<< Go Back
DARI PENGEMBALAAN DOMBA KE
PABRIK-PABRIK BATU BATA
“Kini telah bangkit di sana seorang raja yang baru atas Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Maka titahnya kepada rakyatnya: Tengok, orang-orang bani Israel itu adalah lebih banyak dan lebih kuat daripada kita………………. Sebab itu, mereka menempatkan pengawas-pengawas rodi atas mereka itu untuk menindas mereka dengan kerja paksa. Maka mereka telah membangun bagi Firaun kota-kota perbekalan, yaitu Pithom dan Raamses. Tetapi makin ditindas mereka itu makin bertambah banyak mereka bertumbuh……….. Lalu orang-orang Mesir itu memaksa bani Israel bekerja dengan lebih keras lagi; lalu dipersulit akan kehidupan mereka itu dengan perbudakan yang lebih berat, dalam mengerjakan gala, dan dalam mengerjakan batu bata, dan dalam segala jenis pekerjaan di padang.” Keluaran 1 : 8 – 14.
Oleh akal sehat yang sejajar, maka Firaun yang “baru” ini yang tidak mengenal Yusuf dan yang berusaha untuk membinasakan umat Allah, orang-orang Israel itu, akan merupakan contoh dari seorang musuh utama yang tak lain dari pada Setan sendiri, yaitu suatu dewa yang palsu, perampas dunia ini, yang tidak mengenal Kristus dan yang selalu berusaha untuk memperbudak umat-Nya, orang-orang Kristen, sewaktu mereka itu menumpang sementara di Mesir contoh saingan.
Jelaslah bahwa hamba-hamba dari Firaun yang penuh kebencian itu, yaitu mereka yang melaksanakan maksud-maksud jahatnya, adalah merupakan contoh dari hamba-hamba Setan, yang oleh perantaraan mereka Setan bekerja membinasakan rencana-rencana Allah bagi sidang-Nya.
Melihat akan hal ini, maka Yusuf telah berusaha untuk senantiasa menutup segala kemungkinan hubungan sosial di antara orang-orang Iberani itu dengan orang-orang Mesir, dengan cara memerintahkan kepada saudara-saudaranya supaya menceriterakan dengan tegas kepada Firaun bahwa mereka adalah gembala-gembala, karena gembala-gembala adalah hina bagi orang-orang Mesir. Meskipun demikian, sementara waktu terus berlalu, maka Firaun yang jahat itu kemudian memindahkan mereka dari pekerjaan mengembala lalu menempatkan mereka bekerja pada pabrik-pabrik pembuat batu bata.
Tepat sesuai contoh itu, maka orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh sejak mulanya telah menunjukkan dirinya sebagai gembala-gembala, karena semboyan mereka adalah: “Setiap anggota Masehi Advent Hari Ketujuh adalah penginjil, dan setiap penginjil adalah penghotbah dan pendeta” — yaitu gembala-gembala atas kawanan domba Allah.
Namun demikian, Roh Kebenaran beberapa tahun yang lalu telah memberitahukan bahwa pembatasan-pembatasan terhadap perbuatan yang sedemikian itu sudah dimulai. Diungkapkannya sebagai berikut: “Suatu hal yang aneh telah memasuki gereja-gereja kita. Orang-orang yang ditempatkan pada jabatan-jabatan bertanggungjawab agar mereka dapat menjadi pembantu-pembantu yang bijaksana bagi rekan-rekan pekerjanya, mereka justru telah menyangka bahwa mereka ditempatkan sebagai raja-raja dan penghulu-penghulu di dalam gereja-gereja untuk mengatakan kepada saudara yang satu: Lakukan ini; kepada saudara yang lainnya: Lakukan itu; dan kepada yang lain lagi: Ingat supaya bekerja demikian dan dengan cara demikian.” — Testimonies to Ministers, p. 477.
Dengan demikian, sebagaimana halnya orang-orang Ibrani telah dipaksa meninggalkan pekerjaan mereka sebagai gembala untuk masuk bekerja di pabrik-pabrik pembuat batu bata, maka demikian pula halnya orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh dipaksa meninggalkan pekerjaan menghotbahkan injil untuk beralih kepada menciptakan target-target pengumpulan uang dan makin lebih banyak lagi target-target pengumpulan uang yang diciptakan. Ya, bahkan sebagaimana Firaun terus memperberat pekerjaan mereka, maka Firaun modern pun menuntut agar kepada mereka —
65 total, 3 views today