<< Go Back
YEHESKIEL PASAL
EMPAT
“Maka engkau, hai anak Adam, ambillah olehmu akan sebuah batu bakar, letakkanlah dia di hadapanmu dan gambarkanlah padanya rupa kota itu, yaitu Yerusalem.” Ayat 1.
Yeheskiel telah diperintahkan untuk mengukir sebuah kota di atas sebuah ubin dan menamakannya Yerusalem. Bahan pada mana kota itu hendak diukir merupakan bahan yang tahan lama — tidak akan membusuk — menunjukkan bahwa kota yang terlihat dalam khayal itu adalah sebuah kota yang akan berdiri selama-lamanya: suatu umat yang tidak akan pernah lagi mati.
“Pandanglah akan Sion, kota pertemuan raya kita itu! Matamu akan melihat Yerusalem suatu tempat kediaman yang aman, suatu tabernakel yang tidak akan dipindah-pindah; yang pasaknya sampai kekal tidak akan tercabut dan tali-talinya pun tidak akan putus.
“Tetapi di sana Tuhan yang mulia itu akan menjadi bagi kita suatu tempat sungai-sungai yang luas dan aliran-aliran sungai; di sana tidak akan lagi perahu berdayung melewatinya, kapal besar pun tidak akan lagi melaluinya ………..
“Maka penduduknya tidak akan lagi mengatakan: saya sakit; orang-orang yang diam di dalamnya itu telah diampuni segala kejahatannya.” Yesaya 33 : 20, 21, 24.
“Dan kepunglah akan dia, dan bangunkanlah suatu kubu pertahanan menghadapinya, dan buatkanlah suatu timbunan tanah menghadapinya; tempatkanlah juga perkemahan tentara menghadapinya, dan susunlah alat-alat pendobrak menghadapinya berkeliling.” Ayat 2.
“Kepunglah akan dia” tentunya berarti menyerangnya dengan suatu bala tentara pekerja-pekerja reformasi dan memaksanya untuk menyerah — yaitu datang kepada pengetahuan kebenaran yang diungkapkan di sini. Jadi, jelaslah sekali, bahwa pekabaran dari hal jam, dan hal inilah yang harus dibawakan ke hadapan umat Allah.
“Dan bangunkanlah sebuah tugu pertahanan menghadapinya” — berhati- hati agar tidak seorangpun luput, baik ataupun jelek.
Kemudian “buatkanlah suatu timbunan tanah”; jangan ragu-ragu, dan lakukan pengamanan untuk merebut kota itu.
“Tempatkanlah juga perkemahan tentara menghadapinya”; artinya, buatkanlah suatu pondok sementara bagi pekerja-pekerjamu, yaitu Markas Besar untuk dari padanya meneruskan pekerjaan, dan bersiap-siaplah untuk tinggal di sana sampai kelak engkau mengalahkan kota itu. Inilah maksud yang tulus dalam membangun Mount Carmel Center (di Amerika), dan inilah tujuannya yang telah dikaruniakan.
Juga “susunlah alat-alat pendobrak (artinya — pemimpin-pemimpin utama) menentang” kota itu “berkeliling.” Alat yang mereka gunakan untuk mendobrak tentunya adalah kebenaran Alkitab yang jelas, yang tajam, dan yang meyakinkan. Dan inilah keperluan yang sangat jelas agar dalam setiap cabang pekerjaan kita memiliki orang-orang yang mampu untuk memimpin dengan bijaksana.
“Dan lagi ambillah olehmu akan sebuah kuali besi, taruhlah akan dia menjadi dinding besi di antara engkau dengan kota itu; dan tunjukanlah mukamu kepadanya, maka ia itu akan terkepung, dan hendaklah engkau mengepungnya. Ini akan menjadi suatu pertanda bagi isi rumah Israel.” Ayat 3.
Artinya, apabila hal ini jadi di dalam rumah Yehuda contoh saingan, maka ia itu akan berdiri sebagai suatu pertanda dengan mana isi rumah Israel contoh saingan akan diberi amaran.
Kemudian akan jadi kelak bahwa “apabila bani bangsamu kelak mengatakan kepadamu, katanya: Tidak maukah engkau menunjukkan kepada kami apa yang kau maksudkan dengan segala perkara ini?
“Maka katakanlah kepada mereka: Demikianlah firman Tuhan Hua: ‘Bahwasanya, Aku hendak mengambil potongan kayu Yusuf yang terdapat di dalam tangan Efraim, dan segala suku bangsa Israel rekan-rekannya, maka Aku akan menaruh mereka itu bersama-sama dengan dia, yaitu dengan potongan kayu Yehuda, lalu Ku buat mereka itu menjadi sepotong kayu saja, sehingga mereka akan menjadi satu di dalam tangan-Ku.
“Dan potongan-potongan kayu yang di atasnya engkau tulisi itu hendaklah iaitu berada di dalam tanganmu di depan mata mereka.
“Lalu katakanlah kepada mereka itu, demikianlah firman Tuhan Hua: Bahwasanya Aku akan mengambil kelak bani Israel dari antara segala orang kapir kemana mereka itu telah pergi, dan Aku akan menghimpunkan mereka itu dari mana-mana, lalu membawa kembali mereka ke dalam negeri mereka sendiri.
“Dan Aku akan menjadikan mereka itu satu bangsa jua di tanah di atas segala pegunungan Israel; dan seorang raja akan menjadi raja atas mereka sekaliannya, dan tiada lagi mereka itu dua bangsa, dan tiada lagi mereka itu dibagi menjadi dua kerajaan.
“Dan tiada lagi mereka akan mencemarkan dirinya dengan berhala tahinya, atau dengan segala barangnya yang keji atau dengan apapun juga pelanggarannya; melainkan Aku akan melepaskan mereka itu daripada segala tempat mereka itu telah berbuat dosa, dan Aku akan menyucikan mereka itu. Demikianlah mereka akan menjadi umat-Ku, dan Aku akan menjadi Allahnya.
“Dan hamba-Ku Daud akan menjadi raja atas mereka itu, maka mereka semuanya akan memiliki seorang gembala; mereka juga akan berjalan menurut hukum-hukum-Ku serta mematuhi segala syariat-Ku dan melaksanakannya.
“Dan mereka akan tinggal di dalam negeri yang telah Ku-karuniakan kepada Yakub hamba-Ku di tempat mana telah diam segala nenek moyangmu; maka mereka akan tinggal di dalamnya, baik mereka baik segala anak cucunya sampai selama-lamanya; dan Daud hamba-Ku itu akan menjadi penghulu mereka itu sampai selama-lamanya.
“Lagi pula Aku akan membuat suatu perjanjian damai dengan mereka; ia itu kelak merupakan suatu perjanjian yang kekal dengan mereka itu; maka Aku akan menempatkan mereka itu, dan melipatgandakan mereka, dan Aku akan menaruh kaabah kesucian-Ku di tengah-tengah mereka untuk selama-lamanya,
“Tabernakel-Ku pun akan berada dengan mereka itu; maka Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.
“Maka orang Kapir akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan yang mengkuduskan Israel, apabila kaabah kesucian-Ku kelak berada di tengah-tengah mereka itu untuk selama lamanya.” Yeheskiel 37 : 18 – 28.
Sebagaimana seorang jenderal dari pasukan menatap matanya menantang suatu bangsa yang dimusuhi dengan kemauan yang keras untuk mengalahkannya, maka demikian pula halnya dengan Yeheskiel contoh saingan yang memerintahkan untuk melaksanakan ”pembangunan dan reformasi” yang sangat mendesak ini di antara umat Allah.
“Orang yang mendengar bunyi trompet, tetapi tidak mau mendengar amaran; darahnya akan tertanggung atas dirinya. Tetapi orang yang mendengarkan amaran akan menyelamatkan jiwanya.” Yeheskiel 33 : 4, 5.
“Karena sudah ku-taruh atasmu segala tahun kesalahan mereka itu, sesuai dengan bilangan hari-hari itu, yaitu tiga ratus sembilan puluh hari lamanya, engkau akan menanggung kesalahan isi rumah Israel. Dan setelah engkau menggenapi sekaliannya itu, berbaringlah kembali pada sebelah kananmu, dan engkau harus memikul kesalahan isi rumah Yehuda empat puluh hari lamanya. Sudah ku-tentukan bagimu setiap hari untuk satu tahun.” Ayat 5, 6.
Dalam sajian kiasan ini mengenai nasib isi rumah Israel (kerajaan sepuluh suku itu) dan isi rumah Yehuda (kerajaan dua suku itu), selama perhambaan mereka masing-masing di antara bangsa-bangsa Kapir, jauh dari tanah air mereka, terlihat dengan jelas akan kenyataan bahwa sewaktu berbaring pada sisi kirinya Yeheskiel melukiskan isi rumah Israel dalam kejahatannya selama satu masa periode 390 tahun, dan bahwa sewaktu berbaring pada sisi kanannya ia melukiskan isi rumah Yehuda dalam kejahatan mereka selama masa periode 40 tahun.
“Maka tengoklah, aku akan membubuh tali padamu, supaya jangan engkau membalikkan dirimu dari sisi yang satu kepada sisi lainnya, sebelum engkau mengakhiri hari-hari pengepunganmu itu.” Ayat 8.
Terikatnya Yeheskiel sehingga tidak bergerak memproyeksikan secara simbolis kepastian dan tidak terelaknya hukuman yang akan dipikul oleh umatnya karena kejahatan mereka selama masa tahun-tahun yang diramalkan itu.
“Ambillah juga bagimu akan gandum, dan syeir, dan kacang, dan miju, dan sekui, dan cawak, dan masukkanlah sekaliannya itu ke dalam sebuah bejana, lalu buatkanlah bagi dirimu roti dari padanya, sesuai dengan bilangan segala hari bahwa engkau harus berbaring pada sisimu, tiga ratus sembilan puluh hari lamanya hendaklah engkau makan dari padanya. ……. Maka hendaklah engkau memakannya sebagai apam syeir, dan hendaklah engkau membakarnya dengan tahi yang keluar dari manusia, pada pemandangan mata mereka itu. Maka Tuhan berfirman: Demikian ini juga kelak bani Israel akan memakan roti mereka yang telah dinajiskan di antara bangsa-bangsa Kapir, kemana mereka itu akan Ku-halaukan.” Ayat 9, 12, 13.
Inilah hukuman yang akan diukurkan kepada isi rumah Israel selama tahun-tahun perhambaan mereka di antara bangsa-bangsa Kapir. Dan karena tidak ada satupun catatan sejarah Alkitab maupun sejarah percabulan pernah mengatakan bahwa umat Allah pernah secara benar-benar terpaksa memakan makanan yang dipersiapkan sedemikian kotornya itu, maka jelaslah dapat disimpulkan bahwa kenyataan nubuatan itu adalah bersifat simbolis. Oleh sebab itu, maka enam jenis biji-bijian itu tak dapat tiada hanya melambangkan makanan rohani sama seperti halnya yang dilambangkan oleh padi-padian dimana saja di dalam Alkitab.
Kapankah kedua periode (390 tahun dan 40 tahun) itu dimulai? Jelas bukan di zaman Samaria, ibukota dari kerajaan sepuluh suku itu, sewaktu diserbu oleh Assiria; juga bukan di zaman Yerusalem, ibukota dari kerajaan dua suku itu, sewaktu dikepung oleh Babilon, karena Yeheskiel sendiri bukanlah seorang raja bangsa Kapir, yang akan mengepung Yerusalem lalu merebutnya, tidak membiarkannya lepas.
Juga tidak mungkin periode itu berakhir dengan kembalinya Yehuda dari Babil ke Yerusalem sewaktu membangun kaabah dan kota itu, sebab Yehuda berada di pengasingan hanya kira-kira 70 tahun, bukan 430 tahun.
Dan akhirnya, sepuluh suku itu, yaitu isi rumah Israel, sampai kepada hari ini belum pernah kembali ke tanah air mereka.
Sebab itu keseluruhan simbol ini tak dapat tiada merupakan nubuatan mengenai sidang di dalam sejarah Kristen. Dan karena Yeheskiel yang secara lambang adalah hamba-hamba Allah, belum berhasil merebut Yerusalem, maka saat kemenangannya itu masih di masa depan.
Tetapi kapankah tepatnya periode itu dimulai? — Satu-satunya jawabannya yang masuk akal ialah: Sewaktu hukuman-hukuman itu mulai diterapkan. Sesuai dengan itu, maka kita harus menentukan waktu kapan umat Allah yang tercerai-berai itu sudah atau sedang dipaksa memakan makanan yang dipersiapkan seperti yang dilukiskan di dalam ayat-ayat 9 – 13.
Oleh karena biji-bijian melambangkan makanan rohani, yaitu ajaran-ajaran doktrin, maka bejana yang satu itu yang ke dalamnya biji-bijian itu dimasukkan tak dapat tiada hanya melambangkan Alkitab. Maka kesimpulannya dengan sendirinya, bahwa dalam keadaan aselinya, sebelum biji-bijian itu dibakar, sekaliannya itu tak dapat tiada melambangkan ajaran-ajaran yang belum diinterpretasikan, yang belum dimengerti; dan sebaliknya, setelah dipersiapkan menjadi apam dan dibakar, maka sekaliannya itu harus melambangkan ajaran-ajaran yang sudah dinterpretasikan dan diterbitkan, yang siap untuk disalurkan dan dipakai — dihotbahkan, dipercayai, dan dihayati.
Selama masa periode 390 tahun itu, Yeheskiel akan memakan biji-bijian itu dengan sangat hemat, “dengan ditakar” dan telah dinajiskan, yaitu “dibakar di atas tahi”. Karena api yang berasal dari kayu atau batu bara (sumber alamiah) melambangkan kuasa dari Roh Suci (Gospel Workers, pp. 22 – 23; Kisah Rasul-Rasul 2 : 3), maka api yang berasal dari tahi (yang tidak alamiah dan sumber kotoran) tak dapat tiada melambangkan suatu kuasa yang lain dari Roh Suci; khususnya kuasa Iblis, yang mengilhami manusia agennya untuk melakukan interpretasi-interpretasi “sendiri” terhadap Alkitab — suatu hal yang menajiskan.
Yang tak terelakkan dari kesimpulan ini adalah lebih lengkap didemonstrasikan dengan cara menyusun periode-periode itu secara berurutan, selama mana isi rumah Israel telah menerima enam macam ajaran, yang dilambangkan oleh enam jenis biji-bijian yang berbeda-beda, yang akan menunjang kehidupan rohaniah umat sepanjang 390 tahun itu.
Adalah dipahami secara luas, bahwa selama masa periode semenjak dari penyusunan peraturan-peraturan Injil Wasiat Baru sampai kepada terpanggilnya Luther, kebenaran telah dibuang ke tanah (Daniel 8 : 12), dan bahwa ia itu kemudian mulai diangkat, pertama-tama oleh orang-orang Lutheran menghotbahkan ajaran dari hal Iman — permulaan dari Reformasi; kemudian disusul oleh sebagian pada sesuatu waktu, masing-masing oleh orang-orang Presbyterian menghotbahkan ajaran mengenai Roh Suci; oleh orang-orang Methodists menghotbahkan ajaran mengenai Karunia Kemurahan; oleh orang-orang Baptists Hari Pertama menghotbahkan ajaran-ajaran mengenai Baptisan; oleh orang-orang Adventists Hari Pertama menghotbahkan ajaran mengenai 2300 hari (dari Daniel 8 : 14), yang membawa kepada pengertian yang tepat mengenai kebenaran dari hal Kaabah Kesucian (Sanctuary); dan oleh orang-orang Advent Hari Ketujuh menghotbahkan kebenaran Sabat. Pada akhirnya orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh, dan hanya mereka, yang memeluk semua ajaran ini, tetapi tanpa penerangan Ilahi.
Keenam pokok ajaran ini berikut masalah-masalahnya yang berkaitan adalah ajaran-ajaran yang telah datang kepada sidang semenjak dari tahun 1500 yang lalu sampai kepada tahun 1930. Dan karena tidak seorangpun siswa Alkitab yang jujur menyangkal akan kenyataan, bahwa setiap ajaran itu secara bergantian telah dicemarkan oleh interpretasi-interpretasi pribadi manusia, oleh penambahan-penambahan dan pengurangan-pengurangan (dibakar di atas tahi), maka kenyataan membuktikan lebih jelas lagi, bahwa keenam biji-bijian itu adalah melambangkan enam pokok ajaran ini, dan bahwa sekaliannya itu secara berurutan telah dihotbahkan semenjak dari permulaan Reformasi Protestan yang lalu.
Kini dalam menghantarkan ke bawah pusat perhatian kita suatu gambaran analogi (kesamaan) yang lain — bahwa setiap jenis biji-bijian itu memiliki sifat menonjol dari ajaran yang dilambangkannya, — kebenaran itu akan terlihat lebih cerah lagi.
Sebagaimana gandum, yang pertama dari biji-bijian di dalam simbol itu, adalah yang utama dalam urutan kebutuhan makanan tubuh manusia, maka demikian pula Iman, yang pertama dari pada ajaran-ajaran dalam Reformasi, adalah jalan yang pertama, yaitu prinsip utama, dalam makanan kerohaniannya. Sesuai dengan itu, maka sebagaimana halnya tidak mungkin tanpa gandum untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan fisik kita, maka demikian pula “adalah tidak mungkin tanpa iman untuk berkenan kepada” Dia Yang Suci itu atau untuk memuliakan kehidupan Kristen.
Demikian pula, sebagaimana syeir, jenis biji-bijian yang kedua dalam lambang itu, adalah yang kedua dalam urutan makanan tubuh manusia, maka demikian pula hanya Roh Suci, ajaran yang kedua dalam Reformasi, adalah jalan yang kedua, yaitu prinsip yang kedua, dalam makanan rohaninya. Setelah mendengar akan ceritera orang Midian itu bahwa dalam mimpinya ia melihat sebuah apam syeir berguling-guling jatuh ke dalam perkemahannya dan memporak-porandakannya, maka Gideon segera mengerti bahwa apam syeir itu melambangkan pekerjaan Roh — suatu wahyu kepadanya untuk pergi menyerang orang-orang Midian itu.
Kacang, sebagai varitas yang ketiga dalam simbol itu, adalah yang ketiga dalam urutan makanan tubuh manusia; demikian pula halnya Karunia Kemurahan (Kasih Karunia), ajaran yang ketiga dalam Reformasi, adalah jalan yang ketiga, yaitu prinsip yang ketiga, dalam makanan rohaninya.
Dan karena miju, sebagai varitas makanan yang keempat dalam makanan tubuh manusia itu, tidak banyak disukai di seluruh dunia seperti halnya kacang-kacangan, maka demikian pula Baptisan Secara Diselamkan sebagai ajaran yang keempat dalam Reformasi, dan kemudian jalan yang keempat, yaitu prinsip yang keempat dalam makanan rohani, biasanya kurang dihargai dan jarang dipraktikkan dibandingkan dengan Karunia Kemurahan (Kasih Karunia).
Jenis biji-bijian yang ke lima, yaitu sekui, bukan saja tidak dikenal tetapi juga tidak digunakan, sehingga umumnya dianggap tidak berharga, hanya sebagai sejenis rerumputan liar, walaupun sesungguhnya ia itu adalah berharga baik sebagai jerami maupun sebagai biji-bijian yang dapat dimakan. Demikian pula halnya dengan apa yang dilambangkannya, yaitu: Masalah 2300 Hari, yang mengungkapkan permulaan Sidang Pengadilan, yaitu ajaran yang ke lima dalam Reformasi, yaitu jalan yang kelima, prinsip yang kelima dalam makanan rohani orang Kristen, yang sedikit sekali dikenal dan dipercayai orang.
Cawak, jenis biji-bijian yang keenam, adalah “suatu varitas tetap gandum yang biasa di zaman dahulu,” tepat melambangkan ajaran yang keenam dalam Reformasi, yaitu prinsip yang keenam di dalam agama Kristen — yaitu Sabat Hari Ketujuh dalam kaitannya dengan kaabah kesucian. Sabat Hari Ketujuh ini adalah sangat tua, dan bersifat permanen, dan dalam kaitannya dengan kaabah kesucian itu merupakan ajaran Alkitab yang sedikit sekali dipatuhi orang.
Langkah terakhir dalam ilmu membuat apam ini ialah membakar, kemudian menyajikan; maka langkah terakhir dalam mempersiapkan ajaran-ajaran ialah menulis, kemudian menghotbahkannya.
Meskipun biji-bijian itu adalah ciptaan Allah, yang menunjukkan bahwa masing-masing ajaran yang dilambangkannya itu di dalamnya ada terkandung kebenaran Ilahi, namun pembakaran roti apam simbolis itu di atas api yang dari pada tahi oleh Yeheskiel dalam khayalnya, menunjukkan bahwa ajaran-ajaran ini telah dicemarkan — disalahtafsirkan, ditambah-tambahi dan dikurang-kurangi — seolah-olah dicampur aduk, dan kemudian disajikan.
Dalam menundukkan isi rumah Israel kepada makanan yang sedemikian itu selama 390 tahun, dan isi rumah Yehuda kepada suatu puasa selama 40 tahun berikutnya, maka Allah menghukum kedua bangsa itu karena kejahatan mereka.
Masa puasa Yehuda yang panjang kemudian berakhir, mereka tentunya akan mulai menerima roti yang bersih, yaitu kebenaran yang tidak lagi tercemar, dengan secepatnya dan selimpah-limpahnya sesuai permintaan kebutuhan mereka, dan kemudian seterusnya mereka akan makan makanan dan minum air selama-lamanya tanpa ditakar dan tanpa merasa heran. Ini akan menjadi bagian pengalaman mereka, tetapi sesudah 430 tahun itu berakhir, dalam mana kota itu akan direbut dan orang banyak itu dibebaskan dari belenggu semua majikan-majikan mereka — yaitu majikan-majikan yang munafik, yang sesat, dan yang tidak beriman itu.
Dan akhirnya, setelah Yerusalem, tanah air mereka, tanah perjanjian itu, berhasil dibebaskan dari pemerintahan Kapir, maka “segala masa bangsa-bangsa Kapir itu genaplah,” kemudian anak-anak yang telah dimerdekakan dari “puteri Sion yang tertawan” itu (Yesaya 52: 2) akan “kembali, lalu mencari Tuhan Allah mereka, dan Daud raja mereka; maka mereka akan takut akan Tuhan dan kebaikan-Nya.” Hosea 3: 5. Kemudian mereka akan kembali diberi jaminan untuk selama-lamanya memperoleh suatu persediaan Kebenaran (ilham) yang bersih, yang tidak tercemar, yang jauh lebih melimpah lagi.
Maka Aku akan “menyelamatkan kawanan domba-Ku,” demikianlah firman Tuhan,” dan mereka tidak akan lagi menjadi mangsa; maka Aku akan mengadili di antara ternak dengan ternak. Dan Aku akan menempatkan seorang gembala atas mereka itu, dan ia akan menggembalakan mereka itu, yaitu hamba-Ku Daud; ia akan menggembalakan mereka, dan ia akan menjadi gembala mereka. Dan Aku Tuhan akan menjadi Allah mereka, dan hamba-Ku Daud akan menjadi penghulu di antara mereka itu; Aku Tuhan telah mengucapkannya.” Yeheskiel 34 : 22 – 24.
Kenyataan bahwa umat Allah semenjak dari tahun 1930 telah memperoleh suatu persediaan kebenaran yang bersih (ungkapan Ilahi) yang terus meningkat dari tangan seseorang, maka terbuktilah dengan sendirinya bahwa bukan saja pesta makanan yang dinajiskan berikut 390 tahunnya itu berakhir, melainkan juga 40 tahun puasa itu berakhir. Oleh sebab itu, maka tidak lagi perlu bagi siapapun untuk bergantung pada kue apam yang dibakar di atas tahi itu, ataupun untuk berpuasa.
Sekarang, dengan mengurangkan 430 tahun dari 1930 Tarikh Masehi, maka kita akan memperoleh tahun 1500 Tarihk Masehi, yaitu saat Roh menggerakkan keberhasilannya Reformasi Protestan. Dan karena biji-bijian yang dicemarkan itu (ajaran-ajaran) selama 390 tahun itu telah disalurkan kepada perhimpunan-perhimpunan orang-orang Protestan, dan karena 40 tahun puasa itu (tidak adanya Kebenaran tambahan) terjadi di dalam Madzab Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, maka dua kebenaran menonjol dengan jelas: pertama, bahwa orang-orang Protestan di dalam simbol ini disebut “isi rurnah Israel”; dan kedua, bahwa orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh disebut “isi rumah Yehuda.” Dengan demikian pemisahan yang telah didatangkan Allah atas kerajaan Solaiman itu perlu melambangkan pemisahan yang ada di antara orang-orang pemelihara Sabat dan orang-orang pemelihara Hari Minggu.
Dengarlah kepada utusan Tuhan itu, yang mengamarkan kepada orang-orang pemelihara Sabat mengenai puasa yang berkepanjangan yang akan mereka alami sebagai berikut:
“Saya mendapat kuasa dari Allah untuk menyampaikan kepadamu, bahwa tidak ada sinar terang yang lain melalui tulisan-tulisan Testimonies (Kesaksian) akan bercahaya menerangi jalanmu, sebelum engkau mempraktikkan terang yang sudah dikaruniakan.” — Testimonies, vol. 2, p. 606.
Selanjutnya perlu diingat, bahwa Yerusalem adalah ibukota dari Yehuda. Dengan demikian pengepungan yang ada sekarang terhadap “kota” itu (Madzab Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh) akan menjadi suatu tanda bagi orang-orang pemelihara Hari Minggu; artinya, ia itu dimaksudkan untuk membangunkan mereka kepada keinsyafan tentang bagaimana seharusnya Tuhan disembah, dan dimana kebenaran yang menyelamatkan itu akan ditemukan; mengenai permulaan dari pada “hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu,” dan mengenai pehukuman-Nya; juga untuk menyadarkan mereka bahwa jika pehukuman (pengadilan) itu pertama sekali “dimulai atas isi rumah Allah,” maka “apakah kelak nasib orang-orang yang tidak mematuhi injil Allah?” 1 Petrus 4 : 17.
Pencari kebenaran yang jujur kini tidak perlu lagi mengembara dari gereja yang satu kepada gereja yang lain, sambil berjalan meraba-raba melalui rimba perpustakaan buku-buku agama dunia yang lebat dan tak ada akhirnya itu dalam mencarikan gereja yang benar dengan ajarannya yang benar. Kedua-duanya itu kini berdiri dengan jelas dikenal, sambil menantang orang yang hendak membawa bejana-bejana Tuhan, supaya bersih, supaya tidak menjamah apa yang dibakar di atas api “tahi” manusia – yaitu yang bukan diilhami oleh Roh Kebenaran, — dan supaya senantiasa waspada, bahwa tidak ada kebenaran ungkapan baru apapun juga yang dikaruniakan kepada sidang dalam masa 40 tahun itu semenjak dari tahun 1890 sampai kepada tahun 1930, dan sebab itulah setiap orang yang mengakui dirinya membawa sesuatu pekabaran kiriman sorga dalam masa periode itu tak dapat tiada adalah utusan palsu.
Tetapi setelah masa puasa yang lama kini berakhir dengan datangnya kebenaran segar yang melimpah dan tidak tercemar oleh kepandaian manusia, maka mereka yang berlapar kini makan dengan sepuas-puasnya pada meja yang lengkap dari Tongkat itu (Mikha 7 : 14), pada mana anda sebagai pembaca yang kekasih dengan segala kesenangan hati kami mengundang untuk terus duduk selama sisa perayaan ini.
Tidakkah anda mau berbuat demikian? Jika anda mau, maka beritahukanlah hal itu, maka seluruh makanan penyelamatan jiwa yang limpah dan tak tertandingi ini akan segera dihantarkan kehadapan anda tanpa ditakar dan tanpa bayaran.
Kini benar-benar sarnpailah kita pada masa “pembangunan dan reformasi” yang kekal itu.
****
184 total, 1 views today