<< Go Back
Pengadilan di Antara Orang-Orang
Hidup.
“Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama,” demikianlah perintah Kristus, dalam menghadapi percampuran gandum dan lalang, “sampai kepada penuaian: maka dalam masa penuaian Aku akan mengatakan kepada para penuai itu, kumpulkanlah bersama olehmu pertama-tama lalang-lalang itu, dan ikatkanlah sekaliannya itu berberkas-berkas untuk dibakar sekaliannya tetapi himpunkanlah gandum itu ke dalam lumbung-Ku.” Matius 13 : 30.
Di sini Tuhan secara simbolis mengajarkan, bahwa suatu masa pemeriksaan akan datang, dan bahwa pada waktu itulah malaikat-malaikat akan menyingkirkan orang-orang berdosa dari “perhimpunan orang-orang benar”. Mazmur 1 : 5.
“Kembali, kerajaan sorga itu adalah bagaikan sebuah pukat yang dilabuhkan orang ke laut, lalu mengumpulkan berbagai jenis ikan, yang mana, setelah ia itu penuh, mereka menariknya ke pantai, lalu mereka duduk, kemudian dikumpulkannya ikan-ikan yang baik ke dalam keranjang-keranjang, tetapi yang jelek dibuangkannya. Demikian itulah kelak akan jadi pada akhir dunia: malaikat-malaikat akan datang lalu memisahkan orang-orang jahat dari antara orang-orang benar.” Matius 13 : 47 – 49. (Terjemahan langsung dari bahasa Inggris).
Dalam kedua perumpamaan ini Kristus sedang mengamarkan, bahwa pemeriksaan hukum itu akan dilaksanakan pada masa yang disebut “penuaian”, yaitu akhir dunia — saat di mana 2300 hari itu mencapai puncaknya, tepat seperti yang dikatakan oleh malaikat itu: “‘Pahamilah, hai anak Adam; karena pada masa akhir zaman kelak akan berlaku khayal itu.” Daniel 8 : 17 “…… meteraikanlah olehmu akan khayal itu; karena ia itu akan berlaku untuk banyak hari lamanya”. Daniel 8 : 26 “…… karena khayal itu masih untuk banyak hari lagi.” Daniel 10 : 14.
Dalam menunjuk secara langsung kepada masa apabila pemeriksaan hukum itu akan dilaksanakan di antara orang-orang hidup, maka Maleakhi menjajarkan kedua perumpamaan itu di dalam nubuatannya sebagai berikut:
” ……. Tuhan, Yang kamu cari itu, secara tiba-tiba akan datang ke kaabah-Nya, ……. Tetapi siapakah yang dapat tahan berdiri pada hari kedatangan-Nya itu? Dan siapakah yang dapat berdiri apabila kelihatanlah Ia kelak? Karena Ia adalah bagaikan suatu api pembersih, dan seperti sabun binara; maka Ia akan duduk bagaikan seorang pembersih dan pemurni perak, dan Ia akan menyucikan bani Lewi, sambil membersihkan mereka itu bagaikan emas dan perak, supaya dapat mereka mempersembahkan kepada Tuhan suatu persembahan dalam kebenaran.” Maleakhi 3 : 1 – 3.
Karena pembersihan-pembersihan yang disebut di dalam perumpamaan-perumpamaan dan di dalam nubuatan Maleakhi itu belum pernah jadi, maka pemeriksaan hukum terhadap orang-orang hidup itu jelas masih akan jadi di masa depan. Oleh karena itu, maka pekerjaan pemeriksaan ini terjadi dengan cara pelaksanaan pemisahan di dalam kaabah kesucian bumi (sidang), seperti yang dikemukakan juga di dalam Yeheskiel pasal 9 sebagai berikut:
”Maka tengoklah, enam orang datang dari arah pintu gerbang yang paling tinggi, yang terletak arah ke utara, dan masing-masingnya dengan sebuah senjata yang membinasakan di dalam tangannya; maka seorang dari mereka itu berpakaian kain linen dengan sebuah pena penulis pada sisinya; maka masuklah mereka itu, lalu berdiri di samping medzbah tembaga. Maka kemuliaan Allah orang Israel naik dari kerubium di atas mana Ia berada, menuju ke ambang pintu rumah. Maka berserulah Ia kepada orang yang berpakaian kain linen itu, yang memiliki pena penyurat pada sisinya itu; maka kata Tuhan kepadanya, ‘Pergilah kamu masuk ke tengah-tengah negeri itu, ke tengah-tengah Yerusalem, dan bubuhlah tanda pada dahi segala orang yang berkeluh-kesah dan menangis karena segala kekejian yang dibuat di tengah-tengahnya.
”Dan kepada yang lain-lainnya katanya pada pendengaranku, Berjalanlah engkau mengikuti dia ke dalam negeri itu, dan bunuhlah; janganlah matamu melewati, atau menaruh sayang; bunuhlah seluruhnya baik tua maupun muda, baik pelayan, anak-anak kecil, maupun kaum wanita; tetapi janganlah kamu hampir kepada setiap orang yang padanya terdapat tanda itu; dan mulailah kamu pada tempat kesucian-Ku. Kemudian mulailah mereka itu terhadap orang-orang bangsawan yang berada di depan rumah itu.” Yeheskiel 9 : 2 – 6.
Di sini orang banyak itu terlihat berada dalam keadaan bercampur (lalang dan gandum bercampur bersama-sama), dan kemudian sesudah itu kelak pada satu pihak mereka yang telah berkeluh-kesah dan menangis karena segala kekejian di tengah-tengahnya akan memperoleh tanda kelepasan, sebaliknya di lain pihak orang-orang yang tidak berkeluh-kesah dan menangis akan dibiarkan tanpa tanda apapun, untuk binasa (dalam dosa-dosa mereka) di bawah senjata-senjata pembantai malaikat-malaikat itu.
Dari pemisahan ini — pemisahan di dalam sidang — akan muncul buah-buah pertama.
Kemudian menyusul pemisahan dari antara bangsa-bangsa, seperti terlihat dalam perumpamaan pada Matius 25, yang secara nubuatan menggambarkan kedatangan Kristus, walaupun bukan kedatangan yang dilukiskan di dalam 1 Tesalonika 4 : 16, 17, karena pada saat kedatangan yang terakhir ini, “orang-orang mati dalam Kristus akan bangkit lebih dulu; kemudian kita yang masih tinggal dan hidup ini akan diangkat bersama-sama dengan mereka di dalam awan-awan, untuk menemui Tuhan di udara”; sebaliknya pada saat kedatangan yang disebut pertama itu, “pada waktu itu Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan-Nya, dan semua malaikat suci bersama-sama dengan-Nya, kemudian Ia akan duduk di atas tahta kemuliaan-Nya (sidang – kerajaan, yang sampai kepada hal ini hanya terdiri dari buah-buah pertama saja).
“Maka di hadapan-Nya akan berhimpun segala bangsa; maka Ia akan memisahkan mereka itu satu dari pada yang lainnya, seperti halnya seorang gembala memisahkan domba-dombanya dari pada kambing-kambingnya; maka Ia akan menempatkan domba-domba pada sebelah kanan-Nya, tetapi kambing-kambing pada sebelah kirinya. Kemudian Raja itu akan mengatakan kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya (sekaliannya ini adalah buah-buah kedua), Marilah kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, warisilah kerajaan yang telah disediakan bagimu semenjak dari permulaan dunia ………. Kemudian Ia akan mengatakan juga kepada mereka yang di sebelah kirinya, Pergilah dari pada-Ku, hai kamu yang terkutuk, ke dalam api yang kekal, yang telah disediakan bagi Iblis dan malaikat-malaikatnya.” Matius 25 : 31 – 34, 41.
Dari pemisahan ini — yaitu pemisahan dari antara bangsa-bangsa — akan muncul buah-buah kedua.
Malaikat-malaikat yang berada di sekeliling tahta di dalam kaabah kesucian sorga selama pengadilan pada Daniel 7 : 9, 10 dan Wahyu 5 : 11 itu, seperti yang dijelaskan oleh perumpamaan-perumpamaan itu, kelak akan turun bersama-sama dengan “Anak Manusia” apabila kelak Ia datang “ke kaabah-Nya” (sidang-Nya) untuk melalui pengadilan memisahkan “orang-orang jahat dari antara orang-orang benar”, dan untuk membersihkan mereka bagaikan emas dan perak, yaitu mereka “yang dapat bertahan pada hari kedatangan-Nya ….. supaya mereka dapat mempersembahkan kepada Tuhan suatu persembahan dalam kebenaran” Maleakhi 3 : 2, 3.
Di dalam gambaran grafik yang mengemukakan, bahwa Ia akan datang ke bumi bersama-sama dengan semua malaikat-Nya untuk melaksanakan pengadilan terhadap orang-orang hidup, Tuhan mengungkapkan diri-Nya sendiri secara nubuatan kepada Yeheskiel bagaikan Ia sedang dibawa di atas tahta ke bumi oleh empat mahluk hidup sebelum pembantaian terhadap orang-orang munafik di dalam sidang dilaksanakan. Dan karena masing-masing mahluk hidup itu memiliki wajah dari seekor singa, wajah dari seekor anak lembu, wajah dari seorang laki-laki, dan wajah dari seekor burung garuda (Yeheskiel 1 : 10), — rencana pengadilan yang sama seperti yang dimiliki binatang-binatang yang berada di depan tahta di dalam kaabah kesucian sorga (Wahyu 4 : 7) sewaktu pengadilan terhadap orang-orang yang sudah mati, — dan karena mereka itu turun ke bumi, maka oleh karenanya secara simbolis mereka menunjukkan, bahwa tugas dari tahta pengadilan-pembelaan yang berapat dan menyidangi pengadilan terhadap orang-orang mati itu diperluas sampai ke bumi.
Perluasan ini, sejauh yang mampu kita ketahui sekarang, tak dapat tiada harus jadi pada pembukaan meterai yang ke tujuh (Wahyu 8 : 1), karena pada masa itu bunyi-bunyi di angkasa yang membuka pengadilan terhadap orang-orang mati, berhenti di dalam kaabah kesucian sorga, dan mulai berbunyi di bumi, sesudah setengah jam tenang itu berakhir. Dengan perkataan lain, sama seperti halnya di dalam sorga pada pembukaan pengadilan terhadap orang-orang mati terdapat kilat dan guntur dan bunyi suara-suara” (Wahyu 4 : 5), demikian pula halnya di bumi pada pembukaan “pengadilan terhadap orang-orang hidup”, terdapat suara-suara, dan guntur, dan kilat, dan suatu gempa bumi”. Wahyu 8 : 5.
Tetapi, pada pengadilan terhadap orang-orang mati pekerjaan pemisahan terjadi di dalam buku-buku di dalam kaabah kesucian sorga; sebaliknya pada pengadilan terhadap orang-orang hidup, pemisahan itu terjadi di antara seluruh umat di dalam sidang dan juga di antara nama-nama mereka di dalam buku-buku di dalam kaabah kesucian sorga, sehingga dengan demikian menunjukkan, bahwa kedua kaabah kesucian itu pada akhirnya akan dibersihkan.
Oleh sebab itu tak dapat dipungkiri, bahwa kedatangan Tuhan ke kaabah-Nya (Maleakhi 3 : 1 – 3), kedatangan-Nya bersama-sama dengan semua malaikat-Nya (Matius 25), dan kedatanganNya di atas tahta di atas mahluk-mahluk hidup (Yeheskiel 1); — ketiga-tiganya melambangkan peristiwa yang sama, seperti yang telah ditunjukkan, — terjadi pada permulaan pengadilan terhadap orang-orang hidup; saat di mana kegiatan-kegiatan pengadilan dari kaabah kesucian sorga itu meluas sampai ke kaabah kesucian bumi – sidang.
“Maka aku tampak, dan tengoklah sebuah awan putih”, demikian kata Yahya sebagai Pewahyu dalam membayangkan kedatangan yang sama yang secara berbeda-beda telah digambarkan oleh Maleakhi, Matius dan Yeheskiel, “dan di atas awan itu duduk Seseorang yang bagaikan Anak Manusia, yang memiliki pada kepala-Nya sebuah mahkota emas, dan di dalam tangan-Nya ada sebilah sabit yang tajam. Maka seorang malaikat yang lain keluar dari kaabah, sambil berseru dengan suatu suara besar kepada Dia yang duduk di atas awan itu: ‘Ayunkanlah sabit-Mu itu dan tuailah, karena sudah tiba saatnya bagi-Mu untuk menuai; karena tuaian bumi sudah masak. Maka Ia yang duduk di atas awan itu mengayunkan sabit-Nya ke atas bumi; lalu bumi pun dituailah.’” Wahyu 14 : 14 – 16.
Sebab itu, kedatangan Anak Manusia ini adalah jelas, bukan pada waktu orang-orang benar yang bangkit dan yang hidup itu diangkat bersama-sama untuk menjumpai Dia di udara; karena ayat-ayat 17 – 20 yang menyusul ayat-ayat yang disebut pada paragraf di atas mengungkapkan, bahwa setelah Ia datang dan menuai bumi, maka “seseorang malaikat yang lain …. yang memiliki sebilah sabit yang tajam” datang dan mengumpulkan suatu penuaian yang kedua sebelum murka Allah — tujuh bela yang terakhir itu (Wahyu 15 : 1) — dituangkan ke atas orang-orang jahat.
Dengan demikian sekali lagi dan untuk yang ke empat kalinya terlihat, bahwa ada terdapat dua kedatangan Anak Manusia yang berbeda, yang satu untuk “memisahkan orang-orang jahat dari antara orang-orang benar” di dalam sidang (Matius 13 : 49), lalu kemudian untuk segera memanggil orang-orang benar keluar dari antara orang-orang jahat di Babilon (Wahyu 18 : 4); yang lainnya untuk mengambil orang-orang suci, baik yang dibangkitkan maupun yang masih hidup, untuk dibawa ke tempat-tempat tinggal yang sudah dipersiapkan-Nya bagi mereka (1 Tesalonika 4 : 16; Yahya 14 : 1 – 3).
Pada kedatangan Anak Manusia yang pertama, batu yang menghantam patung besar itu telah terpotong keluar (dari gunung) tanpa bantuan tangan (tanpa bantuan manusia, melainkan oleh Tuhan sendiri) sebab sebagaimana Tuhan mengatakan, “tak ada seorang pun menolong; dan Aku heran bahwa tak ada seorang pun membantu; oleh sebab itu lengan-Ku sendiri membawakan keselamatan bagi-Ku; dan kehangatan murka-Ku itulah yang membantu-Ku. Maka Aku akan memijak-mijak orang banyak itu dalam murka-Ku, dan membuat mereka itu mabuk dalam kehangatan amarah-Ku, dan Aku akan memutuskan kekuatan mereka itu sampai ke tanah”. Yesaya 63 : 5, 6.
Pekerjaan pemisahan ini, atau pembersihan, yang dikemukakan di dalam perumpamaan Matius 13 : 30 dan sekali lagi di dalam apa yang tertulis di dalam Matius 13 : 47 – 49, juga di dalam nubuatan Maleakhi 3 : 1 – 3 dan di dalam tulisan Yeheskiel pasal 9, sebagaimana juga di dalam Wahyu pasal 14, secara langsung dapat diaplikasikan kepada hari pengadilan terhadap orang-orang hidup; tetapi pembersihan kaabah kesucian pada akhir dari 2300 hari itu, menurut Daniel 8 : 14 dan Daniel 7 : 9, 10 berlaku secara langsung kepada
Pengadilan di Antara Orang-Orang Mati.
Walaupun pembersihan kaabah kesucian itu sebagaimana terlihat dari nubuatan-nubuatan Daniel akan jadi sesudah tahun 1844 T.M. yang lalu, namun karena orang-orang benar yang hidup masih bercampur bersama-sama dengan orang-orang berdosa di dalam sidang, dan karena Daniel menyaksikan Dia Yang Tak Berkesudahan Hari-Nya itu duduk dalam pengadilan, bukan untuk membantai orang-orang yang tidak memiliki “tanda”, melainkan untuk mengadili dari “buku-buku” yang “terbuka”, maka jelaslah khayalnya mengenai pengadilan itu adalah terhadap orang-orang yang sudah mati.
Mengenai pembersihan sidang di bumi, ia itu akan diselesaikan pertama-tama dengan cara membuang keluar kekejian, kedua dengan cara mengembalikan kebenaran, dan ketiga dengan cara menyingkirkan lalang-lalang. Tetapi mengenai pembersihan kaabah kesucian di atas, ia itu kini sedang diselesaikan dengan cara mengeluarkan dari dalam Kitab Alhayat nama-nama mereka yang didapati kurang; kemudian dengan cara menempatkan mereka itu di dalam buku yang berisikan nama orang-orang yang akan bangkit dalam kebangkitan orang-orang jahat sesudah masa seribu tahun itu (Wahyu 20 : 5); dengan demikian tertinggal di dalam Kitab Alhayat itu hanya nama-nama dari mereka yang telah mencapai kemenangan atas dosa, dan dengan demikian mereka sedang menunggu-nunggu untuk bangkit dalam kebangkitan orang-orang benar (Wahyu 20 : 6). Sesuai dengan itu, maka Yahya “menyaksikan orang-orang mati, kecil besar, berdiri di hadapan hadirat Allah; dan buku-buku dibuka: dan sebuah buku yang lain dibuka, yaitu Kitab Alhayat: maka orang-orang mati itu diadili menurut segala perkara yang tercantum di dalam buku-buku itu, sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka.” Wahyu 20 : 12.
Di luar alasan-alasan yang sudah dikemukakan itu, masih ada lagi
Alasan-Alasan Berikutnya Bagi Adanya Kedua Pengadilan Itu.
Karena pembersihan kaabah kesucian sorga itu adalah suatu pekerjaan pembersihan buku-buku dengan cara menghapus dari padanya nama-nama orang-orang yang jatuh dari iman dan lalang-lalang, dan karena pada “masa kesusahan besar, yang sedemikian itu belum pernah jadi semenjak berdirinya sesuatu bangsa”, orang-orang yang “akan luput” hanyalah mereka yang nama-namanya terdapat di dalam buku, maka pembersihan buku-buku itu jelas dilakukan sebelum kebangkitan orang-orang mati, dan sebelum masa kesusahan besar yang sedemikian belum pernah jadi itu. Dengan demikian, maka orang-orang mati yang tidak setia akan dibiarkan di dalam kubur-kubur mereka pada kebangkitan yang pertama, dan orang-orang hidup yang tidak setia akan dibiarkan tanpa diselamatkan dari kekacauan yang akan datang. Tetapi sekiranya nama-nama mereka itu diperbolehkan tetap tinggal di dalam buku-buku, maka sesuai dengan catatan-catatan orang-orang mati yang jahat itu mungkin harus dibangkitkan bersama-sama dengan orang-orang yang benar, dan orang-orang jahat yang hidup mungkin harus diselamatkan bersama-sama dengan orang-orang benar yang hidup, atau sebaliknya kedua-duanya, orang-orang mati yang benar dan orang-orang hidup yang benar itu sudah harus ditolak bersama-sama dengan mereka yang jahat itu — kedua kemungkinan ini tentunya tidak mungkin; sehingga dengan demikian sekali lagi terbukti, bahwa suatu pemisahan adalah mutlak perlu, sebagaimana halnya terlihat dalam contoh di zaman Yusak dahulu:
Tuhan berfirman: “Ada sesuatu yang terkutuk di tengah-tengahmu, hai Israel: tiada dapat kamu tahan berdiri di hadapan musuh-musuhmu, sebelum kamu membuang perkara yang terkutuk itu dari antaramu …… Maka diambil oleh Yusak dan segenap orang Israel bersamanya akan Akhan …… berikut semua yang dimilikinya: …… lalu segenap orang Israel melontari dia dengan batu.” Yusak 7 : 13, 24, 25.
Dari benteng kenyataan dalam pembuktian mengenai pembersihan sidang di bumi dan buku-buku di sorga, menonjollah ke atas kebenaran yang tak terkalahkan, bahwa orang-orang hidup yang terus setia sampai kepada kesudahan, mempertahankan nama-nama mereka di dalam Kitab Alhayat, dalam masa pemisahan ini mereka akan memperoleh tanda, atau meterai kelepasan Allah, sebaliknya orang-orang yang tidak setia akan dibiarkan tanpa tanda itu, untuk binasa dalam dosa-dosa mereka. Dan, bertalian dengan itu, maka orang-orang mati yang nama-namanya dipertahankan di dalam buku orang-orang mati sesudah pengadilan itu, akan bangkit dalam kebangkitan yang pertama (Wahyu 20 : 6), sebaliknya orang-orang yang tidak setia dalam hidupnya akan menunggu sampai sesudah masa seribu tahun itu, untuk bangkit bersama-sama dengan semua orang jahat dalam kebangkitan yang kedua (ayat 5).
Dengan demikian sementara ia itu perlu di dalam perhimpunan orang-orang mati memisahkan orang-orang jahat dari orang-orang benar yang kini sedang menantikan hari bagi kebangkitan mereka, maka demikian pula perlu di dalam perhimpunan orang-orang hidup memisahkan orang-orang jahat dari orang-orang benar yang kini sedang mempersiapkan diri bagi kelepasan dari kesusahan yang akan datang, dan yang sedang menantikan kedatangan Kristus yang kedua kali — yaitu kedatangan-Nya yang dapat dilihat mata untuk membangkitkan orang-orang suci yang mati dan untuk mengangkat mereka bersama-sama dengan orang-orang yang masih hidup.
Oleh sebab itu, maka ada terdapat dua pemisahan, yang satu dilaksanakan di antara orang-orang mati yang benar dan yang lainnya dilaksanakan di antara orang-orang hidup yang benar. Orang-orang yang mati dipilih bagi kebangkitan dan orang-orang yang hidup dipilih untuk diobahkan.
Di lain pihak, orang-orang yang nama-namanya akan dihapuskan dari buku-buku ialah mereka yang kelak akan lalai mengenakan “pakaian kawin”. Matius 22 : 11. Sesuai dengan perintah Tuhan (ayat 13), maka mereka akan dibuang keluar, tidak akan pernah lagi berada di antara para tamu perkawinan itu.
Pembersihan Kitab Alhayat ini selanjutnya terlihat perlu untuk memungkinkan para malaikat memilih-milih dengan tepat orang-orang suci itu, karena apabila Anak Manusia datang bersama-sama dengan semua malaikat-Nya, Ia akan mengutus mereka itu “dengan suatu bunyi trompet yang besar, dan mereka akan menghimpunkan bersama-sama semua umat pilihan-Nya (yaitu mereka yang dibangkitkan) dari empat mata angin, dari hujung langit yang satu sampai kepada yang lainnya” (Matius 24 : 31), lalu menggabungkan mereka itu dengan orang-orang yang masih hidup.
Terpusatnya terang yang kini memancar keluar dari nubuatan-nubuatan yang tampak di sini dalam kaitan korelasinya menunjukkan, bahwa baik tempat kesucian yang di sorga maupun tempat kesucian yang di bumi kedua-duanya itu telah dicemarkan, bukan oleh kemenangan-kemenangan politis dan militer dari penguasa-penguasa kekapiran, melainkan, pertama-tama, karena sebagian dari umatnya sendiri tidak setia bertahan (Matius 10 : 22); kedua, karena Iblis membawa masuk lalang-lalang sewaktu orang-orang masih tidur (Matius 13 : 25); dan ketiga, karena tanduk yang sangat besar itu telah membuang keluar “yang sehari-hari” itu, dan menginjak-injak kebenaran, dan membawa masuk kekejian yang membuat sunyi; sehingga dengan demikian mencemarkan kedua kaabah kesucian itu baik yang di bumi maupun yang di sorga.
Wahyu yang mengejutkan ini menunjukkan secara terperinci, bahwa pembersihan itu menurut Daniel 8 : 14 adalah pertama-tama berlaku terhadap kaabah kesucian di sorga, dan kedua terhadap kaabah kesucian di bumi.
Adalah penting, bahwa setiap orang yang lalai melakukan penyelidikan yang saksama dan setia terhadap arti dan pentingnya pekerjaan besar pemeriksaan Allah terhadap para tamu yang telah datang masuk ke pesta perkawinan itu, berarti meremehkan harapan-harapan hidup kekal yang akan datang — “keselamatan yang sedemikian besarnya”. Karena apabila pengadilan sedang menantikan seseorang, dan ia sendiri tidak menyadarinya, maka ia akan didapati tidak siap dan tidak mampu bertahan apabila perkaranya diperiksa. “Oleh sebab itu,” terhadap persoalan yang maha penting ini, “kita harus memperhatikannya dengan sungguh-sungguh”. Iberani 2 : 1. Dan dalam melakukan ini, kita harus mengadakan pendekatan terhadap pengadilan itu
43 total, 1 views today