<< Go Back
MENANTIKAN SENDIRI AKAN SETIAP
SINAR TERANG
Orang yang menaruh harap pada orang lain untuk menyelidiki sesuatu pekabaran dari Tuhan baginya, ialah menjadikan daging sebagai lengannya, sehingga dengan demikian ia sedang bertindak dengan bodohnya bagaikan tanpa memiliki pikiran sendiri. Maka “pikiran yang bergantung pada keputusan orang-orang lain itu cepat ataupun lambat pasti akan sesat”. — Education, p. 231.
Demikian pula halnya, orang yang membiarkan syakwasangka menghalangi dia dari pada melakukan sesuatu penyelidikan yang tulus terhadap sesuatu perkara yang baru yang datang dalam nama Tuhan, tanpa disadari adalah seorang kapir.
Sama halnya orang yang merasa puas dengan pegangan-pegangannya yang ada pada Firman Allah, sesungguhnya juga mengatakan : “Aku kaya, dan telah melimpah dengan kekayaan, sehingga tidak memerlukan apa-apa lagi.”
Semua mereka ini, karena berbagai perbuatannya yang telah menghasut kata-kata tuduhan terhadap orang-orang Laodikea yang oleh karenanya menggenapi nubuatan yang seharusnya tidak mereka genapi, sedang mempersiapkan dirinya untuk diludahkan keluar (Wahyu 3 : 14 – 18). Maka jika mereka terus saja dalam sikap kepuasan sendirinya itu bahwa mereka sudah memiliki semua kebenaran, sehingga tidak memerlukan apa-apa lagi, maka mereka akan menolak setiap pembawa kebenaran yang baru dan melemparkan kebenaran itu ke dalam tempat sampah karena ia itu datang melalui saluran yang tidak dikenal. Maka pastilah, sekiranya buku kecil ini bukan ungkapan nubuatan, maka kenyataannya tak dapat dihindarkan bahwa apabila ungkapan itu datang, mereka akan menghadapinya dengan cara yang sama, dan akibatnya mereka akan membuang keselamatannya.
Sepanjang segala zaman, semua orang yang menaruh harapannya pada mereka yang disebut orang-orang pandai, dan orang-orang Kristen yang terkemuka pada zamannya, yaitu semua orang yang terkenal saleh, oleh orang-orang inilah mereka telah dirampas dari mahkota kehidupan yang kekal, sama seperti halnya para anggota sidang Yahudi di zaman Kristus karena mereka itu gagal mengambil tanggung jawab penuh bagi keselamatannya sendiri. Karena menaruh harap dengan angkuhnya pada kepintaran “orang-orang besar” mereka, maka mereka telah menolak untuk percaya pada kata-kata Kristus yang mengatakan : “Ya Bapa, Tuhan atas langit dan bumi, ……. Engkau telah menyembunyikan segala perkara ini dari pada orang-orang pandai dan bijaksana, tetapi telah mengungkapkan sekaliannya kepada bayi-bayi”. Matius 11 : 25. “Dimanakah orang-orang pandai itu? Dimanakah ahli-ahli torat itu? ……. bukankah Allah telah membuat bodoh segala kepintaran dunia ini?” 1 Korinthi 1 : 20.
“…… jika sesuatu pekabaran datang yang belum dapat engkau mengerti, maka berusahalah agar engkau dapat mendengarkan alasan-alasan yang dapat diberikan oleh jurukabarnya, sambil membandingkan injil dengan injil, sampai dapat engkau mengetahui apakah benar ia itu ditunjang oleh Firman Allah”. —— Testimonies on Sabbath School Work, p. 65.
Oleh sebab itu, Saudara-Saudariku, maukah anda berhenti dari pada meniru kekeliruan-kekeliruan orang-orang lain? Tidak maukah anda mengambil manfaat dari pada semuanya itu? Jika anda mau, maka anda terikat untuk menggunakan pikiranmu sendiri untuk mencapai keselamatan, supaya jangan anda lalai memahami kebenaran yang menyelamatkan dalam ungkapan penting
Selat Dardanela Dari Alkitab.
43 total, 1 views today