DIBAWAH TERANG DARI PERUMPAMAAN-PERUMPAMAAN
<< Go Back


 

 

DI BAWAH TERANG DARI

PERUMPAMAAN -PERUMPAMAAN

 

Penabur benih, benih, ladang, musim pemeliharaan dan pertumbuhan, dan musim penuaian harus bersama-sama diperhitungkan dengan tepat untuk menggambarkan kerajaan kerohanian itu; jika tidak, maka penyajiannya hanya akan dapat membawa kepada kekeliruan dan bukan kepada kebenaran.

Empat musim dari setiap tahun semuanya diperlukan dalam melengkapi proses penanaman, peningkatan, dan penuaian hasil tahunan, dan musim Gugur merupakan permulaan tahun pertanian (sama seperti berakhirnya musim panas ialah “hari raya pengumpulan hasil, yaitu pada akhir tahun, apabila kamu telah mengumpulkan hasil usahamu dari ladang”. — Keluaran 23 : 16), oleh sebab itu perumpamaan ini melukiskan melalui suatu masa periode dua belas bulan setahun dari sejarah Injil, yang pada penutupannya Kerajaan Kristus akan diperdirikan, dan permulaannya itu ialah:

 

MASA PENABURAN BENIH

 

Karena adanya suatu periode sejarah sidang yang dilukiskan melalui masa periode penuaian dua belas bulan ini, maka kita harus mencarikan saat permulaannya —- yaitu masa penaburan benih, dan masa penutupannya —- yaitu masa pengumpulan hasil.

 

Kristus mengatakan: “Yang menabur benih yang baik itu ialah Anak Manusia, dan musuh yang menabur lalang-lalang itu “ialah Iblis”. Matius 13 : 37, 39.

 

“Anak Manusia”, Dia yang “menabur benih yang baik itu”, tentunya tak lain dari pada Kristus sendiri. Tetapi karena Ia tidak mungkin dapat disebut “Anak Manusia” sebelum Ia dilahirkan dari seorang wanita, maka demikianlah Ia tidak mungkin dapat menabur “benih yang baik” dari penuaian rohani itu sebelum kelahiran-Nya di Betlehem, Yudea.

 

Karena tugas pelayanan-Nya —- penaburan-Nya akan “benih yang baik itu”, yaitu kebenaran —- dimulai segera sesudah baptisan-Nya (Matius 4 : 17), maka untuk mengukuhkan permulaan dari perumpamaan periode penuaian itu kita harus lebih dulu menentukan saat Ia dibaptis.

 

”Dan sesudah enam puluh dua minggu”, demikian dinubuatkan oleh Daniel mengenai tugas pelayanan Kristus dan kematian-Nya, “maka Almasih akan kelak dibunuh tetapi bukan karena diri-Nya sendiri: ….. maka Ia akan mengukuhkan perjanjian itu dengan banyak orang untuk satu minggu lamanya: dan di pertengahanminggu itu Ia akan menghentikan korban penyembelihan dan persembahan itu”. Daniel 9 : 26, 27.

 

Bahwa ini adalah masa nubuatan, yang dihitung dengan penggarisan sehari sama dengan setahun sesuai Yeheskiel 4 : 6, dapat dilihat dari kenyataan, bahwa ada terdapat tujuh tahun semenjak dari saat Kristus dibaptis sampai kepada saat para rasul-rasul diperbolehkan membawakan berita Injil kepada orang-orang Kapir. Selama masa periode ini Kristus mengukuhkan atau menggenapi perjanjian itu. “Pada pertengahan minggu itu”, atau pada akhir dari tiga setengah tahun Ia disalibkan, sehingga dengan demikian Ia mengakhiri semua penyembelihan korban di bumi.

 

Karena kenyataannya cukup kuat (lihat Ilustrasi gambar pehukuman di atas ) bahwa tiga setengah tahun pelayanan Kristus itu berakhir pada hari yang ke-16 dari bulan yang pertama, maka dengan menghitung tiga setengah tahun (menyusul ilustrasi gambar pehukuman di atas), kita menemukan, bahwa baptisan-Nya itu terjadi pada hari yang ke-16 dari bulan yang ketujuh, yaitu dalam Minggu Tabernakel, dan pesta perayaannya itu ialah akhir dari tahun pertanian itu, yaitu penutupan penuaian (Immamat 23 : 39).

 

Demikianlah kita saksikan, bahwa perumpamaan itu adalah benar-benar sesuai tepat dan jitu dengan alam, dan bahwa “Anak Manusia” memulaikan penaburan benih-benih rohani itu tepat pada waktunya, —- pada akhir dari tahun tua dan pada permulaan dari tahun baru penuaian itu —- tepat pada musim yang sesuai dari tahun. Dengan penaburan benih-benih yang dimulai dengan baptisan Kristus, dan penuaian yang datang pada “akhir dunia,” maka masa periode dari perumpamaan itu jelas merangkul keseluruhan sejarah Kristen —- semenjak dari permulaan pelayanan Kristus sampai kepada penutupan masa kasihan. Di antara keduanya ini terdapat

Masa Pertumbuhan Gandum

Karena tiga setengah tahun itu semenjak dari permulaan pelayanan Kristus sampai kepada penyaliban-Nya adalah masa penaburan, dan masa penuaian ialah akhir dunia, maka periode yang di antara keduanya itu ialah masa bagi pertumbuhan dan pematangan biji, juga

 

Masa Penaburan Lalang

 

Setelah Ia menyelesaikan penaburan benih-benih yang baik, maka “Anak Manusia ……. meninggalkan rumah-Nya, lalu Ia memberi kuasa kepada hamba-hamba-Nya, dan kepada masing-masing orang dengan tugasnya, dan memerintahkan kepada penjaga pintu supaya berjaga-jaga.” Markus 13 : 34. Tetapi dengan kepergian-Nya itu, sementara orang-orang diperintahkan berbuat selama majikannya pergi, maka “orang-orang tertidur.” Dengan demikian, beberapa saat sesudah Kristus naik ke sorga, maka “musuh-Nya datang lalu menaburkan lalang di antara gandum-gandum itu, lalu pergilah ia.” Matius 13 : 25. Tetapi hamba-hambaNya, yang tidur, tidak mengetahuinya. Betapa tragisnya gambaran yang bertentangan ini. Pengawal-pengawal Sion jatuh tertidur di atas pagar-pagar temboknya sendiri, sementara musuh menyelinap masuk secara tidak kelihatan dan tanpa menghadapi perlawanan sama sekali. Oh betapa ngerinya kesalahan melalaikan tugas yang terletak pada para pengawal semenjak dari zaman rasul-rasul dahulu!

Dalam menuduh mereka yang pada waktu ini bertanggung jawab atas kegagalan ini untuk melindungi sidang daripada keanggotaan orang-orang yang mengaku berminat dan yang menunjukkan keinginan untuk menjadi anggota, tetapi sama sekali tidak ditanam dalam kebenaran dan sama sekali tidak memperlihatkan “buah-buah yang pantas bagi pertobatan,” maka Roh Nubuat menegaskan sebagai berikut: ”Terlalu banyak pekerjaan yang terburu-buru yang dilakukan dalam menambahkan nama-nama baru ke dalam buku keanggotaan sidang. Cacad-cacad yang serius terlihat pada tabiat-tabiat beberapa orang yang menggabungkan dirinya dengan sidang. Mereka yang menerima orang-orang itu mengatakan: Kami akan pertama sekali memasukkan mereka ke dalam sidang, dan kemudian akan mereformasikan mereka. Tetapi ini adalah keliru. Tugas yang pertama sekali harus dilakukan ialah pekerjaan mereformasikan ……. Janganlah membiarkan mereka bergabung dengan umat Allah dalam persekutuan sidang sebelum mereka menunjukkan bukti-bukti nyata, bahwa Roh Allah sedang bekerja di dalam hati mereka. Banyak yang nama-namanya terdaftar pada buku-buku sidang adalah bukan orang-orang Kristen.” — The Review and Herald, May 21,1901.

Kenyataan yang lebih kokoh apakah yang diperlukan untuk menyakinkan seseorang, bahwa para pengawal itu telah kehilangan penglihatan rohani yang dipunyai oleh Yahya Pembaptis dan para rasul-rasul dahulu? Memang benar-benar tragis tuduhan tajam yang berbunyi: “Penghotbah-penghotbah yang tidur berhotbah kepada suatu umat yang sedang tidur.” — Testimonies, vol. 2, p. 337.

Menyadari “setelah ia melihat banyak dari orang-orang Parisi dan Saduki itu datang kepada baptisannya,” bahwa mereka itu kemudian akan menyalibkan Tuhannya, maka kata Yahya kepada mereka itu: “Hai bangsa ular, siapakah yang telah mengamarkan kepadamu supaya melarikan diri dari pada murka yang akan datang? Sebab itu tunjukkanlah olehmu buah-buah yang patut bagi pertobatan.” Matius 3 : 7, 8. Demikianlah ia telah mengungkapkan dan menghalangi gerakan si Iblis yang hendak membawa masuk lalang-lalang pada waktu itu. Karena ia benar-benar tahu, bahwa jika lalang-lalang itu sekali dapat masuk, lalu kemudian ia mencoba mengeluarkan mereka, maka kelak akan tercabut juga sertanya gandum-gandum.

Dan kemudian di zaman rasul-rasul, Petrus, sebagai seorang pengawal sidang yang setia, yang mengetahui usaha Iblis yang kembali hendak memasukkan benihnya yang jelek itu, mengatakan kepada yang bersalah itu sebagai berikut: “Ananias, mengapa Setan memenuhi hatimu untuk berdusta melawan Rohulkudus, lalu menahan sebagian dari harga tanah itu?” …. Maka Ananias yang mendengar segala perkataan ini jatuhlah ke tanah, lalu putuslah nyawanya: maka datanglah ketakutan besar atas semua mereka yang mendengar segala perkara ini. …. Dan adalah kira-kira antara tiga jam sesudah itu, pada waktu isterinya …. masuk. Maka jawab Petrus kepadanya: “Ceriterakanlah kepadaku apakah kamu menjual tanah itu untuk sedemikian itu harganya?” Maka jawabnya, “Ya, sedemikian itulah harganya.” …. Kemudian jatuhlah ia langsung di kaki Petrus, lalu putuslah nyawanya.” Kisah Rasul-Rasul 5 : 3, 5, 7, 8, 10.

Dari kenyataan, bahwa perhimpunan besar itu pun telah gagal melihat Iblis menaburkan benih-benihnya di antara mereka, dua kali lebih mempertahankan tuduhan yang berbunyi: “Penghotbah-penghotbah yang tidur berhotbah kepada suatu umat yang tidur” (Testimonies, vol. 2, p. 337), dan membuktikan, bahwa keseluruhan sidang, baik pihak pendeta maupun pihak anggota, sedang nyenyak tidur, menggenapi kata-kata Kristus yang berbunyi: “pada waktu itu kerajaan sorga akan kelak dipersamakan dengan sepuluh anak dara, …. dan lima dari mereka itu adalah bijaksana, dan lima lainnya adalah bodoh. …. Tetapi …. sementara pengantin pria terlambat datangnya, maka sekalian mereka itu mengantuk dan tertidur.” Matius 25 : 1 – 5.

Kejahatan dengan cara membiarkan Iblis secara bebas menaburkan benih-benih lalang di antara gandum, telah terdapat di dalam sidang Kristen semenjak kematian para rasul-rasul, dan akibatnya, bahwa apabila Tuhan mengirimkan sesuatu pekabaran kepada umatnya, maka lalang-lalang yang ada di antara mereka itu (di bawah perintah-perintah dari para pemimpin) akan langsung mengangkat tangan mereka untuk memecat keluar siapa saja yang hendak mendengarkan juru kabar itu dan mematuhi pekabarannya. Dengan demikian kembali mereka menjualkan hak kesulungannya untuk hanya mendapatkan yang lebih murah dari pada semangkok kacang merah, umat Allah telah kehilangan, dan sidang masih tetap tidak pernah belajar dari pengalaman yang tragis itu.

Tuhan mengamarkan: “Cukuplah sudah bagimu segala perbuatanmu yang keji itu, hai isi rumah Israel, karena kamu telah memasukkan orang-orang asing ke dalam kaabah kesucian-Ku, yaitu orang-orang yang tidak bersunat hatinya, dan orang-orang yang tidak bersunat dagingnya, untuk tinggal di dalam kaabah kesucian-Ku, yaitu rumah-Ku, untuk menajiskannya.” Yeheskiel 44 : 6, 7.

Tetapi kelak kepada mereka yang setia sementara lalang-lalang terus bertambah dan mendesak mereka keluar, maka jaminan penghiburan Tuhan adalah: ”Berbahagialah kamu, apabila orang kelak membenci kamu, dan apabila orang kelak mengasingkan kamu dari perhimpunan mereka, dan mencela kamu, dan mencoret namamu seolah-olah karena kejahatan, demi karena Anak Manusia. Bersuka-citalah kamu pada hari itu, dan berlompat-lompatlah kegembiraan, karena sesungguhnya besarlah pahalamu di dalam sorga; sebab sedemikian itu juga telah diperbuat oleh nenek moyang mereka terhadap para nabi.” Lukas 6 : 22, 23.

Karena masa periode semenjak dari kematian para rasul dahulu dan seterusnya adalah masa pertumbuhan gandum – lalang, dan lagi pula karena sidang Laodikea adalah yang terakhir dari tujuh bagian sidang Kristen, yang di dalamnya sedang bercampur gandum dan lalang-lalang itu, maka kita harus dapat memberi jawaban kepada pertanyaan yang berbunyi:

 

Yang Manakah Sidang Laodikea Itu?
 

Laodikea mungkin dikenal sebagai yang paling sempurna di antara banyak “faham-faham” Kristen oleh pekerjaan yang sedang dilakukannya — yaitu memberitakan pehukuman. Memang, tanda pengenalan ini adalah jelas terlihat melalui nama Laodikea itu, yaitu gabungan daripada dua perkataan Gerika Lao dan dekei; yang satu berarti “orang-orang,” juga “berbicara,” dan yang lainnya berarti “pehukuman,” maka keduanya menjadi satu berarti orang-orang yang memberitakan pehukuman. Oleh sebab itu, maka sidang yang memberitakan: “Takutlah akan Allah dan hormatilah Dia, karena jam pehukuman-Nya sudah tiba” (Wahyu 14 : 7) jelas adalah sidang yang disebut Laodikea itu. Dan umumnya dikenal baik di luar lingkungan Masehi Advent Hari Ketujuh maupun di dalam, bahwa gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sedang berusaha untuk membawakan pekabaran pehukuman dari Wahyu 14 : 7 itu, dan karena itulah pengakuannya akan Laodikea sebagai gelarnya adalah tak dapat dibantah.

Jadi, jelaslah bahwa nama-nama dari “tujuh sidang itu” (yang melambangkan bagian-bagian sidang Kristen yang berurutan, yang mana bagian Laodikea merupakan yang terakhirnya) bukanlah “hanya sekedar nama-nama.” Ambillah sebagai sebuah contoh yang lain nama dari bagian sidang yang keenam, “Philadelfia.” Pengertiannya, “cinta persaudaraan,” adalah suatu kondisi kerohanian yang tidak cocok terhadap setiap organisasi gereja lainnya dalam seluruh sejarah Kristen, tetapi selengkapnya cocok untuk kemurahan hati yang biasa dan satu-satunya bagi bagian sidang yang ke enam —- sidangnya Miller.

Merupakan satu-satunya teladan yang jelas dari sebuah sidang yang tidak pernah bersalah oleh menghalangi atau mencoba merintangi dengan cara apapun juga para anggotanya dalam melaksanakan hak mereka yang tak dapat digugat itu untuk menyelidiki dan menerima bagi dirinya sendiri apa saja yang didorong oleh hatinya untuk diselidiki dan untuk diterima. Hanya dialah yang sama sekali tidak terlibat kepada kondisi menyedihkan yang dikemukakan oleh kata-kata firman berikut ini: “Dengarlah akan Firman Tuhan, hai kamu yang gentar pada firman-Nya! Adapun saudara-saudaramu yang membenci akan dikau, dan yang membuang kamu karena sebab nama-Ku itu, walaupun mereka mengatakan, ‘Supaya Tuhan dipermuliakan’; namun Ia akan kelihatan bagi kesukaanmu, tetapi mereka itu kelak akan malu” (Yesaya 66 : 5) di dalam

 
Pemisahan Lalang Dari Antara Gandum.
 
Akhir dari periode di mana gandum dan lalang-lalang itu bercampur ialah masa pekerjaan penghabisan bagi sidang Laodikea (yang terakhir dari tujuh sidang itu). Pekerjaan ini telah diperkenalkan oleh pendiri sidang sebagai pembubuhan tanda yang terdapat di dalam Yeheskiel pasal 9, yaitu pemeteraian terhadap Israel rohani, mereka yang 144.000 itu. (Bacalah Testimonies to Ministers, p. 445 dan Testimonies, vol. 3, p. 266; vol. 5, p. 211). Maka pengenalan ini pada akhirnya dikuatkan oleh kenyataan, seperti yang terlihat di sini, bahwa nubuatan Yeheskiel adalah suatu pemisahan terhadap dua kelas orang-orang – mereka yang “berkeluh kesah dan menangis karena segala kekejian yang dibuat di tengah-tengahnya” (sidang) dan mereka yang tidak berkeluh kesah dan menangis. Maka karena yang pertama itu diselamatkan sedangkan yang kedua itu jatuh dimakan senjata-senjata para malaikat pembantai, maka akan jelaslah terlihat suatu pemisahan lengkap lalang-lalang dari antara gandum pada
 
Masa Penuaian.
 

Walaupun pengertian dan waktu yang sebenarnya dari hal penuaian itu banyak dikacaukan oleh sebagian orang sehingga membingungkan bagi banyak orang, namun penyelidikan yang saksama terhadap Firman itu akan menjernihkannya dengan sangat sederhana baik terhadap waktu penaburan benih maupun terhadap masa periode gandum dan lalang-lalang itu.

Dengan mata-Nya yang melihat menembusi kabut-kabut yang berabad-abad lamanya, Kristus telah lebih dulu melihat akan kelalaian-kelalaian para pengawal-Nya dan kejahatan yang akan muncul di dalam sidang-Nya. Meskipun demikian, setelah ditanya oleh hamba-hamba-Nya: “Bukankah Tuan telah menabur benih yang baik di dalam ladang Tuan itu? Maka dari manakah gerangan lalang-lalang itu? …. Maukah Tuan kami pergi dan mencabut semuanya?” …. Jawab-Nya, “Jangan; supaya jangan selagi kamu mencabut lalang-lalang itu, akan tercabut juga olehmu gandum sertanya. Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama sampai kepada masa penuaian; maka dalam masa penuaian Aku akan mengatakan kepada para penuai itu, Kumpulkanlah pertama-tama olehmu lalang-lalang itu, dan ikatkanlah sekaliannya itu berberkas-berkas untuk dibakar; tetapi himpunkanlah gandum itu ke dalam lumbung-Ku.” Matius 13 : 27 – 30.

Suatu penuaian berarti “hasil dari pada usaha,” daripada jerih payah, “pengumpulan hasil” — memetik hasil usaha dan mengisi lumbung-lumbung dengan butir-butir gandum. Jadi, jerih payah setahun itu bukanlah diselesaikan pada permulaan tahun, melainkan pada permulaan tahun itulah pekerjaan yang terberat dari tahun dimulai. Dan walaupun masa penuaian adalah yang tersingkat daripada semua periode tahun penuaian, namun pekerjaan pengumpulan itu bukannya dilakukan dalam sekejap mata saja. Ia itu memakan waktu. Hasil itu bukanlah dikumpulkan dengan cara membalikkan ladang langsung ke dalam lumbung; bukan, supaya kelak merupakan segumpal besar barang gantinya sebuah hasil penuaian. Pertama-tama gandum itu dipotong dengan sabit, selanjutnya gandum itu diikat menjadi berberkas-berkas ikatan, kemudian diinjak-injak, sesudah itu dimasukkan ke dalam lumbung; dan kemudian daripada itu sekam dan lalang dibinasakan. Karena pekerjaan ini diselesaikan selama musim gugur, maka ia itu menunjukkan bahwa penuaian adalah suatu periode musim setelah “musim panas berlalu,” dan bahwa ia itu diikuti dengan periode musim gugur yang tidak menghasilkan buah.

Demikian itulah harus jadi dengan penuaian rohani, sebab jika tidak, maka penuaian rohani itu tidak mungkin dilukiskan dengan penuaian yang sebenarnya. Janganlah meremehkan hikmah kepintaran Allah; gambaran lukisan-lukisan-Nya adalah sempurna.

Bayangkanlah sekarang, dengan betapa tepatnya Tuhan menegaskan kebenaran-kebenaran penuaian rohani itu sesuai dengan penuaian alami: ”Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama sampai kepada penuaian,” demikian kata-Nya, “maka dalam masa penuaian Aku akan mengatakan kepada para pengumpul itu, Kumpulkanlah pertama-tama olehmu lalang-lalang itu, dan ikatkanlah sekaliannya dalam berkas-berkas untuk dibakar; tetapi himpunkanlah gandum itu ke dalam lumbung-Ku.” Matius 13 : 30.

Dalam kata-kata perumpamaan ini Kristus telah membuat metode penuaian rohani itu sama dengan metode penuaian alami. Sekiranya yang satunya itu tidak tepat sama dengan yang lainnya, maka Ia sudah akan menunjukkan perbedaannya. Oleh karena itu berhati-hatilah, jangan membiarkan persangkaan-persangkaan yang sia-sia masuk ke dalam ingatanmu, melainkan pertahankanlah Injil pada segala pihak, karena sekaliannya itu penuh dengan pengertian yang tak terbatas nilainya —- sesungguhnya sekaliannya itu adalah kehidupanmu yang sebenarnya.

Karena perkataan “until” berarti “sampai kepada”, maka lalang-lalang itu akan dikumpulkan, bukan sebelum atau sesudah penuaian itu, melainkan pada permulaan penuaian itu. Dan karena “masa penuaian” adalah “akhir dari masa kasihan” (Christ’s Objects Lessons, p. 72), maka penuaian itu sendiri perlu mendahului akhir masa kasihan itu —- yaitu musim gugur yang tidak menghasilkan buah itu. Dengan sendirinya, maka lalang-lalang itu dipisahkan dari antara gandum sebelum, bukan sesudah, akhir dari masa kasihan.

Gandum, “anak-anak kerajaan” (ayat 38), dikumpulkan ke dalam lumbung, kerajaan; lalang-lalang, “anak-anak dari si jahat itu” (ayat 38) —- orang-orang yang hanya mengaku, mereka yang bukan pelaksana Firman itu, dan yang diberikan keanggotaan gereja “selagi orang-orang tidur” —- dikumpulkan dan dibakar di dalam api” (ayat 40), sesudah gandum diikat ke dalam ikatan-ikatan. Tetapi

 
Siapakah Para Penyabit Itu?
 

”Para penyabit itu ialah malaikat-malaikat” yang “akan keluar, lalu memisahkan orang-orang jahat dari antara orang-orang benar”. Matius 13 : 39, 40.

Malaikat-malaikat ini bukanlah mereka itu yang akan “datang bersama-sama dengan Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua kali, melainkan mereka yang “akan diutus-Nya.” Mereka itu adalah bagaikan tiga malaikat dari Wahyu 14 : 6 – 11. Memang, malaikat yang ketiga “akan memilih gandum daripada lalang, lalu memeteraikan, atau mengikat, gandum itu bagi lumbung sorga.” —- Early Writings, p. 118. Oleh sebab itu malaikat-malaikat, yaitu para pengumpul, mereka yang diutus Kristus, termasuk dia yang melakukan pemeteraian, atau pengikatan, dan mereka yang ikut terus untuk melaksanakan pembinasaan itu (Yeheskiel 9 : 2, 5, 6), pertama-tama di dalam sidang, kemudian di dalam dunia ini. Demikianlah

 
Pemisahan Itu Terdapat Dalam Dua Bagian.
 

Perintah yang berbunyi: “Kumpulkanlah dari dalam KerajaanNya segala perkara yang mengganggu, dan mereka yang melakukan kejahatan,” bukan berarti mengumpulkan semua orang suci-Nya dari bumi untuk dimasukkan ke dalam sorga; itupun tidak berarti membinasakan orang-orang jahat dari bumi ini; karena yang pertama itu akan dikumpulkan, bukan langsung ke sorga, melainkan pertama-tama ke dalam “lumbung,” yaitu kerajaan di bumi; dan yang kedua itu bukan untuk dibinasakan segera “dalam masa penuaian,” melainkan pertama-tama untuk dikumpulkan ke dalam berkas-berkas, dan kemudian baharu dibinasakan, sama seperti selanjutnya dilukiskan dalam perumpamaan mengenai pukat:

”Kembali, kerajaan sorga itu adalah seumpama sebuah pukat yang dilabuhkan orang ke laut, lalu menjaring berbagai jenis ikan; yang mana setelah ia itu penuh, mereka lalu menariknya ke pantai, lalu mereka duduk mengumpulkan ikan-ikan yang baik ke dalam keranjang-keranjang, tetapi yang jelek dibuangnya.” Matius13 : 47, 48.

Perumpamaan ini juga menunjukkan pemisahan orang-orang jahat dari antara umat Allah di dalam sidang (“pukat”), inilah yang merupakan bagian pertama dari pekerjaan pemisahan itu, yaitu permulaan dari penuaian itu. Bagian berikutnya menyusul di dalam dunia, sementara bumi diterangi dengan kemuliaan dari malaikat “Seruan Keras” itu, dan sementara “sebuah suara yang lain dari langit” mengatakan: “Keluarlah dari padanya hai umatKu, supaya jangan kamu terbabit dengan segala dosanya, dan supaya tidak kamu menerima segala celakanya.” Wahyu 18 : 4.

Perhatikanlah bahwa dalam bagian pemisahan yang pertama, yaitu di dalam sidang, orang jahat diambil keluar dari antara orang-orang benar, sebaliknya pada bagian pemisahan yang kedua, yaitu di dalam Babilon, orang benar dipanggil dari antara orang-orang jahat.

Karena ladang itu ialah “dunia ini” (Matius 13 : 38), maka perumpamaan mengenai gandum dan lalang-lalang itu perlu meliputi juga kedua bagian penuaian itu. Karena, kebalikannya, “pukat” menjaring “ikan”, ialah orang-orang ditobatkan oleh sidang Injil, maka perumpamaan pukat itu hanya terbatas kepada pemisahan di dalam sidang saja. Keduanya bersama-sama menunjukkan perbedaan

 
Hubungan Antara Buah-Buah Pertama
Dengan Buah-Buah Kedua.
 

Yesaya juga telah dikaruniakan sebuah penglihatan mengenai penuaian rangkap ini. ”Karena oleh api dan oleh pedang-Nya,” demikian nubuatannya, “Tuhan akan menghukum segala manusia: maka besarlah kelak bilangan segala orang yang dibunuh oleh Tuhan. Mereka yang menyucikan diri sendiri, dan membersihkan diri sendiri di dalam taman-taman di belakang sebatang pohon di tengah-tengahnya, yang memakan daging babi, dan berbagai kekejian, dan tikus pun, bersama-sama mereka itu akan dihapuskan, demikianlah firman Tuhan.” Yesaya 66 : 16, 17.

Orang-orang yang dibunuh oleh Tuhan, dalam kata-kata firman ini, ialah mereka yang mengaku berada dalam iman, yang menuntut penyucian dan pembersihan, tetapi mereka berbuat begitu sesuai segi-segi kebaikan kebenaran mereka sendiri, —- dari “diri mereka sendiri”, —- bukan sesuai segi-segi kebaikan dari kebenaran Kristus. Artinya, mereka berjalan dalam jalan-jalan mereka sendiri, bukan dalam penurutan kepada kebenaran. Dengan memakaikan baju-baju kesucian dan kemurnian palsu ini mereka menonjolkan dirinya sebagai reformator-reformator, namun tak henti-hentinya mereka terus memanjakan diri dalam kekejian-kekejian orang kapir; berbuat sedemikian ini dengan diam-diam —- “di belakang sebatang pohon kayu,” atau tegasnya, berjalan mengikuti kepemimpinan “seorang demi seorang.” Dan makanan (daging babi, tikus, dan berbagai kekejian, —- apa saja yang mungkin di mana saja orang-orang Kristen kapir ini berada, —- makanan-makanan yang biasanya digunakan secara berturut-turut hanya di bagian-bagian dunia tertentu, di antara golongan-golongan dan suku-suku bangsa yang berbeda-beda) dengan mana mereka sedang memuaskan seleranya, menunjukkan bahwa akibat kebinasaan di antara orang-orang yang menyucikan dan membersihkan diri sendiri ini adalah di dalam sidang di seluruh dunia.

Bahwa ia itu bukan terjadi di antara orang-orang Kapir yang belum mengenali kebenaran Allah berikut kuasa-Nya yang besar, adalah jelas ditunjukkan oleh firman Tuhan berikut ini: “Aku akan mengutus orang-orang yang luput dari mereka itu kepada segala bangsa, yaitu ke Tarshis, ke Pul, dan ke Lud, orang pemanah, ke Tubal, dan ke Yawan (bangsa-bangsa Kapir yang ada sekarang sebagaimana dipanggil dengan nama-nama kuno mereka), kepada pulau-pulau yang jauh-jauh, yang belum mendengar kebesaran nama-Ku, dan juga belum melihat kemuliaan-Ku; maka mereka akan menyatakan kemuliaan-Ku di antara orang-orang Kapir.” Yesaya 66 : 19.

Oleh karena mereka yang luput ini (buah-buah pertama, yaitu 144.000 hamba-hamba Allah —- Wahyu 7 : 3) “akan membawa semua saudaramu” (buah-buah kedua itu, yaitu rombongan besar —- Wahyu 7 : 9) “bagi suatu persembahan ….. keluar dari segala bangsa” (Yesaya 66 : 20, bagian pertama), maka pengumpulan yang besar ini tak dapat tiada adalah pekerjaan Injil yang terakhir —- yaitu bagian kedua dari penuaian itu.

Dan karena selanjutnya, mereka yang luput ini akan menghantarkan saudara-saudara mereka “ke bukit kesucian-Ku Yerusalem, demikianlah firman Tuhan,” “di dalam sebuah bejana yang suci ke dalam rumah Tuhan” (ayat 20, bagian akhir), maka dari kenyataan ini sepenuhnya terbukti, bahwa kebinasaan orang-orang jahat itu akan berakhir dengan penyucian sidang. Oleh sebab itu “bejana yang suci” itu ialah sidang yang sudah dibersihkan, terdiri dari orang-orang yang luput —- yaitu buah-buah pertama, mereka yang 144.000 itu —- yang kelak kemudian sebagai “hamba-hamba Allah kita,” yang bebas dari orang-orang jahat (lalang-lalang itu) akan membawa masuk buah-buah kedua, yaitu rombongan besar orang-orang yang tak seorang pun dapat menghitungnya, keluar dari segala bangsa.

Demikianlah bagian pemisahan yang kedua ini diselesaikan, lalu masa kasihan berakhir. Kemudian dari orang-orang jahat itu akan terdengar ratapan tangis ajal mereka yang sangat mengerikan, bunyinya: “Penuaian sudah lewat, musim panas telah berakhir, tetapi kita belum juga lepas.” Yeremiah 8 : 20.

Karena ini adalah pengalaman yang mengerikan dari lalang-lalang yang di Babilon, dalam bagian yang kedua dari penuaian itu, maka sebagai sebuah contoh tak dapat tiada harus terdapat suatu pengalaman pendahuluan yang sama bagi lalang-lalang di dalam sidang Laodikea, dalam bagian pertama dari penuaian itu, yaitu sesuatu yang sejajar yang secara tegas menunjukkan, bahwa

 
Sidang Adalah Bukan Babilon.
 

Alasan bahwa sidang secara simbolis adalah bukan “Babilon” ialah karena ia disebut Yerusalem (Yeheskiel 9 : 4, 8), dan dari antara orang-orang yang baik di dalamnya, orang-orang jahat (lalang-lalang) dibinasakan, dikeluarkan, oleh enam orang itu yang memegang senjata-senjata pembantai di dalam tangannya (Yeheskiel 9 : 6 – 9), dan kemudian sesudah itu orang-orang baik itu (gandum itu) dikumpulkan ke dalam “lumbung”; sebaliknya dari antara orang-orang jahat Babilon, orang-orang benar (“umat-Ku”) dipanggil keluar lalu dikumpulkan ke dalam lumbung, lalu kemudian tujuh malaikat itu menuangkan tujuh celaka yang terakhir, lalu orang-orang jahat yang lagi tinggal itu dibinasakan.

Demikianlah dalam bagian pertama dari penuaian itu, yaitu pemisahan di dalam sidang, orang-orang jahat dibinasakan oleh enam orang dengan senjata-senjata pembantai, sebelum orang-orang yang baik diambil keluar; tetapi dalam bagian kedua penuaian, yaitu pemisahan di antara gereja-gereja di Babilon, orang-orang jahat dibinasakan oleh tujuh malaikat dengan tujuh celaka yang terakhir, sesudah orang-orang yang baik dibawa pergi. Oleh sebab itu ada terdapat dua pemisahan dan dua hasil buah-buah: pemisahan yang pertama memberikan hasil buah-buah pertama, 144.000 itu, yaitu mereka yang tidak tercemar dengan perempuan-perempuan (Wahyu 14 : 4). Artinya, mereka adalah orang-orang yang ditemui oleh pekabaran pemeteraian itu di dalam sidang Allah, bukan di dalam gereja-gereja kapir. Dan pemisahan yang kedua memberikan hasil buah-buah kedua, yaitu rombongan besar orang-orang yang berasal dari segala bangsa, yang sebagiannya pun mungkin tidak tercemar dengan perempuan-perempuan —- gereja-gereja kapir.

Sesudah menyelidiki sampai di sini pehukuman dan penuaian itu di bawah terang dari kesaksian-kesaksian para nabi dan perumpamaan-perumpamaan Kristus, maka kini kita akan memeriksanya

 

 

 36 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart