<< Go Back
ESAU ATAU YAKUB — YANG
MANAKAH ?
“Maka Ishak memohon dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan akan hal isterinya, sebab mandul ia; dan Tuhan telah meluluskan permohonannya, lalu hamillah Ribkah isterinya itu.
“Maka anak-anak itu saling bergumul di dalam kandungannya; sehingga katanya, Jika demikian halnya, maka mengapakah aku jadi demikian ? Maka pergilah ia menanyakan hal itu kepada Tuhan.
“Maka firman Tuhan kepadanya: Dua bangsa sedang berada di dalam rahimmu, dan dua jenis bangsa akan dipisahkan dari kandunganmu; maka bangsa yang satu akan menjadi lebih kuat daripada bangsa yang lainnya; dan anak yang tua itu akan menjadi hamba kepada yang muda.
“Maka setelah genap harinya untuk bersalin, bahwasanya adalah anak kembar di dalam rahimnya. Maka keluarlah anak yang pertama itu berwarna merah, seluruh tubuhnya seperti jubah yang berbulu; maka mereka menamakan dia Esau. Dan setelah itu keluarlah adiknya, dan tangannya berpegang pada tumit Esau; lalu namanya disebut Yakub.” Kejadian 25 : 21 – 26.
Dalam kelahiran dan kehidupan Esau dan Yakub yang luar biasa, tak dapat disangkal terdapat rencana dan contoh-contoh Ilahi. Yang aneh dan ganjil dari pengalaman keluarga ini jelas menggambarkan secara dramatis dalam bentuk kecil suatu pengalaman yang pada suatu hari akan dilalui oleh sidang Allah. Ribkah sendiri telah diingatkan akan kenyataan ini sewaktu “Tuhan berfirman kepadanya: Dua bangsa sedang berada di dalam rahimmu, dan dua jenis bangsa akan dipisahkan dari kandunganmu; maka bangsa yang satu akan menjadi lebih kuat dari pada bangsa yang lainnya; dan anak yang tua itu akan menjadi hamba kepada yang muda.” Ayat 23.
Contoh apakah terdapat dalam drama kehidupan yang mendebarkan ini? — Pada dasarnya ya itulah yang dikemukakan dalam tafsiran Paulus mengenai drama kehidupan yang sama dari Hagar dan Ishmael, Sarah dan Ishak. Ilham mengungkapkan kenyataan bahwa pasangan yang pertama itu melambangkan Sidang Wasiat Lama dan para anggotanya, yaitu orang-orang Yahudi; dan bahwa pasangan yang kedua itu melambangkan Sidang Wasiat Baru dan para anggotanya, yaitu orang-orang Kristen (Galati 4 : 22 – 31).
Sama halnya, walaupun dalam tahap yang lain, Ribkah juga melambangkan sidang, sedangkan Esau dan Yakub melambangkan anak-anaknya, yaitu para anggota biasa. Dan karena keduanya telah bergumul di dalam kandungan ibunya sebelum mereka dilahirkan, maka arti dari pelajaran penting ini ialah bahwa sementara sidang kesakitan dengan anak-anaknya pada sebelum mereka dilahirkan, menerima kelahiran kedua (Yahya 3 : 3) dan dipimpin ke dalam kerajaan, maka mereka akan bergumul didalam. Demikianlah, bahwa adanya kandungan Ribkah berisikan kedua anak itu memberitahukan, bahwa sidang sedang mengandung di dalamnya dua kelas umat — kelas orang-orang Esau dan kelas orang-orang Yakub.
Ilham menegaskan: “Ada dua pengaruh yang saling menentang secara terus menerus sedang mempengaruhi anggota-anggota sidang. Pengaruh yang satu sedang bekerja bagi penyucian sidang, sedangkan yang lainnya sedang berusaha mengacaukan umat Allah.” — Testimonies to Ministers, p. 46.
Cara dalam mana Esau dan Yakub dilahirkan — yaitu Yakub menyusul Esau dengan berpegang pada tumitnya — memiliki arti yang sangat jelas; kepemimpinan Esau membuatnya menjadi contoh dari para pemimpin yang memiliki tabiatnya, dan susulan Yakub dengan berpegang pada tumit kakaknya itu membuatnya menjadi contoh dari para pengikut yang memiliki tabiatnya. Analogi ini secara tidak salah jugamengartikan, bahwa yang satu melambangkan suatu kelas orang-orang yang mendahului yang lainnya dalam keanggotaan sidang. Oleh sebab itu, berbicara secara luas, mereka bersama-sama melambangkan calon-calon pengganti masing-masing pihak pekerja dan pihak anggota biasa.
Dalam kenyataan berikutnya terdapat juga arti contoh karena Esau dilahirkan dengan tubuh yang berbulu sedang Yakub dengan tubuh yang licin. Ketidak-samaan lahiriah yang mencolok ini jelas memberikan beberapa macam ciri mencolok yang dapat dilihat dari dua kelas orang-orang itu yang menjadi contoh.
Allah telah menentukan orang laki-laki untuk memimpin dan orang perempuan untuk mengikuti, maka karena demikian ini Ia telah menciptakan laki-laki itu berbulu dan perempuan itu licin. Tanda-tanda perbedaan Ilahi ini mengungkapkan bahwa Esau dan kelas orang-orang yang dilambangkannya memiliki kelengkapan alamiah bagi jabatan kepemimpinan, sedangkan Yakub dan kelas orang-orang yang dilambangkannya tidak. Disamping itu, karena merupakan anak sulung, maka oleh hak kesulungannya Esau akan menjadi imam di dalam keluarga. Melalui dialah akan datang leluhur-leluhur dari kedua belas suku bangsa itu, para nabi, para penghulu, dan raja-raja Israel, bahkan juga Raja atas segala raja itu sendiri, yaitu Juruselamat dunia.
Namun segala keinginan, ambisi, dan cita-cita dari Esau dan Yakub telah berjalan bertolak belakang dengan kedudukan-kedudukan yang mereka warisi. Esau sama sekali tidak menaruh perhatian khusus pada bagian pekerjaan yang dimungkinkan oleh hak kesulungannya, sedangkan Yakub sangat menginginkannya. Sungguhpun demikian, karena terhalang oleh hukum warisan untuk memiliki bagian pekerjaan Esau itu, maka Yakub dalam keinginannya yang sangat untuk memiliki hak kesulungan itu telah berusaha untuk membelinya pada saat kesempatan yang baik. Kemudian untuk dapat memperoleh berkat-berkat ayahnya, maka ia telah menyetujui keinginan ibunya untuk berusaha mendapatkannya dengan jalan penipuan.
Pelajaran yang tragis ini adalah nyata sekali menyedihkan. Kelas orang-orang Esau yang melaksanakan tugas-tugas jabatan mereka kurang dari persyaratan-persyaratan kesuciannya, secara acuh tak acuh membiarkan jabatan itu lepas dari tangan mereka jatuh ke dalam tangkapan tangan kelas orang-orang Yakub, yang benar-benar menyukai dan menghargai kewajiban-kewajiban yang terkandung dalam jabatan itu, tetapi mereka bukan dilahirkan sebagai pemimpin, maka mereka harus mendapatkan kelengkapan bagi jabatan yang suci itu melalui latihan disiplinaire dari beberapa pengalaman ujian jiwa seperti yang digambarkan oleh latihan Yakub sewaktu ia dalam pelarian meninggalkan rumah. Dengan demikian dalam nasib takdir mereka itu, mereka dibuang keluar dari sidang oleh saudara-saudara mereka yang lebih tua, sama seperti halnya Yakub telah dibuang keluar dari rumah oleh kakaknya, karena sebab semangat mereka pada pekerjaan pelayanan Allah, maka mereka memenangkan suatu latihan bagi kesempatan pekerjaan yang istimewa yang akan menjadi milik mereka.
Betapa besar ruginya bagi anak sulung itu, yaitu para pendeta yang ada sekarang, yang sedang kehilangan suatu berkat yang tak terkirakan besarnya! Mereka telah memperoleh kesempatan istimewa yang tak tertandingi untuk berdiri di Gunung Sion bersama-sama dengan Anak Domba, untuk memimpin keluar rakyat Kerajaan di kemudian hari, sambil mendatangkan Kerajaan itu sendiri, sambil menghantarkan kedatangan Kristus yang kedua kali, dan akhirnya untuk memimpin rombongan besar orang tebusan ke dalam Kanaan samawi, ke dalam segala alam kemuliaan yang tidak lagi layu. Tetapi mereka kini sedang akan hilang. Alangkah tragisnya!
Untuk sedikit saja masakan kacang merah yang menggiurkan mereka membiarkan hak-hak kekuasaan ini lepas dari genggamannya. Menyedihkan, bahkan sekarangpun mereka sedang membiarkannya lepas jatuh ke tangan kelas orang-orang Yakub, para anggota biasa yang setia itu, yaitu 144.000 hamba-hamba Allah yang akan datang itu (Wahyu 7 : 3; 5 : 10; Testimonies, vol. 5, pp. 475, 476).
“Sebagaimana Esau sadar menyaksikan kebodohannya dalam melakukan penukaran yang tergesa-gesa itu setelah sudah sangat terlambat untuk menebus kembali kerugiannya, maka demikian itu pula akan jadi kelak pada hari Allah dengan orang-orang yang telah menukar hak waris mereka ke sorga dengan berbagai kepuasan diri sendiri.” — Patriarchs and Prophets, p. 182. (Baca juga Testimonies, vol. 2, pp. 38, 39).
Bertahun-tahun yang lalu Roh Kebenaran telah menghimbau kepada anak sulung itu dengan memperingatkan kepada mereka terhadap bahayanya mereka kehilangan hak kesulungannya sebagai berikut: “Saudara-Saudara, jika anda terus bermalas-malasan, cenderung kepada keduniawian, mementingkan diri sendiri, seperti yang sudah anda lakukan, maka Allah pasti akan mengesampingkan anda, lalu mengambil orang-orang yang kurang mementingkan diri sendiri, yang kurang berambisi terhadap kehormatan dunia, dan yang tidak ragu-ragu untuk pergi, seperti yang diperbuat Tuhan mereka, tanpa kemah, sambil tahan terhadap berbagai celaan. Pekerjaan akan diberikan kepada mereka yang mau mengambilnya, yaitu mereka yang menjunjung tinggi pekerjaan itu, yang menghayati prinsip-prinsipnya di dalam pengalaman mereka setiap hari. Allah hendak memilih orang-orang yang sederhana, yaitu mereka yang berusaha untuk memuliakan nama-Nya dan memajukan pekerjaan-Nya, yang bukan menghormati dan memajukan dirinya sendiri. Ia akan membangkitkan orang-orang yang tidak banyak memiliki pengetahuan dunia ini, tetapi mereka berhubungan dengan Dia, dan mereka akan mencarikan kekuatan dan nasehat dari atas.” — Testimonies, vol. 5, p. 461.
“Panggilan bagi pekerjaan yang besar dan penting ini telah ditawarkan kepada orang-orang yang sangat terpelajar dan berkedudukan; kalau saja mereka ini telah merasa kecil dirinya pada pemandangannya sendiri, lalu berharap sepenuhnya kepada Tuhan, maka Ia sudah akan menghargai mereka dengan memberikan standard kemenangannya kepada mereka sampai mencapai kemenangan……………………………
“Allah akan melakukan suatu pekerjaan di zaman kita yang hanya sedikit saja orang yang mengharapkannya. Ia akan membangkitkan dan meninggikan di antara kita orang-orang yang justru diajarkan oleh imbauan RohNya, dan bukan oleh latihan-latihan lahiriah dari lembaga-lembaga ilmu pengetahuan.” — Testimonies, vol. 5, p. 82.
“Di sini (Yeheskiel 9 : 5, 6) kita saksikan bahwa sidang — tempat kesucianTuhan — adalah yang pertama sekali merasakan pukulan murka Allah. Orang-orang bangsawan, yaitu mereka yang telah dikaruniakan Allah terang besar, dan yang telah berdiri sebagai pengawal-pengawal semua kepentingan kerohanian umat, telah menghianati kepercayaan yang diberikan kepada mereka. Mereka telah mengambil kedudukan supaya kita tidak perlu lagi mengharapkan mujizat-mujizat dan manifestasi kuasa Allah yang nyata mencolok seperti halnya di zaman dahulu. Zaman telah berubah. Semua kata-kata ini menguatkan ketidakpercayaan mereka, sehingga mereka mengatakan: Tuhan tidak akan berbuat yang baik, Ia juga tidak akan berbuat yang jahat. Ia adalah sangat pemurah dan pengampun untuk menghukum umat-Nya dalam pehukuman. Demikianlah damai dan sejahtera adalah teriakan dari orang-orang yang tidak akan pernah lagi mengangkat suaranya bagaikan trompet untuk menunjukkan kepada umat Allah segala pelanggaran mereka dan kepada isi rumah Yakub segala dosa mereka. Anjing-anjing yang bisu ini, yang tidak mau menyalak, ialah orang-orang yang akan merasakan pembalasan yang adil dari suatu Allah yang murka. Laki-laki, wanita-wanita, dan anak-anak kecil, sekaliannya binasa bersama-sama.” — Testimonies, vol. 5, 211.
Kini, sebagaimana kesamaan contoh yang banyak tahapan ini berpaling kepada aspek berikutnya, maka Esau dan Yakub terlihat berikutnya melambangkan dua kelas orang-orang berdosa: Esau, baik oleh warna kulitnya maupun oleh arti dari pada namanya sesudah ia itu dirubah dari Esau menjadi Edom; Jakub, oleh maksud dari pada namanya sebelum ia itu dirubah dari Jakub menjadi Israel.
Cukup aneh, sebagaimana warna kulit Esau adalah merah, demikian pula arti dari pada namanya yang baru, yaitu Edom. Dan
karena ia lalai menghargai dan memanfaatkan karunia warisan ayah, karena tidak pernah memenuhi maksud dari pada nama kelahirannya (“ia yang menyelesaikan”), maka terlihat bahwa namanya yang baru itu, berbeda dengan nama Yakub yang baru, adalah berarti bukan berkembang, melainkan sebaliknya gagal untuk berkembang, sambil terus maju tak terkendali dalam jalan-jalannya yang jahat — tetap saja dalam tabiat kelahirannya, yaitu “merah.” Oleh sebab itu, maka kelas para pemimpin yang dilambangkan olehnya akan kalah, mereka tidak pernah menyelesaikan tugas yang ditentukan oleh Allah mereka, sehingga tidak pernah akan diubahkan dari status orang-orang berdosa menjadi orang-orang suci! Alangkah ruginya!
Sungguhpun demikian, tidaklah demikian halnya dengan kelas orang-orang Yakub. Sebagaimana contoh dari hal mereka, yang dengan tekun menjaga domba-domba, dengan hati-hati mengurusi urusannya sendiri, dan secara berhasil mengalahkan sifat tamanya,namanya telah diubah dari Yakub (penipu) menjadi Israel (seorang pemenang sehingga dengan demikian seorang Penghulu), dan dengan demikian merekapun pada akhirnya berhasil menang atas sifat hawa nafsu mereka, sehingga nama-nama mereka telah diubah dari orang-orang Yakubites menjadi orang-orang Israel, dari penipu-penipu menjadi para pemenang, — yaitu dari hamba-hamba kepada diri sendiri menjadi hamba-hamba Allah, dari orang-orang Kristen biasa di dalam Laodikea menjadi penghulu-penghulu yang ditinggikan di atas Gunung Sion. Dengan demikian dalam hak mereka sendiri orang-orang Yakubites contoh saingan itu akan menjadi orang-orang Israel contoh saingan; oleh kemahiran hak kesulungan mereka menjadi orang-orang yang menyelesaikan pekerjaan injil, dan sebagai hamba-hamba Allah mereka berdiri diatas Gunung Sion bersama-sama dengan Anak Domba itu.
Demikianlah terlihat bahwa kedua kelas orang-orang itu, sebagaimana contoh-contoh dari hal mereka, nama mereka telah diubah: kelas orang-orang Yakub itu karena mereka mendambakan suatu hak kesulungan yang tak dapat binasa seperti yang diingini Yakub; kelas orang-orang Esau, karena mereka meremehkan hak kesulungan yang tak dapat binasa itu seperti yang dilakukan Esau, dan mendambakan kemuliaan hidup ini yang akan binasa. Yang satu memiliki suatu kesadaran yang tajam dan tepat terhadap nilai-nilai kehidupan; yang lainnya, memiliki suatu kesadaran yang tumpul dan yang salah terhadap nilai-nilai kehidupan.
Dan walaupun Yakub tidak memiliki kemampuan-kemampuan alamiah untuk melakukan tugas-tugas jabatannya, namun kekurangan itu lebih diimbangi oleh semangatnya yang bernyala-nyala. Oleh sebab itu, tanpa memperhatikan berapa banyak ataupun berapa sedikitnya bakat alamiah maupun pendidikan yang mungkin diperoleh sesorang bagi sesuatu kedudukan, ia tidak akan pernah berhasil pada kedudukan itu jika ia tidak memasukkan ke dalamnya semua yang dimilikinya — yaitu mencurahkan seluruh hati dan jiwanya ke dalam kedudukan itu. Inilah salah satu dari pada hukum-hukum yang tidak berubah dalam kehidupan, maka ia itu harus diingat oleh semua orang, bahwa hukum itu mengatur kebahagiaan dalam setiap lapangan usaha baik bagi orang percaya ataupun bagi orang yang tidak percaya.
Oleh karena kerugian seseorang akan selalu menjadi keuntungan bagi orang lain, maka sebagaimana kerugian Esau telah menjadi keuntungan Yakub, demikianlah kerugian yang mengerikan, yang tak dapat lagi diperbaiki, dan yang tak ternilai bagi kelas orang-orang Esau itu akan menjadi suatu keuntungan kekal yang mulia bagi kelas orang-orang Yakub.
Dalam penyesalan yang sangat dalam setelah disadarinya akan kerugiannya yang tak terkirakan itu, Esau “tidak lagi menemukan tempat bagi pertobatan, walaupun ia berusaha mencarinya dengan saksama dan dengan air mata.” Iberani 12 : 17. Nasibnya yang tidak lagi berubah itu melambangkan nasib yang akan menimpa semua orang yang perbuatannya menempatkan mereka di dalam kelas orang-orang Esau.
Sepanjang lambang yang sangat berguna sebagai petunjuk terhadap masalah itu, kita kini dibawa terus kepada gambaran puncaknya — yaitu
15 total, 2 views today