiap orang yang bersangkutan masih hidup. Pemazmur mengatakan: “Matamu melihat selagi janinku masih belum sempurna; dan di dalam kitab-Mu segala anggota tubuhku telah dicatat, sebelum ada terdapat satu pun dari padanya, yaitu yang dibentuk pada hari-hari selanjutnya.” — Mazmur 139 : 16. “Tuhan akan menghitung, pada waktu Ia mencatat orang banyak itu, bahwa orang ini telah lahir di sana.” — Mazmur 87 : 6. (Terjemahan yang lebih tepat dari Alkitab bahasa Inggris).

 

Demikianlah Ilham mengungkapkan, bahwa perbuatan setiap orang diperinci dengan ketepatan yang luar biasa di dalam kitab-kitab sorga, dan bahwa alasan bagi adanya kitab-kitab itu dengan sendirinya tidak lepas dari

Alasan Bagi Adanya Sidang Pehukuman Itu

 

Bahwa tidak setiap nama yang telah dimasukkan di dalam kitab-kitab Anak Domba akan dapat dipertahankan tetap di sana, ditentukan secara menyedihkan oleh kata-kata Injil berikut ini:

”Maka firman Tuhan kepada Musa, Barangsiapa yang telah berdosa melawan Aku, ia itu akan Ku parangkan namanya dari dalam kitab-Ku”. Keluaran 32 : 33. “Dan jika seseorang mengurangkan dari pada segala perkataan dari kitab nubuatan ini, maka Allah akan menghilangkan bagiannya dari dalam Kitab Kehidupan, dan dari dalam kota suci, dan dari segala perkara yang ada tertulis di dalam kitab ini.” — Wahyu 22 : 19.

Dengan demikian, maka buku-buku itu tentunya berisikan nama-nama dari sejumlah besar gabungan orang-orang, — baik mereka yang berdiri teguh dalam iman dan terus bertahan dengan sabar sampai kepada kesudahan, dan mereka yang tidak setia. Kristus mengatakan: “Barangsiapa yang kelak tahan sampai kepada kesudahan, ia akan diselamatkan.” — Matius 24 : 13. Tetapi mereka yang tidak tahan kelak akan hilang.

“Dan inilah mereka bagaikan yang ditabur di atas tanah yang berbatu-batu; yang apabila mereka itu mendengar Firman, segeralah mereka menyambutnya dengan bersuka-cita hatinya; tetapi tiada ia itu berakar di dalam diri mereka, sehingga dangan demikian itu bertahan hanya seketika saja; akhirnya, apabila datang kesusahan atau aniaya karena sebab Firman itu, maka secepatnya juga mereka meninggalkannya.” — Markus 4 : 16, 17.

”Ya Tuhan, pengharapan Israel, semua orang yang meninggalkan Dikau kelak akan malu, dan mereka yang beralih dari pada-Ku akan kelak dicatat namanya di dalam tanah, karena mereka telah meninggalkan Tuhan, yaitu sumber dari segala air kehidupan.” — Yeremiah 17 : 13.

Demikianlah, tak dapat tiada harus datang suatu hari perhitungan, suatu hari apabila nama-nama mereka yang didapati tidak pantas bagi kehidupan kekal akan dicoret keluar dari dalam Kitab Hayat Anak Domba – suatu tata kerja untuk mana hanya satu-satunya sebutan yang tepat dapat diberikan, yaitu “pemeriksaan pengadilan” (investigative judgment).

Dan sekarang karena “masa itu sekarang tiba bahwa pehukuman harus dimulai pada isi rumah Allah….” “sebab itulah engkau menderita sengsara, sebagai seorang prajurit Yesus Kristus yang baik” (2 Tirnotius 2 : 3), karena “jika ia itu (pehukuman itu) pertama sekali berlaku atas kita, maka apakah kelak akhir nasib mereka yang tidak mematuhi Injil Allah?” 1 Petrus 4 : 17.

Oleh sebab itu, karena dalam kegenapan masanya, pehukuman itu akan dimulai di dalam rumah Allah, sidang, maka setiap orang akan dihadapkan kepada kebutuhan yang mendesak untuk mengetahui:

 

Bagaimana Nama-Nama Dipertahankan

Di Dalam Kitab Itu.

 

Pada saat kita menyambut Kristus sebagai Juruselamat pribadi kita oleh perantaraan Firman Kebenaran, — pada saat yang termulia itu juga Allah mengampuni kita dari pada segala dosa kita, lalu tangan-tangan yang ternoda darah karena Golgotha itu memasukkan nama-nama kita ke dalam Kitab Hayat Anak Domba. Kemudian serentak pena malaikat-malaikat mulai mencatat di dalam lembaran samawi rentetan pengalaman kekristenan kita yang hidup atau mati terpisah dari pengalaman kita yang lalu. Bahkan “rambut-rambut kepalamu pun semuanya dihitung”. Matius 10 : 30. Oleh sebab itu “janganlah membiarkan mulutmu membuat tubuhmu berdosa; dan juga janganlah engkau mengatakan di hadapan malaikat itu, bahwa itu hanyalah suatu khilaf adanya”. Alkhatib 5 : 6. Karena di dalam pemeriksaan pengadilan itu semua kitab-kitab dibuka dan semua perbuatan yang dilakukan di dalam tubuh dikemukakan secara terbuka bagi suatu perhitungan akhir di hadapan hadirat Dia yang tak berkesudahan hari-Nya itu. Semua orang yang berdiri teguh sampai kepada kesudahan kelak akan dihapuskan dosa-dosa mereka pada waktu itu untuk selama-lamanya dari kitab-kitab itu, dan nama-nama mereka tetap dipertahankan di dalamnya; sebaliknya semua orang yang tidak berhasil menang akan kelak pada waktu itu dipertahankan dosa-dosa mereka di dalam kitab-kitab itu untuk selama-lamanya, lalu nama-nama mereka dicoret dari dalamnya.

Selalu ujian manusia yang terbesar, dan sesuatu ujian yang senantiasa meliputi hampir setiap keputusan yang harus segera diambil terdapat di dalam terbukanya gulungan suratan — yaitu di dalam kemajuannya sesuatu pekabaran baru yang melebihi pekabaran yang sudah lampau, — yaitu kebenaran sekarang. Pada setiap kesempatan yang sedemikian ini setiap orang harus mengambil keputusan: Haruskah saya mematuhi kebenaran baru dan yang tidak terkenal itu dan berjalan dalam terangnya, Ialu menggabungkan diri dengan orang-orang yang dianggap hina oleh hampir setiap pemimpin agama di dalam negeri, ataukah harus saya membiarkan diri saya dihalangi oleh keputusan dan nasehat pihak kependetaan yang di dalam gereja saya?

Bilamana pehukuman dimulai dan kitab-kitab dibuka lalu perkara-perkara dari masing-masing generasi secara bergantian lewat di depan sidang pengadilan, maka ada beberapa generasi mengalami pencoretan hampir seluruh nama orang-orangnya dan bukan dosa-dosanya. Apabila generasi orang-orang yang hidup di masa kedatangan Kristus yang pertama ditimbang pada neraca kaabah kesucian, seluruh bangsa akan didapati ringan sehingga nama-nama mereka akan dihapus dari kitab itu. Dan demikian itulah dalam tingkat yang berbeda-beda ia itu terjadi pada saat setiap pekabaran diperkenalkan dalam setiap zaman. Berbagai periode yang berbeda-beda dalam sejarah gereja masing-masingnya telah ditandai dengan berkembangnya beberapa kebenaran istimewa, yang disesuaikan kepada berbagai kebutuhan umat Allah pada zaman itu. Setiap kebenaran baru telah mengusahakan jalannya sendiri melawan kebencian dan tantangan; orang-orang yang diberkahi dengan terangnya dicobai dan dianiaya”. — The Great Controversy, p. 609.

Sesuai dengan itu, “apabila sesuatu pekabaran datang dalam nama Tuhan kepada umat-Nya, tak seorang pun dapat dimaafkan dirinya dari pada menyelidiki semua tuntutan pekabaran itu”. — Testimonies on Sabbath School Work, p. 65. Buangkanlah semua syakwasangka, semua pikiran pribadi, dan pendapat-pendapat manusia yang tidak memiliki tanda Ilham, dan mereka yang mengatakan dalam kenyataan perbuatan-perbuatannya: “Aku kaya, dan sudah bertambah segala kekayaanku, sehingga tidak memerlukan apa-apa lagi” (kebenaran atau nabi-nabi) Wahyu 3 : 17.

Alkitab dapat dijelaskan dengan benar hanya oleh Roh yang telah mengendalikan penulisannya. Ia “akan mengendalikan kamu ke dalam semua kebenaran; karena Ia tidak akan berbicara dari hal diri-Nya sendiri; melainkan apapun juga yang didengar-Nya, itulah yang akan dibicarakan-Nya; dan Ia akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang akan datang” supaya dapat kamu “diperdirikan dalam kebenaran sekarang”. Maka “siapapun…..yang menghojat melawan Roh Suci (berbicara jahat melawan pekabaran itu) ia itu tidak akan dimaafkan” kepadanya: karena itulah satu-satu-nya  jalan oleh mana kita dapat diselamatkan (Yahya 16 : 13 ; 2 Petrus 1 : 12 ; Lukas 12 : 10).

Dengan sendirinya, maka bahaya yang terbesar bagi umat bukannya karena mereka mendengar kepada kekeliruan, melainkan karena penolakan mereka melawan kebenaran sekarang. Tuhan berfirman: “Jika sesuatu pekabaran datang, yang tidak kamu mengerti, maka berusahalah agar dapat kamu mendengar semua alasan yang dapat diberikan oleh utusan itu, ….. kemudian kemukakanlah alasan-alasanmu yang kuat; karena pendirianmu tidak akan dapat digoncang oleh datang berhubungan dengan kesalahan”. — Testimonies on Sabbath – School Work, pp. 65, 66. “Oleh sebab itu hendaklah orang yang menyangka dirinya berdiri supaya memperhatikan supaya jangan ia jatuh”. — 1 Korinthi 10 : 12.

Oleh sebab itu jelaslah, bahwa setiap sikap yang menunjukkan seseorang tidak mau melakukan penyelidikan secara jujur terhadap setiap pekabaran yang mengaku merupakan kebenaran tambahan, tak dapat tiada akan membawakan kehancuran atas dirinya sendiri. Sebaliknya di pihak lain orang yang menyambut kebenaran tetapi lalai menghidupkan dan memberitakannya dengan jujur, sehingga dengan demikian itu juga mendatangkan kebinasaan atas dirinya — terhadap mana Yeheskiel mengamarkan: “Apabila seseorang yang benar berbalik dari pada kebenarannya, lalu berbuat kejahatan, dan aku meletakkan sebuah balok penghalang (sebuah pekabaran) di hadapannya, ia akan mati: karena engkau tidak memberikan amaran kepadanya, ia akan mati dalam dosanya, dan kebenarannya yang telah dilakukannya tidak akan diingat lagi; tetapi darahnya akan ku tuntut dari pada tanganmu. Tetapi jika engkau mengamarkan orang benar itu, supaya orang benar itu tidak berdosa, sehingga ia tidak berbuat dosa, maka ia pasti akan hidup, karena ia telah diberi amaran; juga kamu telah melepaskan jiwamu.” Yeheskiel 3 : 20, 21. Tetapi orang-orang jahat akan “dihapuskan dari dalam kitab orang-orang hidup, dan tidak akan ditulis namanya bersama-sama dengan orang-orang benar.” Mazmur 69 : 28.

Demikian telah digariskan secara kokoh pendirian yang dikemukakan di atas mengenai pemeriksaan hukum itu membuat semua pendirian yang menentangnya menjadi hanya

Penyimpulan-Penyimpulan Yang
Tak Berdasar.

Karena kepercayaan mereka yang keliru, bahwa tahta Allah selalu berada di dalam kaabah kesucian (sanctuary) dan bahwa Kristus sesudah kenaikan-Nya duduk di sana pada sebelah kanan Bapa-Nya, maka orang-orang telah mengusahakan setiap cara untuk membuktikan, bahwa Kristus telah masuk “ke balik tirai” segera setelah Ia meninggalkan murid-murid-Nya. Tetapi karena semua usaha yang sedemikian ini, sekalipun senantiasa bermaksud baik dalam kepentingan kebenaran, dan diusahakan oleh pikiran-pikiran yang bukan diilhami oleh Roh Allah melainkan oleh perkiraan-perkiraan, maka sebab itu kita harus dengan rajin memohon kepada Tuhan akan Penghibur yang dijanjikan itu untuk memimpin kita ke dalam semua kebenaran, dan untuk menyelamatkan kita dari perasaan sombong dan dari pada menganggap pasti segala perkara secara buta lalu membentuk penyimpulan-penyimpulan tanpa menggali lebih dalam.

Rasul Petrus mengatakan: ”Kita juga memiliki suatu firman nubuatan yang lebih pasti, maka baiklah kamu memperhatikannya, seperti akan sebuah pelita yang bercahaya di dalam suatu tempat yang gelap, sampai hari siang, dan bintang timur terbit bercahaya di dalam hatimu; sambil pertama sekali mengetahui ini, bahwa tak ada satupun nubuatan firman yang berasal dari sesuatu akal orang sendiri. Karena nubuatan itu datang di zaman dahulu bukan oleh kehendak manusia; melainkan datangnya dari pada Allah, diucapkan oleh orang-orang suci yang digerakkan oleh Rohulkudus”. 2 Petrus 1 : 19 – 21.

Oleh sebab itu, maka pembaca yang bijaksana akan selanjutnya berhenti memberi tempat kepada teori-teori dan spekulasi-spekulasi manusia yang mencobainya dengan sekuat-kuatnya untuk menjadikan daging sebagai pegangannya. Ia sebaliknya akan datang dengan setia kepada nubuatan Alkitab dan kepada hasil-hasil interpretasi yang diilhami, maka ia akan belajar dari padanya, bahwa kaabah kesucian itu ialah

Ruangan Tahta Allah Yang Sementara.

Karena mahluk-mahluk bumi sendiri pun belum pernah berada di dalam sorga, mereka dengan sendirinya adalah asing terhadap realitas-realitas yang di dalam sorga (1 Korinthi 2 : 9), maka bagi Allah untuk membuat kebenaran samawi dapat dikenal oleh mereka, Ia harus mengungkapkannya oleh perantaraan realitas-realitas duniawi yang sudah mereka kenal. Oleh sebab itu oleh perantaraan tugas pekerjaan kaabah kesucian di bumi akan terlihat tugas pekerjaan kaabah kesucian yang di sorga (Ibrani 9 : 1 – 9). Sesungguhnya, karena kaabah kesucian yang di atas merupakan contoh bagi kaabah kesucian yang di bawah, maka upacara-upacara dari kaabah kesucian di atas diungkapkan secara pasti dalam upacara-upacara dari kaabah kesucian yang di bumi. Dan dari kenyataan, bahwa kaabah kesucian bumi telah ditunjuk sebagai suatu tempat bagi pengakuan dan bagi pengampunan dosa-dosa, menunjukkan bahwa ruangan tahta di dalam kaabah kesucian sorga itu adalah hanya sementara. Dari padanya, selagi dosa masih ada, Tuhan melanjutkan pekerjaan menyingkirkan dosa dan orang-orang berdosa dari alam semesta. Dan terang ini pada gilirannya menunjukkan dengan jelas, bahwa bukannya sampai dosa memasuki alam semesta baharu secara bersamaan terdapat kaabah kesucian itu di dalam sorga.

“Aku tampak”, demikian ditegaskan oleh Pewahyu pada kira-kira tahun 96 T.M. sewaktu ditunjukkan kepadanya tahta itu di dalam kaabah kesucian, “maka tengoklah, sebuah pintu terbuka di sorga, maka suara yang pertama sekali ku dengar itu adalah bagaikan bunyi sangkakala yang berbicara kepadaku, katanya: ‘Naiklah kemari, maka aku akan menunjukkan kepadamu perkara-perkara yang tak dapat tiada harus jadi kemudian kelak’.

“Dan segeralah aku berada dalam Roh; maka tengoklah, sebuah tahta berdiri di sorga, dan Seseorang duduk pada tahta itu. Maka Ia yang duduk itu rupanya seperti sebuah permata yasip dan sebuah batu akik; dan ada sebuah pelangi yang mengelilingi tahta itu, seperti zamrud rupanya. Maka sekeliling tahta itu terdapat dua puluh empat tempat duduk; dan pada tempat-tempat duduk itu aku tampak dua puluh empat tua-tua sedang duduk, yang berpakaian putih-putih, dan di atas kepala mereka terdapat mahkota-mahkota emas. Maka keluarlah dari tahta itu beberapa kilat dan guruh-guruh dan suara-suara; maka adalah di sana tujuh buah pelita yang bernyala-nyala di depan tahta itu, yaitu tujuh Roh Allah. Dan di hadapan tahta itu terdapat suatu laut kaca yang bagaikan kristal; dan di tengah-tengah tahta itu, dan sekeliling tahta terdapat empat binatang yang penuh dengan mata di depan dan di belakang”.

 

“Maka aku tampak, dan heran, di tengah-tengah tahta dan empat binatang itu, dan di tengah-tengah para tua-tua itu, berdirilah seekor Anak Domba yang bagaikan telah tersembelih, yang bertanduk tujuh dan bermata tujuh, yaitu tujuh Roh Allah yang sudah diutus ke seluruh bumi ……… Maka aku tampak dan aku dengar suara dari banyak malaikat yang mengelilingi tahta dan binatang-binatang dan para tua-tua itu: maka bilangan mereka itu adalah sepuluh ribu kali sepuluh ribu, dan beribu-ribu banyaknya.” Wahyu 4 : 1 – 4; 5 : 6, 11.

 

Di sini dikemukakan sebuah gambaran rangkap dua. Pada satu pihak, di depan tahta itu terdapat “tujuh pelita yang bernyala-nyala” dan “Anak Domba itu yang bagaikan sudah tersembelih”, yang menunjukkan bahwa tahta itu “didudukkan” di sana untuk melayani dalam masa kasihan. Terang dari kaki pelita itu melambangkan terang kebenaran di dalam sidang sementara darah Anak Domba sedang melaksanakan penebusan bagi mahluk-mahluk yang berdosa. Pada lain pihak, di atas tahta itu duduk Dia Yang Tiada berkesudahan Hari-Nya, yaitu Hakim, yang dikelilingi oleh juri yang terdiri dari dua puluh empat tua-tua ditambah malaikat-malaikat yang menjadi saksi, yaitu “sepuluh ribu kali sepuluh ribu, dan beribu-ribu” mereka, ditambah empat binatang (mereka, yang karena “ditebus” “keluar dari pada setiap suku bangsa, dan bahasa, dan umat, dan bangsa” — ayat 8, 9, maka sebab itu mereka melambangkan orang-orang suci, – yaitu semua orang yang dosa-dosanya akan dicoret dari kitab-kitab yang berisikan catatan-catatan, — sama seperti halnya binatang-binatang dari Daniel 7 melambangkan semua kerajaan yang akan binasa dalam dosa-dosa mereka), bersama-sama dengan Anak Domba, Pembela kita, di tengah-tengah. Sekaliannya ini menunjukkan suatu kombinasi pekerjaan pembelaan pengadilan.

           

Sejauh itu kini kita saksikan, bahwa sewaktu Yahya dalam khayal memandang pintu itu — tirai — sementara ia itu terbuka menuju ke ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga, ia telah diijinkan untuk melihat ke dalam, dan bahwa perkara-perkara yang disaksikannya itu akan jadi “kemudian” dari pada zamannya; dengan begitu menunjukkan bahwa pada saat khayalnya itu (kira-kira tahun 96 T.M.) ruangan Yang Maha Suci itu sedang tertutup. Sebagai tambahan untuk ini, kita akan saksikan sekarang dari nubuatan Daniel, bahwa tahta pengadilan itu didudukkan di dalam ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga sesudah “tanduk kecil” dari Daniel 7 itu muncul keluar.

 

”Sementara aku memperhatikan tanduk-tanduk itu”, demikian kata Daniel, “maka heran, muncullah di antaranya sebuah tanduk kecil yang lain, olehnya juga tiga buah dari pada tanduk-tanduk yang pertama itu tercabut sampai dengan akar-akarnya; maka heran, pada tanduk yang sebuah ini terdapat mata seperti mata manusia, dan sebuah mulut yang mengatakan perkara-perkara besar. Aku memandang sampai tahta-tahta itu diturunkan, dan Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu duduk, yaitu Dia yang pakaian-Nya putih seperti salju, dan rambut kepala-Nya bersih seperti buluh domba; tahta-Nya seperti nyala-nyala api, dan roda-roda-Nya seperti api yang bernyala-nyala. Maka suatu sungai api keluar dan muncul dari hadapan hadirat-Nya; berlaksa-laksa melayani Dia, dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu berdiri di hadapan-Nya, pehukuman itu duduklah, dan kitab-kitab dibuka”. Daniel 7 : 8 – 10 (Terjemahan yang lebih tepat dari Alkitab bahasa Inggris).

 

Ayat-ayat ini mengungkapkan, bahwa sesudah “pehukuman itu duduk, dan kitab-kitab dibuka,” “Anak Manusia”, Kristus, kemudian “dihantarkan” kepada suatu posisi, bukan pada “sebelah kanan Allah”, ”Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu”, melainkan “dekat di hadapan-Nya” (Daniel 7 : 8 – 10, 13).

 

Baik khayal Yahya maupun khayal Daniel, keduanya mengungkapkan, bahwa tahta yang di dalam kaabah kesucian itu belum ada di sana semenjak dari permulaan dunia diciptakan Allah, atau semenjak dari zaman Musa, atau pun semenjak dari saat Kistus naik ke sorga, atau bahkan semenjak dari zaman Romawi kapir; karena sesungguhnya ia itu belum “ditempatkan” sampai setelah runtuhnya Romawi kapir, pada waktu “tanduk kecil” dari binatang yang tak tergambarkan itu muncul keluar — yaitu pada zaman Romawi agama (Daniel 7 : 7 – 12, 21, 22). Oleh karena itu, maka bukan di dalam kaabah kesucian, melainkan di tempat lain terdapat

Ruangan Tahta AllahYang Kekal Itu.

Oleh karena tahta kaabah kesucian itu belum ada di zaman gereja Kristen yang mula-mula, maka itulah sebabnya tahta dimana Stefanus menyaksikan Kristus duduk pada “sebelah kanan Allah” itu (Kisah Rasul-rasul 7 : 56) tidak mungkin terdapat di dalam kaabah kesucian di mana “laut kaca” itu berada, melainkan di Sorga dari mana mengalir ”sungai air hidup”, dan yang pada kedua sisinya terdapat ”pohon kehidupan”. Wahyu 22 : 1, 2. Sebab itu jelaslah, bahwa tahta yang disaksikan oleh Stefanus itu ialah “tahta Allah dan Anak Domba”, yaitu tahta yang permanen dan kekal. Sekeliling tempat duduk yang mulia ini tidak terdapat binatang-binatang apapun, tidak ada saksi-saksi, tidak ada juri, dan di hadapannya “tidak ada pelita”, dan tidak ada darah untuk dipersembahkan. Tegasnya, ia itu berdiri bukan di dalam kaabah kesucian yang dipenuhi dosa, melainkan di dalam Sorga. Itulah tahta kekuasaan administrasi, dari mana Yang Tak Terhingga itu memerintah selama-lamanya atas semua mahluk hidup-Nya yang tidak berdosa.

 

Jadi, ke tahta inilah, yaitu dari kekal sampai kekal Kristus naik dan duduk di atasnya pada sebelah kanan Bapa-Nya sampai tiba saatnya apabila pada kegenapan nubuatan Daniel dan Wahyu Yahya, beberapa waktu sesudah tanduk kecil yang berkuasa itu datang, baharu Ia dan Bapa-Nya pindah ke tahta kaabah kesucian itu. Pada tahta yang terakhir ini Ia bukan duduk sebagai seorang raja pada sebelah kanan Allah, melainkan sebaliknya di depan tahta itu Ia berdiri, baik sebagai seekor anak domba korban (Wahyu 5 : 6) maupun sebagai seorang perantara (Daniel 7 : 13) yang melakukan pembelaan bagi orang-orang berdosa. Sebab itulah, maka pekerjaan pembelaan-Nya dimulai:

Pertama di Dalam Ruangan Suci,

Kemudian di Dalam Ruangan Yang Maha Suci

Di dalam kaabah kesucian bumi imam besar (yang melambangkan Kristus) itu bertugas pertama-tama di dalam ruangan suci sepanjang tahun, kemudian pada hari pengampunan (hari grafirat), yaitu hari penyucian kaabah kesucian dan pengadilan orang banyak itu, Ia bertugas di dalam ruangan Yang Maha Suci untuk hanya sehari lamanya. Pelayanan rangkap ini menunjukkan, bahwa di dalam kaabah kesucian sorga Imam Besar, Kristus, perlu harus pertama-tama bertugas di dalam ruangan suci sampai kepada hari Pengampunan (Grafirat) contoh saingan, kemudian sepanjang hari itu Ia harus bertugas di dalam ruangan Yang Maha Suci, di depan tahta. Dengan demikian upacara-upacara yang di bumi itu pun tidak membenarkan pendapat orang-orang yang mengatakan, bahwa Kristus memasuki ruangan Yang Maha Suci dari kaabah kesucian sorga segera setelah kenaikan-Nya.

 

Jadi jelaslah upacara bayangan itu mengungkapkan bahwa semenjak dari saat Kristus “duduk pada sebelah kanan Allah” (Markus 16 : 19), di mana “sungai air hayat” itu berada sampai kepada saat apabila Ia dan Bapa pindah ke tahta yang terdapat di dalam kaabah kesucian, di mana terdapat “laut kaca itu” (Daniel 7 : 9, 10 ; Wahyu 4 : 6), Ia bertugas bagi kita sebagai seorang Imam Besar di dalam “ruangan suci” (Ibrani 9 : 12); dan bahwa pada waktu yang sama itu juga bersama-sama dengan Bapa pada tahta kekuasaan yang kekal (“tahta Allah dan Anak Domba itu”) Ia memerintah seluruh alam semesta yang tidak berdosa.

 

Dari fakta-fakta kenyataan di depan, yang terang dan jelas, satu-satunya kesimpulan diambil yang dapat dipertahankan ialah, bahwa Kristus, segera setelah kenaikan-Nya, bukan masuk melewati tirai di dalam kaabah kesucian, melainkan Ia duduk pada sebelah kanan Bapa-Nya, di Sorga, dan dari sanalah Ia meneruskan pekerjaan-Nya di dalam ruangan suci dari kaabah kesucian.

 

Betapa jelaslah sudah, terang kebenaran pada akhirnya menyinari ke atas masalah keselamatan yang maha penting ini yang sedemikian lamanya telah tertutup di bawah kabut teori-teori dan spekulasi-spekulasi manusia yang sedemikian pekatnya! Dan betapa kokohnya hasil usaha mempertahankan nama dari Roh Nubuat yang berusaha meneguhkan kembali pendiriannya terhadap masalah ini yang berbunyi: “bahwa masalah kaabah kesucian itu berdiri pada keadilan dan kebenaran, seperti yang sudah kita pegang untuk sekian tahun lamanya.” – GospelWorkers, p. 303.

 

“Sebab itu janganlah kamu membuangkan harapan percayamu, yang mempunyai penggantian pahala yang besar. Karena kamu perlu memiliki sabar, supaya setelah kamu melakukan kehendak Allah, dapatlah kamu memperoleh janji itu. Karena hanya seketika saja lagi lamanya, maka Ia yang akan datang itu akan kelak datang, dan tidak akan berlambatan.” Ibrani 10 : 35 – 37.

 

“Kini mengenai segala perkara yang telah kita bicarakan itu inilah kesimpulannya: Bahwa kita mempunyai seorang Imam Besar yang sedemikian itu, yaitu Dia yang duduk pada sebelah kanan tahta dari Yang Maha Besar di dalam segala langit; seorang pelayan kaabah kesucian, dan tabernakel yang benar itu, yang didirikan oleh Tuhan, dan bukan oleh manusia.” Ibrani 8 : 1, 2.

 

“Karena Kristus bukan masuk ke dalam tempat-tempat suci buatan tangan, yang merupakan lambang dari tempat-tempat suci yang sebenarnya; melainkan ke dalam sorga itu sendiri, yang kini akan muncul di hadapan Allah bagi kita”. Ibrani 9 : 24. Sesungguhnya, “sekarang sekali pada akhir dunia ini Ia muncul untuk membuang dosa oleh pengorbanan diri-Nya sendiri. Dan seperti telah ditentukan bagi orang-orang sekali akan mati, tetapi sesudah ini datang pengadilan” (Ibrani 9 : 26, 27) – pembersihan kaabah kesucian itu (Daniel 8 : 14).

 

Sebab itu jelaslah, bahwa pehukuman itu akan dimulai dan kaabah kesucian itu akan dibersihkan, bukan sebelum, melainkan sesudah kegenapan masa periode bagi mereka yang ditentukan itu untuk mati. Oleh sebab itu pemeriksaan pengadilan itu adalah konsisten sama dengan penemuan catatan-catatan di dalam kitab-kitab sorga, yaitu nama-nama mereka yang didapati tidak pantas tanpa memakaikan “pakaian kawin” akan dicoret dari kitab-kitab itu. Demikianlah kaabah kesucian itu dibersihkan. Berbicara mengenai permulaan pekerjaan pengadilan dan pembersihan ini, malaikat itu mengatakan kepada Daniel sebagai berikut: “Sampai kepada dua ribu tiga ratus hari, kemudian kaabah kesucian itu kelak akan dibersihkan.” Daniel 8 : 14.

 

Sesuai dengan itu, karena pembersihan itu terjadi pada saat berakhirnya 2300 hari itu, dan karena sebagaimana kita saksikan itu adalah pengadilan yang berlangsung “di akhir dunia ini” (Ibrani 9 : 26), maka dengan sendirinya berakhirnya hari-hari itu, dan dimulainya pekerjaan perantaraan pengadilan Kristus itu, berdasarkan kuasa Ilham itu sendiri, adalah pada saat mulainya akhir dunia. Sebab itu kesimpulannya, bahwa 2300 hari itu tidak akan berakhir pada zaman Antiochus Epiphanes seperti yang diajarkan oleh mereka itu. Pendirian yang tidak dapat dipertahankan ini mengenai masalah itu, berikut beberapa pandangan yang sama lainnya yang tak dapat ditunjang, harus disingkirkan. Oleh sebab itu demi untuk menetapkan tanggal yang tepat pembersihan itu, maka kita perlu 

 

 

 46 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart