<< Go Back
HAMPIR “JAM KESEBELAS”
EKSTRA!
SELAT DARDANELA DARI ALKITAB.
Panggilan kepada Yeheskiel untuk menduduki jabatan nabi adalah salah satu dari pada pengalaman-pengalaman yang sangat menarik dari para pelihat kuno yang lalu, dan nubuatan dan hal apa yang disaksikannya di dekat sungai Chebar itu mungkin adalah yang lebih besar pentingnya bagi sorga dan bumi pada waktu ini dari pada sesuatu khayal yang lain yang tercatat di dalam Injil, sebab dalam suatu cara yang luar biasa ia itu meng-ungkapkan Hal Yang menggabungkan Sorga dan Bumi, sama seperti halnya Dardanela menghubungkan dua laut yang penting. Dengan demikian, maka penyelidikan terhadap khayal Yeheskiel ini, yang akan mengungkapkan bumi dikunjungi oleh Yang Maha Mulia dari Alam Semesta itu, mungkin lebih tepat disebut “Selat Dardanela dari Alkitab”.
Pembaca yang ingin memahami dengan baik simbol-simbol Alkitab yang tampaknya sangat membingungkan dan sukar ini, dapat mengikuti gambarnya pada halaman depan, dalam hubungannya dengan
Rahasia – Rahasia Yang Dibicarakan
D i s i n i,
“Dan aku tampak, maka bahwasanya, sebuah angin puyuh datang keluar dari sebelah utara, sebuah awan besar, dan sebuah api yang mengembang dengan sendirinya, dan suatu keadaan terang yang ada sekelilingnya, dan dari tengah-tengahnya bagaikan warna bara api, yaitu dari tengah-tengah api itu.
“Juga dari tengah-tengahnya itu telah keluar berupa empat mahluk hidup. Dan inilah rupa mereka itu, mereka memiliki rupa dari seseorang. Dan masing-masingnya memiliki empat wajah, dan masing-masingnya memiliki empat sayap. Dan kaki-kaki mereka itu adalah kaki-kaki yang lurus, dan telapak kaki mereka adalah bagaikan telapak kaki seekor lembu muda; dan gilang gemilanglah mereka itu bagaikan warna tembaga yang mengkilap. Dan mereka memiliki tangan-tangan dari seseorang di bawah sayap mereka pada keempat sisinya ; dan mereka keempatnya memiliki wajah-wajah mereka dan sayap-sayap me¬reka. Sayap-sayap mereka itu bergabung satu dengan yang lainnya, mereka tidak berputar sewaktu mereka berjalan; mereka berjalan masing-masing lurus ke depan.
“Mengenai rupa wajah-wajah mereka itu, mereka keempatnya memiliki wajah dari seseorang, dan wajah dari seekor singa, pada sisi sebelah kanannya, dan mereka keempatnya memiliki wajah dari seekor lembu pada sisi sebelah kiri ; mereka keempatnya juga memiliki wajah dari seekor burung garuda …….
“Maka ku lihat bagaikan warna bara yang kemerah-merahan, bagaikan rupa api yang mengelilingi di dalamnya, mulai dari rupa pinggang-pinggangnya terus ke atas, dan mulai dari rupa pinggang-pinggangnya turun ke bawah, aku tampak ia itu bagaikan rupa api, dan ia itu memiliki kecerahan yang gilang-gemilang berkeliling. Seperti rupa pelangi yang di dalam awan-awan pada hari hujan, demikianlah rupa kecerahan yang gilang-gemilang mengelilingnya. Inilah rupa dari pada kesamaan kemuliaan Tuhan. Dan sewaktu aku melihatnya, tersungkurlah aku dengan mukaku ke tanah, lalu ku dengar suatu suara dari seseorang yang berbicara”. Yeheskiel 1 : 4 – 10, 27, 28, (Terjemahan langsung dari bahasa Inggris).
“Maka terjadilah, bahwa sesudah la memerintahkan orang yang berpakaian kasih khasah itu dengan mengatakan, Ambillah api dari antara roda-roda itu, dari antara cerubim-cerubim itu, kemudian masuklah ia, lalu berdiri di samping roda-roda itu”. Yeheskiel 10 : 6.
Terhadap pemandangan yang mentaajubkan inilah yang dilihat oleh Yeheskiel pada tepi sungai di negeri orang-orang Kasdim itu, perhatian kita sepenuhnya kini dibawa. Karena “rupanya seperti kemuliaan Tuhan”, maka jelas, itu adalah
Dari Tahta-Tahta-Nya.
Di samping rupa ilahi yang dilihat oleh Yeheskiel ini (Yeheskiel 1 : 28), Alkitab juga menggambarkan Allah menduduki tahta-Nya pada tiga kesempatan yang lain —— sekali seperti yang disaksikan oleh Yesaya, dan dua kali seperti yang dilihat oleh Yahya Pewahyu; yaitu :
(1). “……. aku juga tampak Tuhan duduk pada sebuah tahta, yang tinggi dan terangkat ke atas, dan kaabah itu dipenuhi dengan rombongan pengiringnya. Di atasnya berdiri beberapa serafim, masing-masingnya memiliki enam sayap, dengan sepasang sayap ia menutupi wajahnya, dan dengan sepasang lagi ia menutupi kaki-kakinya, dan dengan sepasang lagi ia terbang. Dan seorang berseru kepada yang lainnya, katanya Suci, suci, sucilah Tuhan serwa sekalian alam ; maka segenap bumi penuh dengan kemuliaan-Nya. Maka bergoncanglah segala ambang pintu karena bunyi suara dia yang berseru itu, dan rumah itu dipenuhi dengan asap”. Yesaya 6 : 1 – 4.
(2). “Maka segeralah aku berada dalam roh; maka tengoklah sebuah tahta dipersiapkan di dalam sorga, dan seorang duduk atas tahta itu ……. Dan sekeliling tahta itu ada dua puluh empat tempat duduk, dan pada tempat duduk – tempat duduk itu aku tampak dua puluh empat tua-tua sedang duduk, yang berpakaian putih-putih, dan mereka memiliki di atas kepalanya mahkota-mahkota emas ………. dan adalah di sana tujuh buah pelita dari pada api yang bernyala-nyala di hadapan tahta itu, yaitu tujuh Roh Allah. Dan di hadapan tahta itu terdapat suatu lautan kaca seperti kristal rupanya : dan di tengah-tengah tahta itu, dan sekeliling tahta itu, terdapat empat binatang yang penuh dengan mata di depan dan di belakang”. Wahyu 4 : 2, 4 – 6.
(3). “Maka diperlihatkannya kepadaku sebuah sungai air hidup yang murni, yang jernih seperti kristal, yang mengalir keluar dari tahta Allah dan tahta Anak Domba itu”. Wahyu 22 : 1.
Oleh karena tahta yang dilihat oleh Yesaya itu adalah sebuah ”kereta” (rombongan pengiring), dan karena setelah ia itu masuk ke dalam kaabah, “ambang-ambang pintu bergoncang karena suara orang yang berseru, lalu rumah itu dipenuhi dengan asap” (Yesaya 6 : 1, 4), maka itu adalah sebuah tahta yang berjalan (a traveling throne), sedangkan sebaliknya kedua tahta, sebuah dari Wahyu pasal 4 yang memiliki “lautan kaca” di hadapannya, dan sebuah lagi dari Wahyu pasal 22 yang memiliki “sungai. …. kehidupan” di hadapannya, adalah tahta-tahta yang tetap di tempat.
Walaupun tahta yang dilihat oleh Yeheskiel itu adalah sama dengan tahta yang diperlihatkan kepada Yesaya, namun keduanya adalah tahta-tahta yang terpisah dan berbeda, sebab setiap ”serafim” dari khayal Yesaya itu memiliki enam sayap, sedangkan setiap “cerubim” dari khayal Yeheskiel itu memiliki hanya empat sayap. Lagi pula, di dalam khayal Yeheskiel, cerubim-cerubim itu berdiri di bawah tahta, sedangkan di dalam khayal Ye¬saya serafim-serafim itu berdiri di atasnya. Oleh sebab itu, maka pada catatan terdapat empat tahta —— yaitu dua tahta yang tetap di tempat, dan dua tahta yang berjalan-jalan (two traveling thrones).
Untuk menentukan lokasi tahta dari Wahyu pasal 4 itu, dan tahta dari Wahyu pasal 22, kita akan mencatat mulai dengan tahta dari Wahyu 22, yaitu tahta yang dari dalamnya mengalir keluar “sungai ……. kehidupan”, yang oleh Pewahyu dikatakan sebagai “tahta Allah dan tahta Anak Domba” —— yang di atasnya Kristus duduk pada sebelah kanan Allah setelah kebangkitan-Nya. Tahta yang pertama, yaitu yang memiliki lautan kaca di hadapannya, (juga sesuai penglihatan Yahya) terdapat di dalam ruangan yang maha suci dari kaabah sorga, karena Yahya melihat di depannya “tujuh pelita dari pada api” (Wahyu 4 : 5) —— yaitu perlengkapan dari kaabah itu. “Karena dalam khayal rasul Yahya telah dikaruniakan sebuah penglihatan mengenai kaabah Allah di dalam sorga, ia memandang di sana ‘tujuh pelita dari pada api yang bernyala-nyala di hadapan tahta itu’.” — The Great Controversy, p. 414.
Kemudian, mengenai beralihnya Bapa dan Anak dari tahta Allah dan tahta Anak Domba, yaitu tahta di mana sungai kehidupan itu berada, ke tahta di mana terdapat lautan kaca itu, kita baca sebagai berikut : “Aku tampak Bapa bangkit berdiri dari tahta itu, lalu di dalam sebuah rata yang bernyala-nyala la masuk ke dalam tempat yang maha suci di balik tirai, lalu duduk. Kemudian Yesus bangkit berdiri dari tahta itu, …………….. Kemudian sebuah kereta yang berawan, dengan roda-rodanya bagaikan api yang bernyala-nyala, yang dikelilingi oleh malaikat-malaikat, datang ke tempat di mana Yesus berada. la melangkah masuk ke dalam kereta itu lalu dibawa ke tempat yang maha suci, di mana Bapa duduk”. — Early Writings, p. 55.
Dalam mencatat peristiwa yang sama itu seperti yang dilihatnya, maka Daniel mengatakan : “Maka ku pandang sampai tahta-tahta itu diturunkan, dan Dia yang tiada berkesudahan hari-Nya itu duduk, yaitu Dia yang pakaian-Nya putih seperti salju dan rambut kepalaNya seperti bulu domba yang amat bersih : tahta-Nya adalah seperti nyala api yang bernyala-nyala, dan roda-roda-Nya seperti api yang membakar habis. Suatu su-ngai api mengalir dan keluar dari hadapan-Nya ; beribu-ribu berkhidmat kepada-Nya, dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu menghadap hadirat-Nya : majelis pehukuman itu duduklah, dan kitab-kitab dibuka”. Daniel 7 : 9, 10.
Tetapi akan masalah ini perhatian kita yang terbesar adalah untuk mengetahui lokasi dan misi dari tahta itu yang dilihat oleh Yeheskiel, dan yang olehnya ia mengatakan ; “……. Aku tampak, dan bahwasanya, suatu angin puyuh datang keluar dari sebelah utara”. Yeheskiel 1 : 4. Kenyataan bahwa “angin puyuh” yang menyelubungi tahta itu, “datang”, kata Yeheskiel, menunjukkan bahwa tahta ini, sama seperti halnya dengan tahta dari Yesaya pasal 6 itu, adalah sebuah tahta yang berpindah-pindah, dan bahwa ia itu datang ke tepi sungai Chebar.
“Inilah mahluk yang hidup itu”, demikian Yeheskiel melanjutkan, “yang aku lihat di bawah Allah Israel (Yang berada “di atas cherubim-cherubim itu”), di dekat sungai Chebar itu; dan aku tahu bahwa mereka itulah cherubim-cherubim itu”. “Maka cherubim-cherubim itu mengangkat sayap-sayap mereka, lalu naik dari bumi di hadapan mataku”. Yeheskiel 10 : 20, 19.
Karena naiknya kereta itu “dari bumi” menunjukkan bahwa di dalam tahta yang satu ini Allah mengunjungi bumi dan kemudian, setelah missi-Nya selesai, kembalilah la ke sorga, maka dengan sendirinya kerinduan kita yang tertinggi adalah untuk mengetahui jawaban terhadap pertanyaan,
22 total, 1 views today