NAGA MERAH, Wahyu 12 : 3
<< Go Back


NAGA MERAH

 

Wahyu 12 : 3

 

 

Maka kelihatan di langit suatu keajaiban besar; yaitu seorang perempuan bersalut dengan matahari, dan bulan ada di bawah kakinya, dan pada kepalanya ada sebuah mahkota dengan dua belas bintang. Adalah ia itu mengandung dan berteriak sebab sakit dan sengsara hendak beranak. Maka kelihatanlah suatu keajaiban yang lain lagi di langit, maka tengoklah seekor naga besar yang merah menyala yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di kepalanya bermahkota tujuh. Maka ekornya menyeret sepertiga daripada segala bintang di langit, lalu dicampakkannya ke bumi; maka berdirilah naga itu di hadapan perempuan yang sedang hendak beranak itu, supaya apabila ia sudah beranak naga itu dapat menelan anaknya itu. Maka tercampaklah naga besar itu, yaitu ular tua, yang dinamakan Iblis dan Setan, yang menyesatkan seluruh isi dunia; ia sudah tercampak ke bumi dan segala malaikatnya telah tercampak juga besertanya,” (Wahyu 12 : 1 – 4, 9). Naga itu terlihat di langit dan sedang “tercampak keluar,” maka jelaslah bahwa simbol ini adalah berasal dari sorga. Dari halnya dikatakan: “Ular tua itu, yang dinamakan Iblis, dan Setan.” Perhatikan bahwa naga itu adalah lambang dari Setan, juga seperti halnya Anak Domba yang memiliki “tujuh tanduk dan tujuh mata” adalah lambang dari Kristus. (Wahyu 5 : 6).
 

Oleh karena binatang-binatang yang banyak itu membentuk suatu rantai kerajaan-kerajaan dunia yang tak terputus, maka naga tidak mungkin memotong menyilang di antara sambungan-sambungan rantai itu sebagai lambang dari suatu sistem bumi yang terpisah; dengan demikian ia melambangkan tepat seperti apa yang Injil katakan: “Iblis, dan Setan.” Bentuk itu diberikan untuk mengungkapkan rencana Setan pada sesuatu masa tertentu dalam sejarah dunia kita.
 

“Perempuan itu bersalutkan matahari” dapat dimengerti merupakan sidang Allah. Anak yang dilahirkannya itu ialah Kristus. Dua belas bintang yang membentuk mahkota dari perempuan itu pada dasarnya merupakan lambang-lambang dari dua belas kepala suku. lni akan diperjelas dalam penyelidikan yang lain. Oleh sebab itu, kami hendak berusaha untuk memperjelas masa dari naga itu dan pekerjaannya. Dapatlah dicatat bahwa naga itu berdiri siap untuk menelan anak itu (Kristus) segera setelah la lahir. Terbuktilah, bahwa ular tua itu mempersenjatai dirinya dengan tujuh kepala dan sepuluh tanduk mendahului kelahiran Kristus.
 

Maka ekornya menyeret sepertiga dari bintangbintang di Langit.” Firman ini sendiri sudah jelas siapayang dilambangkan oleh bintang-bintang itu, karena Ilham mengatakan: “Ia tercampak keluar ke bumi, dan Malaikat-Malaikatnya tercampak keluar bersama-sama dengannya.”
 

Oleh sebab itu, “sepertiga dari bintang-bintang” itu melambangkan malaikat-malaikat yang tertipu oleh perlawanan Setan. Mengutip buku Testimonies for the Church, jilid 3, halaman 115 berbunyi: “Setan dalam pemberontakannya telah mengikutsertakan sepertiga dari malaikat-malaikat. Mereka itu berbalik meninggalkan Bapa dan Anak-Nya, lalu menggabungkan diri dengan penghasut pemberontakan itu.” Pertanyaan mungkin timbul: Mengapa ia menarik mereka itu dengan ekornya dan bukan dengan sesuatu cara yang lain? Simbol itu mampu dengan setepatnya menunjukkan cara bagaimana Setan menarik malaikat-malaikat itu ke bumi. Kalau saja ia telah menggunakan kuku-kukunya, maka itu menunjukkan bahwa Setan telah mengalahkan Michael (Kristus), lalu secara paksa ia menarik keluar sepertiga dari malaikat-malaikat itu. Tetapi karena ia menarik mereka itu dengan ekornya, maka pengertiannya ialah bahwa sepertiga dari malaikat-malaikat itu telah menggabungkan diri kepadanya untuk memberontak melawan Michael. Karena pada waktu naga itu tercampak keluar, kepalanya dengan sendirinya keluar lebih dulu; maka karena malaikat-malaikat itu ditariknya dengan ekornya, maka itu mengungkapkan bahwa mereka itu telah mengikuti dia secara sukarela. Dengan demikian Kristus tidak dapat berbuat apa-apa bagi mereka.

 
 

Perang di Dalam Sorga

 

“Maka terjadilah perang di dalam sorga. Michael dan malaikat-malaikat-Nya berperang melawan naga itu, dan naga itu berperang bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya; maka naga dan malaikat-malaikatnya itu tiada menang, dan tempatnya pun sudah tidak terdapat lagi di dalam sorga.” (Wahyu 12 : 7, 8). Pertikaian ini terjadi di dalam sorga. Nama “Michael” berarti yang sama dengan Allah; maka itu adalah salah satu dari sekian banyak gelar dari Kristus. Daniel memanggilNya “Michael Penghulu Besar itu yang berdiri membela bani bangsamu.” (Daniel 12 : 1). Kristus memiliki banyak gelar, masing-masingnya berisikan suatu definisi mengenai sesuatu phase tertentu, atau sifat dari pekerjaan-Nya. Malaikat mengatakan kepada Yusuf, “maka hendaklah kamu .menamakan Dia Yesus, karena Ia akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka.” Ia juga disebut “Emmanuel”, yang berarti, “Allah beserta kita,” dan sebagainya.

 

Waktu Tercampak Keluar

 

Setan tidak mungkin sudah tercampak keluar dari sorga segera setelah ia berdosa, atau sewaktu ia menipu Adam dan hawa, karena di dalam Ayub 1 : 6, 7 kita baca sebagai berikut: “Kini pada suatu hari sewaktu anak-anak Allah datang hadir ke hadapan Tuhan, maka Setan juga datang di antara mereka itu. Maka firman Tuhan kepada Setan : Engkau dari mana? Maka sahut Setan kepada Tuhan, katanya: Dari pada berjalan keliling dan beredar-edar di bumi.” “Anak-anak Allah” adalah wakil-wakil dari dunia-dunia yang tidak jatuh, sama seperti Adam sebelum ia berdosa. Mereka diciptakan oleh tangan Allah, dan mereka adalah wakil-wakil dalam kedudukannya seperti Adam kalau saja ia tidak jatuh dari tahtanya karena dosa. Mengutip dari Roh Nubuat berbunyi sebagai berikut: “Para komandan dari kesatuan-kesatuan besar malaikat, yaitu anak-anak Allah wakil-wakil dari dunia-dunia yang tidak jatuh, mereka itu berkumpul. Dewan samawi, di hadapan mana Lucifer telah menuduh Allah dan Putera-Nya, ialah wakil-wakil dari dunia-dunia yang tak berdosa yang Setan telah mengira hendak mendirikan kerajaannya atas mereka itu.” – The Desire of Ages, halaman 834.

 

Setan masih berkesempatan masuk ke sorga di zaman Ayub. Oleh sebab itu, ia tak dapat tiada baru dicampakkan keluar kemudian dari pada itu. Yahya mengatakan: “Maka apabila naga itu melihat bahwa dirinya sudah tercampak ke bumi, ia pun menganiaya perempuan itu yang telah melahirkan anak laki-laki itu.” (Wahyu 12 : 13). Langkah yang perlu berikutnya ialah mencari tahu kapan naga itu untuk pertama kalinya menganiaya “perempuan” itu (Gereja Kristen); maka kita akan memperoleh kebenaran dari hal kapan Setan dicampakkan keluar. Waktu aniaya itu tercatat di dalam Kisah Para Rasul 8 : 1 sebagai berikut: “Maka Saul pun berkenan akan hal kematiannya (Stephanus). Maka pada masa itu terjadilah suatu aniaya besar ke atas sidang yang di Yerusalem; lalu tercerai-berailah mereka itu sekalian ke segenap tanah Yudea dan Samaria, terkecuali rasul-rasul saja.” Demikianlah aniaya yang besar terhadap sidang itu terjadi kira-kira pada tahun 34 T.M. yang lalu. Benar bahwa Setan telah menganiaya Kristus mendahului waktu itu, tetapi Kristus adalah bukan “wanita” itu. Ia adalah “Anak” yang hendak di “telan” oleh Setan. Oleh sebab itu, Setan tercampak keluar segera setelah Kristus naik ke tempat Yang Maha Tinggi. Berbicara mengenai peristiwa itu Roh Nubuat mengatakan sebagai berikut:

“Semua mereka berada di sana untuk menyambut Juruselamat. Mereka rindu sekali untuk merayakan kemenangan-Nya dan untuk memuliakan Raja mereka.” Ia menyerahkan kepada Allah berkas ikatan kurma, yaitu orang-orang yang bangkit bersama-Nya sebagai wakil-wakil dari rombongan besar orang-orang yang akan muncul keluar dari kubur-kubur mereka pada kedatangan-Nya yang kedua kali — Suara Allah terdengar memberitakan bahwa keadilan telah memuaskan. Setan telah ditaklukkan. Pergumulan dan usaha-usaha berat dari para pengikut Kristus di bumi telah “disambut dalam Yang Kekasih.” Di hadapan malaikat-malaikat sorga dan wakil-wakil dari dunia-dunia yang tidak jatuh mereka itu dinyatakan dibenarkan.

“Setan melihat bahwa selubung kepalsuannya telah terbuka. Semua perbuatannya ditelanjangi di hadapan malaikat-malaikat yang tidak jatuh dan di hadapan seluruh alam semesta. Ia telah mengungkapkan dirinya sendiri sebagai pembunuh. Oleh menumpahkan darah Anak Allah, maka ia telah menarik dirinya sendiri keluar dari simpati mahluk-mahluk sorga. Kemudian daripada itu pekerjaannya lalu dibatasi. Sikap apapun yang dipakainya ia tidak lagi dapat menunggu malaikat-malaikat sementara mereka itu datang dari ruangan-ruangan sorga, lalu di hadapan mereka itu menuduh-nuduh saudara-saudaranya Kristus oleh berpakaian baju-baju hitam dan kotor karena dosa. Tali ikatan simpati yang terakhir di antara Setan dan dunia samawi putus sudah.” – The Desire of Ages, halaman 833, 834, 761.

Waktu dari ia menarik sepertiga bintang-bintang dari langit (malaikat-malaikat), dan waktu terjadinya perang di dalam sorga, adalah dua peristiwa yang berbeda. Ia menarik malaikat-malaikat itu sewaktu mereka mengikutinya dari sorga ke bumi dan berusaha untuk menelan Kristus. “Maka apabila naga itu melihat bahwa dirinya sudah tercampak ke bumi; artinya, sesudah Kristus disalibkan, maka kembalinya Setan untuk masuk ke sorga lalu dilarang. Dengan demikian ia “melihat” – mengerti bahwa dirinya sudah tercampak keluar. Kemudian daripada itulah ia menganiaya sidang.

 

Tanduk-Tanduk dan Kepala-Kepala dari Naga

 

Satu-satunya waktu yang mungkin bagi berlakunya tanduk-tanduk, kepala-kepala, dan mahkota-mahkota simbolis ini akan terjadi pada penutupan sejarah Wasiat Lama, dan pada pembukaan sejarah Wasiat Baru. Sebab, naga itu kelihatan dalam bentuk itu sewaktu Kristus akan dilahirkan. Tanduk-tanduk itu melambangkan juga yang sama seperti yang biasa dilambangkannya pada setiap binatang simbolis. Berangka bilangan sepuluh simbolnya menunjukkan bahwa efek daripada rencananya terasa di seluruh dunia. Ini juga menunjukkan bahwa Setan telah memperoleh kuasa penuh atas segala bangsa yang dilambangkan oleh sepuluh tanduk binatang yang tak tergambarkan dari Daniel pasal 7; dan demikianlah ia menggerakkan Herodes untuk membunuh anak-anak kecil pada waktu kelahiran Kristus dengan harapan untuk membinasakan Juruselamat – yaitu menelan “Anak” itu.

Janganlah kita melewati kenyataan, bahwa semua tanduk, kepala-kepala dan mahkota-mahkota semuanya itu ada pada waktu naga itu berdiri siap, “untuk menelan Anaknya.” Akibatnya apapun arti daripada simbol-simbol ini, semuanya harus ada pada waktu yang bersarnaan. Kalau saja tidak demikian halnya, maka simbol-simbol mengenai kepala-kepala dan tanduk-tanduk itu sudah akan ditunjukkan sedemikian rupa dengan muncul secara berurutan seperti halnya binatang-binatang itu, dan juga seperti tanduk-tanduk dari domba jantan dan kambing jantan dari Daniel pasal 8. Yang sama ini pun benar dengan binatang yang tak tergarnbarkan dari Daniel 7 : 7, dari mana tiga dari sepuluh tanduknya telah “tercabut sampai dengan akar-akarnya.” Jika semua pemerintahan tidak berada dalam waktu yang bersamaan, maka simbol-simbolnya akan muncul satu menyusul yang lainnya secara teratur. Dengan demikian kita melihat bahwa Ilham adalah sempurna dalam segala hal, dan tanpa salah mengungkapkan kebenaran yang dimaksud. Oleh sebab itu, adalah tidak konsisten jika seseorang menyimpulkan bahwa “tanduk-tanduk” itu maupun “kepala-kepala” itu dapat melambangkan pemerintahan-pemerintahan yang datang secara berurutan selama semuanya itu terlihat dalam suatu kelompok, dan dalam kesatuan dengan binatang yang membawanya.

Itu pun tidak mungkin bahwa baik tanduk-tanduk maupun kepala-kepala dapat melambangkan pemerintahan-pemerintahan sipil atau raja-raja. Jika tanduk-tanduk melambangkan badan-badan politik, maka kepala-kepala itu tidak mungkin melambangkan juga demikian. Jika kepala yang terluka pada binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13 : 1 – 3 melambangkan sebuah organisasi agama, maka semua kepala tak dapat tiada harus melambangkan badan-badan agama. Tetapi terdapat suatu pengecualian dengan harimau kumbang yang berkepala empat dari Daniel 7 : 6 itu, karena ia tidak bertanduk dan kepala-kepalanya terbukti merupakan pemerintahan sipil, terbukti dari empat tanduk dari kambing jantan itu. Adalah suatu kenyataan yang tak mungkin salah bahwa simbol-simbol itu dimaksudkan untuk mengungkapkan tahap-tahap sipil dan agama selama masa periode yang dilambangkan oleh binatang yang tak tergambarkan dalam kedua tahap kekuasaannya – yaitu kerajaan Romawi dan kepausan Romawi.

Karena mahkota-mahkota melambangkan kekuasaaan sipil dan karena semuanya itu terlihat pada kepala-kepala bukan pada tanduk-tanduk, maka jelaslah bahwa sidang dalam masa periode itu sedang menggunakan kekuasaan diktator sipil untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran dogmanya. Dengan demikian pelajaran-pelajaran yang terkandung di dalam simbol-simbol ini adalah jauh lebih besar daripada yang dapat kita pahami dalam sekejap saja. Karena kenyataan-kenyataan yang muncul mengenai keadaan dari simbol-simbol itu tidak dapat diragukan, maka kitamemperoleh suatu landasan yang pasti bagi pengaplikasiannya.

Naga itu dengan sepuluh tanduknya dan tujuh kepalanya dengan mahkota-mahkota pada kepala-kepalanya, terlihat pada saat kelahiran Kristus seperti yang dijelaskan terdahulu, dan ia itu menempati masa periode yang sejajar dengan binatang yang tak tergambarkan itu. Kepala-kepalanya ditunjukkan oleh angka bilangan Alkitab “tujuh” yang berarti “kelengkapan,” dan meliputi setiap organisasi agama di zaman Kristus. Karena naga itu melambangkan Iblis yang menguasai kepala-kepala, maka simbol itu menunjukkan secara tegas akan adanya suatu kemurtadan yang lengkap. Bukanlah dimaksudkan untuk mengungkapkan bahwa sistem peribadatan kekapiran itu dikepalai oleh Iblis, karena ia itu tidak pernah ada sebaliknya. ltu adalah sidang Yahudi yang telah murtad, dan itulah yang membuat angka bilangan Alkitab “tujuh kepala”. Justru kemurtadan yang sedemikian itulah yang telah mencekam dunia di zaman Nuh; dan kejahatannya telah membuat kelanjutan dunia rnenjadi tidak mungkin. Oleh karena itu, perlu, demi kebaikan umat manusia, datangnya banjir besar itu. Kemurtadan hebat dari orang-orang Yahudi telah mendatangkan bencana lain yang tak terhindarkan yang sama dengan banjir besar yang mengerikan itu. Karena Allah tidak akan meruntuhkan dunia pada kedua kalinya dengan air, lalu juga tetap mempertahankan janji-Nya yang tidak pernah lalai itu kepada hambaNya Nuh yang setia itu, maka la mengutus Anak-Nya untuk mati menggantikan dunia. Oleh sebab itu, dunia tidak binasa, karena adanya korban yang mulia dari Anak Allah; dan dunia berada pada hari ini karena Kristus telah bangkit dari kematian.

 

Mahkota-Mahkota dari Naga Itu

 

Berikutnya kita perhatikan mahkota-mahkota itu dan pengertiannya. Telah dijelaskan bahwa mahkota-mahkota menunjukkan kekuasaan sipil. Kepala-kepala itu bermahkota, ia itu mengungkapkan bahwa gereja-gereja dari zaman itu menggunakan alat-alat kekuasaan sipil dari negara. Kalau saja ini tidak benar, maka orang-orang Yahudi tidak akan dapat menyalibkan Tuhan yang mulia itu; mereka juga tidak mungkin dapat melontari Stephanus dengan batu sampai mati, atau memenggal kepala dan membunuh orang-orang lainnya. Itu adalah penguasa sipil dari Romawi yang dikepalai oleh naga itu, melalui mana orang-orang Yahudi telah melibatkan diri dalam kejahatan-kejahatan yang hebat ini, yang berakhir dengan kebinasaan mereka.

 

Penuduh Saudara-Saudara

 

Setelah naga itu tercampak jatuh dari sorga sesuai dengan khayal, maka Yahya mengatakan: “Maka aku dengan suatu suara yang besar mengatakan di dalam sorga: Sekarang sampailah keselamatan, dan kuat, dan kerajaan dari Allah kita, dan kuasa dari Kristus-Nya; karena penuduh segala saudara kita itu telah tercampak ke bawah, yaitu dia yang telah menuduh mereka itu di hadapan Allah kita siang dan malam.” (Wahyu 12 : 10). “Tuduhan-tuduhan Setan melawan orang-orang yang berusaha mencari Tuhan bukanlah terdorong karena ketidakpuasannya melihat dosa mereka. Ia justru bersukaria karena tabiat-tabiat mereka yang cacad itu, karena ia tahu bahwa hanya oleh pelanggaran mereka melawan hukum Allah, dapatlah ia memperoleh kuasa atas mereka itu.” – Prophets and Kings, halaman 585, 586. Apabila Roh Allah menggerakkan untuk menegur, maka Ia akan mengungkapkan dosa dan menghukum orang berdosa itu. Tetapi setan mendorong orang berdosa untuk melibatkan dirinya secara tidak sadar dalam pelanggaran, kemudia ia menuduhnya di hadapan Hakim yang Besar di dalam Sorga, sebagai ‘berpakaian baju-baju yang hitam dan kotor karena dosa,’ untuk mendapatkan hukumannya. Umat Allah harus belajar untuk dapat mengenali suara dari Roh Kristus maupun suara dari Roh Setan. Apabila keduanya bertubrukan, maka yang satunya akan berjuang untuk mematuhi Firman Allah, tetapi yang lainnya itu akan memaafkan dosa lalu bersimpati dengan orang yang berdosa. Dalam cara ini Setan akan menang berpijak, karena orang berdosa biasanya mencintai dosanya.

 

 

***

 

 14 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart