Pasangan Kuda Dauk dan Pasangan Kuda Teji — Kepemimpinan Rangkap << Go Back
PASANGAN KUDA DAUK
DAN PASANGAN KUDA TEJI – KEPEMIMPINAN RANGKAP
Dan pada “kereta yang keempat” terdapat “pasangan kuda dauk dan pasangan kuda teji“. Bagian yang ganjil dari nubuatan simbolis ini adalah nyata jelas, karena kereta yang keempat itu, yang berbeda dari tiga kereta lainnya, memiliki dua pasangan kuda. Tetapi yang sangat menarik dari seluruh simbol itu ialah kenyataan yang membingungkan bahwa pasangan kuda dauk itu pergi “menuju ke arah negeri selatan, dan pasangan kuda teji itu pergi keluar, lalu ……… berjalan ke sana ke mari di seluruh bumi“! Zakharia 6 : 6, 7. Pasangan kuda dauk itu pergi ke arah yang satu, dan pasangan kuda teji ke arah yang lainnya, namun keduanya sama-sama menarik kereta yang sama.
Oleh sebab itu jelaslah, bahwa keadaan yang aneh ini tak dapat tiada harus memiliki sebuah pelajaran kebenaran sekarang yang sangat penting bagi sidang Allah pada jam sekarang, apabila khayal itu selesai diungkapkan dan kebenarannya dibukakan, yaitu saat di mana sidang akan berhadapan dengan suatu masalah yang aneh dan membingunkan yang tidak mungkin dapat dipecahkan oleh kepintaran manusia.
Adanya pasangan-pasangan kuda yang tidak sama terpasang pada kereta yang keempat itu, masing-masing menarik ke arah yang berlainan daripada sesamanya, bukan saja menunjukkan adanya suatu kepemimpinan rangkap di dalam sidang Laodikea, tetapi juga menunjukkan bahwa kepemimpinan yang satu bertentangan dengan kepemimpinan yang lainnya baik dalam tabiat maupun dalam tujuan. Karena keadaan ini merupakan sesuatu yang aneh, maka orang yang bijaksana akan memikirkannya dengan sebaik-baiknya. Karena firman Allah telah membicarakannya, dan karena simbol itu menggambarkan dengan tepat persaingan itu yang sedang berlaku di depan mata mereka, maka mereka akan berpegang pada kebenaran itu dengan gigihnya.
Kini untuk memberikan penjelasan terhadap bagian yang tertinggi dan membingungkan dari simbol ini, maka kita harus mengikuti catatan sejarah masa lampau dan masa kini dari sidang Laodikea. Karena pekabaran kepada masing-masing sidang dialamatkan kepada “malaikat” itu yang bertugas mengawasi kakidian (sidang — Wahyu 1 : 20), maka kepada Yahya diperintahkan : “Dan kepada malaikat sidangnya orang-orang Laodikea tuliskanlah.” Wahyu 3 : 14. Namun “malaikat” ini tidak mungkin adalah seorang malaikat sorga, karena ia adalah bersalah : “Dingin tidak panaspun tidak”, melainkan “tidak terkasihan, dan sengsara, dan miskin, dan buta, dan bertelanjang” “dan tidak mengetahui.“Wahyu 3 : 16, 17. Apa lagi yang dapat dilambangkan oleh malaikat ini kalau bukan seseorang di bumi yang diberi tugas mengawasi “kaki dian” itu? Oleh sebab itu jelaslah, bahwa ia dan hamba itu “yang oleh Tuannya telah diangkat menjadi pemimpin atas rumah tangga-Nya, untuk memberikan kepada mereka makanan pada waktunya”(Matius 24 : 45) adalah sama, kedua-duanya jelas melambangkan kepemimpinan sidang, bukan keanggotaan sidang.
Setiap orang yang memiliki pengetahuan Injil yang kuat akan mengetahui bahwa Allah tidak mungkin dapat menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi ini bersama-sama dengan suatu kepemimpinan sidang yang “tidak terkasihan, dan sengsara, dan miskin, dan buta, dan bertelanjang”; dan yang lebih parah lagi, yaitu dengan orang yang bahkan tidak mengetahui keadaannya sendiri. Orang-orang yang sedang memaafkan berbagai kejahatan yang merajalela dimana-mana adalah bukan umat Allah yang sejati; mereka adalah “lalang-lalang”, yaitu benih dari si Jahat itu.
Roh Nubuatan mengatakan : “Pekabaran yang dikirim Allah melalui perantaraan hamba-hamba-Nya akan diejek dan ditertawakan oleh gembala-gembala yang tidak setia, yang menginjak-injak dengan kaki mereka makanan dari padang rumput, yang memberikan kepada kawanan domba itu makanan yang sudah mereka kotorkan. ‘Celakalah bagi para Gembala yang membinasakan dan mencerai-beraikan domba-domba itu dari pada rumput-Ku!, demikianlah firman Tuhan.” — Review and Herald, June 25, 1901.
Melihat kepada kenyataan yang menyedihkan ini, maka Allah tak dapat tiada harus memiliki suatu kepemimpinan sidang yang kedua untuk menyelesaikan pekerjaan-Nya yang terbesar semenjak dunia dimulai. Mengenai penempatan hamba-hamba yang kedua ini, kita baca sebagai berikut : “Maka aku tampak seorang malaikat lain naik dari sebelah timur, membawa meterai dari Allah yang hidup itu; maka berserulah ia dengan suara besar kepada keempat malaikat itu ……… katanya, janganlah merusakkan bumi ataupun laut, ataupun pohon-pohon kayu, sampai selesai kami memeteraikan hamba-hamba Allah kita pada dahi-dahi mereka.” “Dan di dalam mulut mereka tidak didapati tipu; karena mereka adalah tidak bercacad cela di hadapan tahta Allah.” Wahyu 7 : 2, 3; 14 : 5.
Demikianlah oleh perantaraan kesaksian maupun oleh perantaraan lambang Firman Allah mengemukakan dua kelas “hamba-hamba” yang tidak sama — yang satu “suam“, dan lainnya “tidak bercacad cela.”
Adalah demikian pentingnya masalah ini sehingga Roh Nubuatan kembali mengarahkan terang kepada aspeknya yang lain lagi sebagai berikut :
“Tetapi hari-hari penyucian sidang itu sedang mendekat dengan segeranya. Allah hendak memiliki suatu umat yang suci dan benar …… Orang-orang yang menaruh harap kepada kemampuan berpikir, kemampuan istimewa, atau bakat, mereka tidak akan berdiri pada waktu itu pada barisan terdepan orang banyak.” — Testimonies, vol. 5, p. 80.
Dari kenyataan bahwa semua pertemuan kita memberikan surat keterangan kependetaan hanya kepada para tamatan perguruan tinggi menunjukkan bahwa mereka sedang menaruh kepercayaan penuh pada kepintaran manusia — yaitu kepintaran yang tidak lagi dapat diandalkan Allah di waktu ini daripada yang digunakanNya dahulu sewaktu Musa memamerkannya. Dan dari kenyataan bahwa mereka telah mempraktikkan cara yang bodoh ini bertahun-tahun lamanya, adalah bukti kenyataan yang lain lagi, bahwa dinas kependetaan pada waktu ini adalah terdiri dari orang-orang yang tidak mungkin Allah gunakan, bukan saja karena mereka adalah lepas (tidak bergantung) kepada-Nya, melainkan juga karena berlawanan dengan kehendak-Nya, mereka telah menghalangi dari pekerjaan-Nya orang-orang yang dapat Ia gunakan:
“Sekarang ingin saya katakan, bahwa Allah tidak menaruh sesuatu kekuasaan raja apapun di dalam barisan kita untuk mengontrol cabang ini atau itu daripada pekerjaan. Pekerjaan telah banyak dibatasi oleh usaha-usaha untuk mengontrolnya pada setiap garis. Di sinilah terdapat suatu kebun anggur yang memberikan tempat-tempatnya yang tandus yang belum memperoleh pekerja satupun. Dan jika seseorang hendak mulai mengolah tempat-tempat ini dalam nama Tuhan, jika ia tidak memperoleh persetujuan dari orang-orang di dalam sebuah lingkungan kekuasaan kecil itu, maka ia tidak akan memperoleh bantuan apapun. Allah menghendaki agar para pekerja-Nya harus memperoleh bantuan. Jika sekiranya seratus orang akan memulaikan suatu misi ke lapangan-lapangan yang tandus, dengan berseru kepada Allah, maka Ia akan membuka ke hadapan mereka.”
“Marilah ku ceritakan kepadamu, jika hatimu ada pada pekerjaan itu, dan engkau percaya pada Allah, engkau tidak perlu bergantung pada persetujuan pendeta manapun atau umat manapun; jika engkau pergi langsung bekerja dalam nama Tuhan, dalam cara yang sederhana melakukan apa saja yang dapat engkau ajarkan kebenaran itu, Allah akan meneguhkan engkau.”
“Jika sekiranya pekerjaan tidak dibatasi sedemikian rupa oleh sesuatu rintangan di sini, dan di sana, dan bahkan rintangan di seberang sana, maka ia itu sudah akan maju dalam kebesarannya. Ia itu sudah akan maju pertama sekali dalam kelemahan; namun Allah di sorga hidup,” –— Review and Herald, April 16, 1901.
Sesudah Paulus menyangkal semua harapan pada kepintaran manusia, sambil memperhitungkannya sebagai kerugian bagi Kristus, baharu dapat Allah meninggikan dia di dalam tangan kekuasaan-Nya. “Maka aku, saudara-saudaraku,” demikian kata rasul yang besar itu, “……… datang bukan dengan fasih lidah atau dengan kepintaran, memberitakan kepadamu kesaksian Allah.” 1 Korinthi 2 : 1. Tetapi berbeda dengan Paulus yang sederhana itu, maka orang-orang besar di dalam sidang pada waktu ini “adalah orang-orang yang merasa kecukupan sendiri, tidak bergantung pada Allah, maka Ia tidak dapat menggunakan mereka ………… Panggilan kepada pekerjaan yang besar dan penting ini“, semenjak tahun 1844, “telah disampaikan kepada orang-orang yang terpelajar dan berkedudukan. Sekiranya mereka ini telah memandang kecil dirinya, lalu berharap sepenuhnya pada Tuhan, maka Ia sudah akan menghargai mereka, membuat mereka membawakan panji-panji-Nya dalam keberhasilan sampai mencapai kemenangan. Tetapi mereka telah memisahkan diri dari Allah, mereka menyerahkan diri kepada pengaruh dunia, maka Tuhan telah menolak mereka.” — Testimonies, vol. 5, pp. 80, 82.
Tetapi “Tuhan memiliki hamba-hamba yang setia, yang dalam masa ujian dan kegoncangan akan muncul keluar. Ada jiwa-jiwa yang berharga yang kini tersembunyi yang tidak pernah menyembah sujud kepada Baal. Mereka belum memperoleh terang itu yang telah bercahaya dalam penyinaran yang terpusat atas kamu. Tetapi, mungkin di bawah suatu lahiriah yang kasar dan tidak menarik terang yang murni dari suatu tabiat Kristen yang asli akan diungkapkan.” — Testimonies, vol. 5, pp. 80, 81.
Demikianlah dalam kesamaannya yang saling menunjang dan sempurna, Alkitab dan Roh Nubuatan sekali lagi saling meninggikan sesamanya, dan menjelaskan paradoks dari kereta yang keempat itu — yaitu pasangan kudanya yang rangkap itu yang masing-masingnya diungkapkan oleh warna-warna dan tujuan-tujuannya, yang saling bertentangan dalam tabiat, prinsip, dan tujuan; masing-masing bersaing merebut kekuasaan atas kereta itu. Sambil berusaha mempertahankan kereta itu di negeri selatan (Mesir), di mana mereka secara buta “duduk dengan sentausanya,” pasangan kuda dauk itu, yaitu kepemimpinan pada haluan kereta itu, “mengatakan dalam hatinya, Tuhan tidak akan berbuat baik; Ia juga tidak akan berbuat jahat. Sebab itu segala harta benda mereka itu akan menjadi barang rampasan, dan rumah-rumah tinggal mereka menjadi sunyi.” Zepanya 1 : 12, 13. Sedangkan pasangan kuda teji, yaitu kepemimpinan di belakang pasangan kuda dauk itu, akan berusaha pergi ke sana ke mari di seluruh bumi.
Yang pertama itu mengatakan : “Ia adalah terlalu pengampun untuk menghukum umat-Nya” oleh menggenapi Yeheskiel pasal 9 atas mereka itu, sedangkan yang kedua itu berkeluh kesah dan menangis karena segala kekejian yang terdapat di tengah-tengahnya. Demikianlah sementara di belakang pasangan kuda dauk itu terdengar suatu seruan mengenai pehukuman Allah, maka di depan pasangan kuda teji itu terdengar suatu seruan “damai sejahtera ……… dari orang-orang yang tidak pernah lagi mengangkat suaranya bagaikan trompet untuk menunjukkan kepada umat Allah segala pelanggaran mereka dan isi rumah Yakub segala dosa mereka. Anjing-anjing yang bisu ini, yang tidak mau menyalak,” demikian kata pendiri sidang, “adalah orang-orang yang akan merasakan pembalasan yang adil dari suatu Allah yang murka. Laki-laki, perempuan-perempuan, dan anak-anak kecil, sekaliannya binasa bersama-sama.” — Testimonies, vol. 5, p. 211.
Oleh sebab itu, sementara di satu pihak kita secara nubuatan melihat akan kegagalan pasangan kuda dauk itu memegang kendali pengawasan atas kereta (sidang) itu karena kelalaian mereka terhadap tugasnya, maka di lain pihak kita melihat pasangan kuda teji itu baik secara nubuatan maupun pada kenyataan sedang bersiap-siap untuk mengambil oper kendali kereta itu pada waktu yang ditentukan; atau, seperti yang dibicarakan malaikat itu dalam masa lalu nubuatan, menjelaskan : mereka “berusaha untuk pergi supaya mereka dapat berjalan ke sana ke mari di seluruh bumi.” Zakharia 6 : 7.
Karena berbeda dalam warna, maka kedua pasangan itu melambangkan dua kelas hamba-hamba yang berbeda dalam tabiat. Kelas yang pertama (warna dauk) adalah “orang-orang yang terpelajar dan berkedudukan,” tetapi merasa “kecukupan sendiri, tidak bergantung pada Allah, maka Ia tidak dapat memakai mereka.” Kelas yang kedua (warna teji), yaitu mereka yang “Ia bangkitkan dan tinggikan di antara kita,” adalah “orang-orang yang diajarkan oleh dorongan Roh-Nya, dan bukan oleh latihan secara lahiriah dari lembaga-lembaga ilmiah ……… Allah akan menyatakan, bahwa Ia tidak akan bergantung pada manusia-manusia fana yang terpelajar dan yang mementingkan diri sendiri.” Testimonies, vol. 5, p. 82.
Lagi pula, kelas yang terakhir ini memiliki “terang yang murni dari suatu tabiat Kristen yang asli”, “tetapi, ia itu mungkin berada di bawah suatu lahiriah yang kasar dan tidak menarik” — tidak dilapisi oleh “pendidikan tinggi” misalnya. “Ia akan menggunakan orang-orang bagi penyelesaian maksud tujuan-Nya, yaitu mereka yang mungkin akan ditolak oleh sebagian saudara-saudara karena dianggap tidak cakap untuk ikut serta dalam pekerjaan,” — Review and Herald, February 9, 1885. “Maka Aku akan menghimpunkan yang lagi tinggal dari kawanan domba-Ku itu dari semua negeri ke mana telah Ku halau mereka itu, dan Aku akan membawa kembali mereka itu ke kandang-kandang mereka; maka mereka akan berbiak dan bertambah-tambah. Maka Aku akan mengangkat gembala-gembala atas mereka itu yang akan memberi makan mereka; maka mereka kelak tidak akan lagi takut, atau gentar, dan tiada lagi mereka akan hilang, demikianlah firman Tuhan” Yeremiah 23 : 3, 4.
Walaupun hamba-hamba Allah ini, yang akan muncul keluar selama pembersihan sidang, “belum memperoleh terang yang telah bercahaya dalam sebuah penyinaran yang terpusat” atas orang-orang lainnya, namun dari hal mereka ada dikatakan : “Yang terlemah dan ragu-ragu di dalam sidang, akan jadi seperti Daud — rela untuk berbuat dan berani ……… Kemudian sidang Kristus akan kelihatan ‘indah bagaikan bulan, cerah bagaikan matahari, dan hebat seperti suatu bala tentara dengan panji-panji.'” “Ia akan keluar ke dalam seluruh dunia dengan kemenangan dan untuk memenangkan.” — Testimonies, vol. 5, pp. 81, 82; Prophets and Kings, p. 725.
Di manakah lagi di dalam seluruh dunia Kristen, kalau bukan di dalam madzab gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (sidangnya orang-orang Laodikea) akan ditemukan kegenapan sejarah sidang nubuatan yang diungkapkan di dalam penyelidikan ini? Jika wahyu kebenaran sekarang yang mengejutkan ini, yang telah jelas dan pasti seperti juga pertikaian itu sendiri di antara Baik dan Jahat, tidak juga berhasil mencapai hati orang Laodikea, maka tidak ada apapun lagi yang akan pernah dapat mencapainya. Saudara-Saudariku, janganlah membodohi diri; jika ini tidak berhasil mencapai hatimu pada waktunya sekarang untuk menyelamatkan engkau dari kejahatan yang akan datang, maka ia itu pada akhirnya kelak akan mengejar kamu, tetapi kemudian hanya untuk membinasakan, bukan untuk menyelamatkan kamu. Sebab itu jangan lagi tinggal bersama-sama dengan pasangan kuda dauk itu di Mesir, karena dengan berbuat begitu engkau akan binasa di sana bersama-sama mereka sementara
PASANGAN KUDA TEJI MEMBAWA
KERETA ITU MENUJU
KE TANAH PERJANJIAN
Karena kereta itu ditarik oleh kedua pasangan kuda itu, masing-masing menarik ke arah yang bertentangan satu dengan yang lainnya, maka jelaslah bahwa keduanya tidak mungkin menang tanpa memecahkannya menjadi dua, sehingga dengan demikian membiarkannya binasa dan tidak berguna. Oleh sebab itu, maka pasangan yang satu atau yang lainnya harus dipotong buang dari kereta itu. Dan dari kenyataan bahwa yang berwarna teji itu (“pasangan kuda yang kuat itu” — ayat 3 bagian akhir) adalah kuda-kuda yang akan “berjalan ke sana ke mari di seluruh bumi” sedangkan yang berwarna dauk itu tetap tinggal di Mesir, menunjukkan bahwa hanya pasangan kuda teji itulah yang akan menguasai kereta itu lalu membawanya dari Mesir menuju tanah perjanjian.
Walaupun simbol nubuatan yang luar biasa ini, yang kini dibukakan sepenuhnya, adalah hanya sebuah nubuatan yang tertutup lainnya sewaktu buku Tongkat Gembala Jilid 1 terbit dan dikirim ke seluruh gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dalam tahun 1930, namun di dalam pekabarannya yang tepat waktunya kepada Laodikea (yang memberitakan bahwa nubuatan Yeheskiel pasal sembilan sudah hampir digenapi, dan bahwa orang-orang yang luput dari “pembantaian” itu akan merupakan kepemimpinan sidang yang akan datang), amaran tragedi dalam paradoks tunggal yang diungkapkan di sini, memang sudah ditunggu-tunggu. Demikianlah kita lihat, bahwa sejak pertama sekali dalam memproyeksikan sebuah gambaran pertama mengenai masalah kritis yang sama yang ditemukan di dalam amaran yang membingungkan yang diungkapkan di sini, maka buku Tongkat Gembala telah diterbitkan sebagai penjelasan pendahuluan terhadap nubuatan Zakharia. Dan, sebagai timbal balik, bukan saja ramalan yang luar biasa ini memperlihatkan Firman Allah lebih mentaajubkan daripada sebelumnya, tetapi ia juga menunjang pekabaran itu di dalam buku Tongkat Gembala, dan mengungkapkan akibat dari kesulitan yang membingungkan, yang mana seperti itu belum pernah terjadi dalam sejarah sidang.
Walaupun para pemimpin gereja Masehi Advent Hari Ketujuh bertekad untuk mengusir keluar dari sidang semua orang yang percaya pada pekabaran dari Tongkat Gembala, mereka sedang mencoba memperlihatkan bahwa para penganut Tongkat Gembala itu sendiri sedang menarik diri keluar. Tetapi kebenaran yang membingungkan ini menunjukkan bahwa mereka itu akan menguasai “kereta itu”, dan penolakan mereka untuk meninggalkan sidang memperlihatkan dengan sungguh-sungguh kepastian pasangan kuda teji itu saja yang akan membawa kereta itu kepada tujuannya — yaitu “ke sana ke mari di seluruh bumi.”
Pengungkapan amaran paradoks ini juga memperlihatkan bahwa Allah mengawasi lnjil dan menghantarkannya kepada terang tepat pada saat umat-Nya perlu mengetahui jalan mana harus ditempuh. Dan sekarang, setelah menemukan jalan itu, marilah kita, seperti yang diperbuat para rasul dahulu, menunggu di dalam sidang bersama-sama dengan pekabaran itu sampai kelak diberitahu : “Keluarlah kamu dari sana, berjalanlah ke sana ke mari di seluruh bumi.” Setelah melaksanakan bagian kita sedemikian ini, maka dari hal kita akan dikatakan : “Raja-raja dari bala tentara-bala tentara melarikan diri dengan cepatnya; dan perempuan itu yang menunggu di rumah(sidang) membagi-bagikan barang jarahan. Sungguhpun engkau telah berbaring di antara belanga-belanga, namun engkau kelak akan jadi seperti sayap-sayap burung dara yang bersalutkan perak, dan buluh-buluhnya yang bersalutkan emas yang kekuning-kuningan.”Mazmur 68 : 12, 13.
Sebab itu sementara pasangan kuda teji itu kini mempersiapkan diri untuk pergi “ke sana ke mari di seluruh bumi”, pasangan kuda dauk terus berusaha untuk menendang keluar kuda-kuda teji dari kereta dan untuk tetap mempertahankannya di
NEGERI SELATAN
Untuk menentukan arti contoh saingan dari “negeri selatan” itu, maka kita tanyakan kepada buku Wahyu : “Dan Aku akan memberi kuasa kepada kedua Saksi-Ku, maka mereka akan bernubuat seribu dua ratus enam puluh hari lamanya, berpakaikan kain goni. Dan apabila mereka kelak sudah menyelesaikan kesaksian mereka, maka binatang buas yang naik keluar dari lobang yang tak terduga dalamnya itu akan memerangi mereka, dan akan mengalahkan mereka, dan membunuh mereka. Maka mayat-mayat mereka akan terbaring di jalan negeri yang besar itu, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di sana juga Tuhan kita telah disalibkan.”Wahyu 11 : 3, 7, 8.
Roh Nubuatan mengatakan : “Dua Saksi itu melambangkan Injil Wasiat Lama dan Wasiat Baru ……… Keduanya meneruskan kesaksiannya sepanjang seluruh masa periode 1260 tahun ……… Masa periode itu sewaktu dua Saksi itu harus bernubuat dengan berpakaikan kain goni, berakhir dalam tahun 1798 ……… Adalah dalam tahun 1793 bahwa keputusan-keputusan yang menghapuskan agama Kristen dan menyingkirkan Alkitab (atau membunuh ‘kedua Saksi’ itu), telah keluar dari Majelis Umum Prancis.” — The Great Controversy, pp. 267, 268, 287.
Oleh sebab itu, karena pemerintah Prancis yang atheis itu dalam tahun 1793 oleh Injil disebut “Sodom dan Mesir, di sana juga Tuhan kita telah disalibkan,” maka Mesir kuno — “negeri selatan itu” – akan melambangkan dunia kita yang ada sekarang pada umumnya, di mana “Tuhan kita telah disalibkan.” Dengan sendirinya, walaupun “pasangan kuda hitam” dan “pasangan kuda putih itu” pergi “memasuki negeri utara” (dunia Kristen), namun “pasangan kuda dauk itu” pergi menuju “negeri selatan” (dunia).
Dalam bukti-bukti nyata mengenai tahap nubuatan yang satu ini, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, sesudah kekecewaan besar dalam tahun 1844 yang lalu, telah keluar menggenapi penugasan ilahi sebagai berikut: “Engkau harus bernubuat lagi ke hadapan banyak umat, dan bangsa-bangsa, dan bahasa-bahasa dan raja-raja.” Wahyu 10 : 11. Demikianlah “kata-kata nubuatan yang pasti,” yang dibuktikan secara terperinci oleh sejarah gereja, menguatkan kenyataan bahwa pekabaran dari Gereja Advent Hari Ketujuh telah disebarkan kepada dunia — Mesir. Sebab itu, maka bahayanya “kereta yang keempat” itu (Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh) bukannya karena pergi memasuki Babil, melainkan karena memasuki Mesir.
Dalam pengukuhan berikutnya mengenai fakta nubuatan yang jelas dan menggemparkan ini Roh Nubuatan mengatakan sebagai berikut: “Saya sangat sedih apabila saya pikirkan keadaan kita sebagai suatu umat ……. Sidang telah berbalik daripada mengikuti Kristus sebagai Pemimpinnya, dan sedang terus menerus mundur menuju Mesir. Tetapi hanya sedikit yang merasa dalam bahaya dan tercengang karena kebutuhan mereka akan kuasa rohani.” — Testimonies, vol. 5, p. 217.
Tetapi sebagian orang dengan seolah-olah kebiasaan burung onta yang banyak didongengkan orang menanamkan kepalanya di bawah pasir untuk menghindari bahaya berseru : “Tidak ada bahaya. Pergerakan ini akan menang.” Tetapi kenyataannya bahwa tujuan besar dari pergerakan Masehi Advent Hari Ketujuh sedang berada dalam bahaya kejatuhan yang serius, adalah merupakan keprihatinan yang mendalam yang dikemukakan oleh Presiden General Conference di dalam sebuah amanatnya yang diterbitkan di dalam Review and Herald, tanggal 14 Oktober 1937, yang sebagiannya kami kutip sebagai berikut:
“Saya katakan kepadamu dengan sungguh bahwa ada terdapat kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh yang sedang bekerja, yang jika tidak diawasi, akan membuat kita tidak siap bagi kedatangan Kristus yang kedua kali seperti halnya Israel tidak siap menghadapi kedatangan-Nya yang pertama. Jangan membuat kekeliruan akan hal itu. Saya melihat pengaruh-pengaruh itu sedang bekerja sekarang. Roh orang-orang Saduki itu sedang bekerja bagaikan ragi, maka saya ingin mengangkat suaraku dengan imbauan yang serius agar kamu dapat melihat bahwa pintu adalah tertutup dari semua gangguan yang sedemikian ini ……… Saya mengundang anda sekalian untuk ikut memerangi roh orang-orang Saduki itu, yaitu roh penyesuaian dengan dunia, yaitu roh yang jika dibiarkan terus bergerak tanpa diawasi, akan menumbangkan dan merubah seluruh roh dan tujuan dari pergerakan ini ……… Pertanyaan ini juga datang kepada saya : Apakah kita, dalam mempertahankan prinsip-prinsip kebenaran yang besar ini yang telah dipercayakan Allah kepada kita, sedang membiarkan jubah itu jatuh lepas dari bahu kita ke atas bahu orang-orang lain? Apakah kita sedang membiarkan orang-orang lain melangkah memasuki tempat-tempat kita lalu menyerukan kepada dunia suatu reformasi mengikuti sebagian dari garis-garis ajaran ini?