SIDANG ALLAH DALAM LAMBANG SEORANG WANITA, Wahyu pasal 12
<< Go Back


SIDANG ALLAH DALAM LAMBANG SEORANG WANITA

 

Wahyu pasal 12

 

 

Maka kelihatanlah di langit suatu keajaiban besar; yaitu seorang perempuan bersalut dengan matahari, dan bulan ada di bawah kakinya, dan pada kepalanya ada sebuah mahkota dengan dua belas bintang. Adalah ia itu mengandung dan berteriak sebab sakit dan sengsara hendak beranak. Maka kelihatanlah suatu keajaiban yang lain lagi di langit, maka tengoklah seekor naga besar yang merah menyala yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di kepalanya bermahkota tujuh. Maka ekornya menyeret sepertiga daripada segala bintang di langit, lalu dicampakkannya ke bumi; maka berdirilah naga itu di hadapan perempuan yang sedang hendak beranak itu, supaya apabila ia sudah beranak naga itu dapat menelan anaknya itu. Lalu ia memperanakkan seorang anak laki-laki yang akan memerintahkan segala bangsa dengan sebuah tongkat besi; maka anaknya itu ditangkap dibawa kepada Allah, dan kepada tahta-Nya. Maka perempuan itu pun larilah ke padang belantara, disitu ada suatu tempat disediakan Allah baginya, supaya mereka memeliharakannya di sana seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.” (Wahyu 12 : 1 – 6).

 

Perhatikan, bahwa semua objek yang diperlihatkan dalam khayal ini terdapat di dalam sorga, bukan di bumi. Oleh sebab itu, apapun yang terkandung di dalam simbol-simbol ini, semuanya itu harus berasal dari sorga datangnya. Kembali lagi perhatikan, bahwa satu-satunya pakaiannya ialah matahari, dan bahwa mahkotanya adalah khusus terdiri dari dua belas bintang.” Amatilah, bahwa ia bukan berdiri di “bulan”, karena Pewahyu mengatakan: “Bulan berada dibawah kakinya.” Kita harus dengan teliti mempelajari sifat dari semua simbol ini, karena hanya dengan demikianlah dapat kita mengetahui pengertiannya. Juga supaya tandailah bahwa ia sedang akan melahirkan seorang bayi laki-laki, dan bahwa bayi itu “ditangkap dibawa kepada Allah dan kepada tahta-Nya.”

 

Adalah suatu kenyataan yang diakui bahwa anak kecil itu ialah Kristus, yang telah naik ke tempat Yang Maha Tinggi sesudah kebangkitan-Nya. (Markus 16 : 19). Simbol ini berasal dari sorga, maka, “wanita” itu tidak mungkin melambangkan Maria, ibu dari Kristus, tetapi ia menunjuk kepada sidang (“perempuan”) yang akan melahirkan, atau yang di dalamnya Kristus dilahirkan. Dengan demikian Yahya dalam khayal ini sedang memandang ke belakang jauh sebelum Kristus dilahirkan.

 

Telah diajarkan oleh sebagian orang bahwa “perempuan” itu adalah lambang dari gereja Kristen, dan bahwa bulan di bawah kakinya itu menunjukkan kepada masa periode Musa atau sistem upacara korban yang telah berlalu, dan bersalutkan matahari, berarti kemuliaan dari Injil di dalam periode sejarah Wasiat Baru. Sesuai dengan yang berikut ini, maka semua pernyataan ini terbukti tidak benar.

 

Jika “perempuan” itu melambangkan gereja Kristen, maka bagaimanakah dapat gereja yang sama (perempuan) mengandung di dalam kandungannya Kristus, oleh siapa gereja telah didirikan tiga puluh tahun kemudian? Jika kita mengatakan bahwa ia melambangkan gereja Yahudi, maka bagaimanakah dapat ia terbang ke dalam padang belantara lalu tinggal di sana semenjak dari tahun 538 sampai tahun 1798, dalam masa periode Kristen? Jika “bulan” yang berada di bawah kakinya itu menunjukkan akhir dari upacara korban Musa, maka mengapakah ia itu tidak berakhir sebelum kelahiran Kristus, sebab bulan itu berada di bawah kakinya sebelum Kristus lahir. Jika sekiranya ia itu berakhir pada waktu itu, tidakkah ia itu merupakan lambang dari kematian Kristus? Jika bajunya dari matahari itu merupakan lambang dari Injil di dalam sejarah Kristen, maka bagaimana mungkin sidang (perempuan) itu berpakaian Injil itu bertahun-tahun lamanya sebelum sejarah Injil dimulai, yaitu bersalutkan Injil sebelum anak itu lahir? Yang manakah dari antara kedua sidang itu, sidang Yahudi atau sidang Kristen, yang melahirkan Kristus? Jika sekiranya itu adalah sidang Yahudi, maka bagaimanakah mungkin terang dengan mana ia bersalutkan itu diaplikasikan kepada sidang Kristen? Jika semua pertanyaan ini tidak dapat dijawab, maka kita wajib masuk lebih dalam lagi ke dalam masalah ini.

 

Pendapat yang dikemukakan bahwa “perempuan” itu adalah lambang dari hanya sidang Kristen, dan “bulan” dari sistem upacara Yahudi, terbukti adalah tidak benar. Sidang Kristen didirikan kira-kira pada tahun 31 T.M., atau tidak lebih dini dari tahun 27, pada waktu mana Kristus mulai berhotbah; sewaktu berumur kira-kira tiga puluh tahun. Oleh sebab itu simbol itu menunjuk ke belakang sedikitnya tiga puluh satu tahun sebelum dimulainya sidang Kristen, karena “perempuan” itu (sidang) “dalam kesakitan mengandung, dan sakit hendak melahirkan.”

 

Dengan demikian adalah sidang Yahudi yang telah “melahirkan” Anak Allah dan bukan Kristen. Oleh sebab itu, wanita itu (sidang Yahudi) mengandung, berteriak, gelisah kesakitan, dan sakit hendak melahirkan: artinya, janji itu dibuat kepada Israel bahwa Mesias akan lahir melalui bangsa itu oleh sidang yang dimaksudkan itu (“perempuan”). Ular naga yang tua itu setelah mengetahui salurannya melalui mana “anak” itu akan datang, ia lalu mengawasi dengan seksama dengan maksud untuk membinasakan Dia yang dijanjikan itu segera setelah la lahir. Adalah pada waktu itu, maka naga yang tua itu melalui tangan Herodes, “membantai semua anak yang berada di Bethlehem dan di semua pesisir pantainya,” dengan harapan untuk melenyapkan Raja yang datang itu. (lihat Matius 2 : 16).

 

Kenyataan membuktikan, bahwa simbol dari hal “perempuan” itu berlaku untuk dua periode, baik sebelum Tarik Masehi maupun sesudah Tarik Masehi. Oleh sebab itu, sebagaimana bulan berada di bawah kakinya pada sebelum kelahiran Kristus, maka ia itu harus merupakan lambang dari sesuatu masa periode yang mendahului sidang Yahudi. Karena “perempan” itu bersalutkan matahari” sebelum ia melahirkan “Anak” itu, maka ternyata bahwa simbol “bersalutkan matahari,” itu telah digenapi sebelum Kristus lahir. Jika bulan itu adalah lambang, maka simbol dari “matahari” harus merupakan objek utama, sebab “bulan bergantung kepada matahari untuk mendapatkan terangnya, dan “perempuan” itu adalah bersalutkannya. Dengan demikian, maka “matahari” dan “bulan” harus dipertimbangkan. Di dalam Kejadian 1 : 16 kepada kita diceriterakan bahwa matahari dan bulan akan menguasai siang dan malam hari. Dengan begitu “matahari” harus menunjukkan suatu masa periode di mana sidang Allah telah diberikan terang besar, dan “bulan” harus melambangkan masa periode sebelumnya. Terang besar itu tidak mungkin merupakan Injil Kristus di dalam Wasiat Baru. Juga tidak mungkin “bulan” melambangkan upacara bayang-bayangan di bawah perekonomian Yahudi, karena “perempuan” itu bersalutkan “matahari”, dan “bulan berada di bawah kakinya” selagi upacara bayang-bayangan itu masih ada, karena anak itu lahir sesudah “perempuan” itu bersalutkan “matahari”. Kristus sendiri oleh makan Paskah tepat menjelang penyaliban terhadap diri-Nya, Ia telah meneguhkan kenyataan bahwa hukum bayangan-bayangan itu masih tetap ada 34 tahun sesudah kelahiran-Nya. (Lihat Matius 26 : 18 – 21).

 

 

SEBUAH SIDANG YANG BENAR DALAM SEGALA ZAMAN

Jika ucapan di atas benar, maka kita harus mencarikan dua periode yang sedemikian ini yang akan cocok dengan simbol-simbol itu dengan setepatnya. Yang pertama ialah sebelum Alkitab muncul, dan yang kedua ialah yang ada bersama-sama dengan Alkitab – “bersalutkan Terang” – Firman Allah yang tertulis. Dengan demikian secara simbolis, periode yang pertama dapat disebut, malam, yang dikuasai oleh “bulan”, dan yang kedua disebut, siang, yang dikuasai oleh “matahari”. Oleh sebab itu, “wanita itu bersalutkan matahari,” dan “gelisah kesakitan karena mengandung,” ialah periode sesudah Israel keluar dari Mesir, dan pada masa itu periode tanpa Alkitab, yaitu bulan, … sedang berlalu.

 

Kami akan mengemukakan suatu bukti yang lain dari segi pandangan yang berbeda, yang lebih meyakinkan lagi dari hal pendapat bahwa “perempuan” itu melambangkan periode – yaitu sebelum dan sesudah Kristus. Wahyu 12 : 14 mengatakan: “Maka kepada perempuan itu dikaruniakan dua sayap burung garuda yang besar, agar ia dapat terbang masuk ke dalam padang belantara, yaitu ke tempatnya, dimana ia akan dipelihara selama satu masa, dan dua masa, dan setengah masa, jauh dari wajah ular itu.” Perhatikan, bahwa diberikan dua sayap dari seekor burung garuda yang besar. Jika sayap-sayap itu tidak melambangkan sesuatu, maka apakah tujuannya? Sebagaimana sayap-sayap dari singa dan dari harimau kumbang berkepala empat dari Daniel 7 melambangkan periode-periode, seperti yang dijelaskan terdahulu pada halaman-halaman 32 – 42, maka dua sayap besar itu harus juga menunjukkan dua periode sejarah dunia yang panjang. Burung garuda adalah raja dari burung-burung maka sebagaimana ditekankan bahwa sayap-sayap itu adalah dari seekor “burung garuda yang besar,” jelaslah bahwa simbol itu harus mengungkapkan masing-masing periode semenjak dari permulaannya. Dengan demikian salah satu dari sayap-sayap itu akan meliputi seluruh sejarah dunia semenjak dari kejatuhan Adam dalam dosa sampai kepada penyaliban Kristus, dan sayap yang satunya semenjak dari penyaliban Kristus sampai kepada akhir dunia ini (kedatangan Kristus yang kedua kali). Demikianlah terbukti, bahwa hanya ada satu sidang yang benar dalam segala zaman.

 

Mahkotanya dari dua belas bintang itu pada dasarnya melambangkan dua belas kepala suku dan kemudian dua belas suku bangsa setelah mereka itu keluar dari Mesir, pada waktu mana terang yang indah itu bercahaya dari Firman Allah yang tertulis (Alkitab), yang menyelubungi sidang (perempuan) selagi ia masih gelisah kesakitan mengandung “anak” (Mesias yang dijanjikan itu). Tetapi mahkota dengan dua belas bintang di dalam periode Wasiat Baru melambangkan dua belas rasul. Angka bilangan dua belas adalah lambang dari pemerintahan. Yesus mengatakan kepada mereka itu: “Kamu juga akan duduk di atas dua belas tahta, mengadili dua belas suku bangsa Israel.” (Matius 19 : 28). Kenyataan ini dibuktikan oleh contoh (dua belas suku bangsa itu). Dapatlah dicatat, bahwa dalam menghitung suku-suku bangsa dari Israel Rohani (144.000 itu) oleh contohnya (Israel badani) seperti terdapat di dalam Wahyu 7 : 5 – 8, suku Dan ditiadakan, dan sebagai gantinya suku Manasseh, yaitu anak sulung dari Yusuf diperhitungkan. Contoh ini berkaitan tepat dengan contoh saingannya, karena, Yudas Iskariot adalah salah seorang dari “dua belas rasul” itu, telah ditinggalkan, yang mana Dan merupakan lambangnya. Dan sebagai gantinya Paulus dari Tarsus telah dimasukkan, yang mana Manasseh ialah lambangnya. Oleh sebab itu, kita menyaksikan kecocokan yang sempurna antara contoh dan contoh saingannya. Pelajaran dalam peristiwa ini melalui simbol-simbol yang tak dapat salah, mengajarkan kepada kita bahwa Allah telah memiliki hanya sebuah sidang, sebuah kebenaran, dan sebuah jalan keselamatan bagi semua generasi manusia. Yang sama ini pun dikemukakan oleh kata-kata Paulus: “Ada satu tubuh, dan satu Roh, yaitu seperti yang kamu sudah dipanggil dalam satu pengharapan atas hal yang kamu sudah dipanggil itu; satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa bagi semua orang.” (Epesus 4 : 4 – 6).

 

Sidang Allah telah dilambangkan juga oleh objek-objek di bumi; kita berbicara mengenai simbol-simbol oleh wanita-wanita, yaitu Hagar dan Sarah. Yang pertama adalah lambang dari sidang Yahudi, dan yang kedua adalah lambang dari sidang Kristen. (Lihat buku Tongkat Gembala, jilid 1, halaman 229). Simbol-simbol bumi ini menunjukkan sidang Allah dalam bagian-bagian dan kondisi-kondisi yang berbeda-beda. Tetapi “wanita yang bersalutkan matahari” dan “sayap-sayap burung garudanya” yang berasal dari sorga itu, menunjukkan sidang Allah yang benar (kebenaran) dalam suatu garis yang berkelanjutan, dan anak-Nya, yaitu satu-satunya Juruselamat dan Penebus kita dalam kedua periode itu – sebelum maupun sesudah Kristus.

 

Mahkota Dua Belas Bintang di Dalam Periode

Wasiat Baru

 

Khayal dari Yahya yang terdapat di dalam Wahyu pasal dua belas membicarakan dua pokok masalah utama, yaitu “wanita yang bersalutkan matahari,” dan “naga yang merah” itu. Naga yang berwarna merah itu telah dijelaskan. (Lihat halaman 72 – 82). Lambang dari “wanita” itu dalam masa sejarah Wasiat Baru meliputi tiga bagian. Pertama, periode sejarah rasul-rasul; kedua, menghilangnya sidang dari peradaban manusia (di padang belantara) selama 1260 hari (tahun-tahun dari aniaya kepausan, ayat-ayat 6, 14); ketiga, periode yang terakhir dari sidang sementara dalam pertikaiannya melawan naga itu. (Ayat-ayat 15 – 17). Periode pertama dan periode kedua akan dijelaskan dalam kaitannya dengan pelajaran yang lain. Sebuah penjelasan mengenai periode yang ketiga terdapat di dalam buku Tongkat Gembala, jilid I, halaman 226 – 229.

 

Oleh sebab itu, maksud kami dalam pasal ini ialah melukiskan secara singkat pelajaran yang telah diajarkan dari “mahkota dua belas bintang” wanita itu. Kami kemukakan pertanyaan: Siapakah yang menentukan penguasa-penguasa rasul ciptaan sendiri masa kini yang ada sekarang? Telah dikatakan bahwa sesudah rasul-rasul meninggal, maka suatu kesatuan lain dari jumlah yang sama mempunyai hak untuk menjadi rasul-rasul. Andai kata kehendak ini benar; ada beratus-ratus sidang, dan jika masing-masingnya memiliki dua belas orang rasul, maka akan terdapat berlipat ganda ribuan rasul pada suatu masa, dan jika tindakan itu diulangi dalam setiap zaman, maka akan ada sejumlah besar rasul yang tak terhitung banyaknya pada kedatangan Kristus yang akan datang. Jika terdapat beribu-ribu rasul, maka nyatalah oleh perantaraan Firman berikut ini bahwa mereka tidak akan pernah masuk ke dalam kota Allah sebagai rasul-rasul, sebab Ilham mengatakan: “Maka tembok negeri itu mempunyai dua belas pondasi, dan terukir di dalamnya nama dari dua belas rasul dari Anak Domba itu.” (Wahyu 21 : 14).

 

Apakah perbedaan di antara seorang rasul dan seorang pendeta Injil? Jika tidak ada perbedaan, maka sudah seharusnya terdapat lebih dari dua belas orang rasul di dalam sidang yang mula-mula, sebab ada lebih dari dua belas orang yang melibatkan diri dalam tugas-tugas kependetaan. Kristus telah menentukan dua belas orang, tetapi Yudas telah dikeluarkan, sehingga tertinggal hanya sebelas orang. Sesudah Kristus kembali ke sorga mereka yang sebelas itu bersepakat untuk memilih seseorang yang lain untuk menggantikan Yudas. “Maka hasil undiannya jatuh pada Mathias; lalu ia diperhitungkan masuk bersama-sama dengan sebelas murid itu.” (Kisah Rasul-Rasul 1 : 26). Oleh sebab itu, mereka telah menggenapi jumlah angka itu. Kini jika Mathias memang menggantikan tempatnya Yudas, maka seharusnya ada tiga belas orang yang sedemikian itu menurut Rum 1 : 1 yang berbunyi: “Paulus, seorang hamba dari Yesus Kristus, terpanggil untuk menjadi Rasul, diasingkan bagi Injil Allah.”

 

Perhatikanlah dengan seksama bahwa mahkota dari wanita itu memiliki hanya “dua belas bintang,” dan pada pondasi dari negeri itu hanya ada nama-nama dari dua belas rasul. Yang manakah dari antara dua orang itu, Mathias ataukah Paulus, tidak akan dikenal oleh Dia yang telah meletakkan pondasi yang mahal dari negeri Suci itu? Jika kita mengatakan Paulus, maka kita membuatnya menjadi seorang pembohong. Jika kita mengatakan Mathias, maka pelantikannya oleh mereka yang sebelas orang itu tidak mempunyai efek apa-apa dalam pemilihan seorang rasul. Jadi bagaimana? Di dalam Kisah Rasul-Rasul 1 : 26, adalah yang pertama sekali dan yang terakhir kita dengar dari hal Mathias, tetapi tidak demikian halnya dari hal Paulus. Jika Mathias adalah seorang rasul, maka pasti ia tidaklah sepantas Paulus. Yang manakah dari kedua pelantikan itu yang menjadi sangat terhormat? Bukankah pelantikan Paulus itu oleh Kristus sendiri sewaktu Ia menjumpainya dalam perjalanannya ke Damaskus, ataukah pelantikan Mathias oleh tangan-tangan pada rasul itu?

 

Pertanyaan ini adalah jelas. Tak ada tangan seorang pun yang sanggup untuk melantik seorang rasul, betapapun tinggi kedudukannya dalam hubungan dengan Injil. Hanya tangan-tangan suci Kristus serta kehadiran pribadi-Nya yang dapat melantik seseorang untuk jabatan yang sedemikian. Ini adalah bukti yang tak dapat disangsikan, sebab “perempuan” itu memiliki sebuah mahkota dari hanya dua belas bintang“. Oleh sebab itu, siapakah yang berkuasa untuk melantik orang lain lalu dengan demikian memperlipat-gandakan jumlah “bintang-bintang” itu? 

Apakah artinya rasul? Jawab: – Seseorang yang “diasingkan bagi Injil Allah.” Tetapi jika ini adalah satu-satunya pengertian bagi gelar itu, maka semua orang yang melibatkan diri dalam pemberitaan Injil, yang diasingkan, harus menjadi rasul-rasul. Oleh karena itu, kata-kata, “rasul,” harus memiliki pengertian khusus dan maksud yang dalam daripada hanya diasingkan bagi Injil Allah. Rasul Paulus dipanggil untuk menjadi seorang rasul bagi orang-orang Kapir (orang-orang yang bukan Yahudi). Dengan demikian ia bersama-sama dengan mereka yang sebelas itu telah menjadi pendiri-pendiri sidang dari orang-orang bukan Yahudi di bumi ini, dan Kristus sebagai pemimpin samawi-nya. Berbicara mengenai karunia-karunia di dalam sidang, maka rasul-rasul adalah yang pertama, karena tanpa seorang pendiri maka tak akan ada organisasi, dengan demikian karunia-karunia sisanya akan menyusul. (Lihat 1 Korinthi 12 : 28).

 

Mahkota adalah kemuliaan perempuan itu, dan bintang-bintang (dua belas rasul) adalah satu-satunya penguasa bumi miliknya. Disinilah suatu bukti yang tegas, bahwa rasul-rasul zaman ini adalah palsu. Seorang nabi dapat menuntut kekuasaannya sebagai nabi tetapi tidak pernah sebagai rasul. Tetapi ada perbedaan di antara nabi-nabi Wasiat Lama dan nabi-nabi Wasiat Baru. Nabi-nabi Wasiat Baru berada dibawah kekuasaan nabi-nabi Wasiat Lama; dengan kata lain, ia dapat menjadi seorang penerjemah atau pengungkap Alkitab: “Sebab semua nabi dan hukum (bayangan-dalam contoh) bernubuat sampai kepada Yahya.” (Matius 11 : 13). Hasil interpretasi adalah benar hanya apabila diilhami oleh Roh yang sama, dengan demikian ucapan-ucapan yang tepat pada waktunya diungkapkan. Bukan saja penemuan-penemuan sejarah membuktikan hal ini, tetapi juga Alkitab sangat menekankan kepada pokok masalah ini, karena telah dikatakannya dengan jelas bahwa kita adalah, “Dibangun di atas landasan segala rasul dan nabi-nabi, dan Yesus Kristus sendiri merupakan batu penjurunya.” (Epesus 2 : 20). Kembali kita baca: “Akan tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, maka Ia akan membawa kamu kepada segala kebenaran; karena tiada Ia akan berkata-kata menurut kehendaknya sendiri, melainkan apapun yang akan didengarnya, itu juga yang akan dibicarakannya; dan Ia akan menunjukkan kepadamu segala perkara yang akan datang.” (Yahya 16 : 13). Di manakah dibutuhkan rasul-rasul yang sedemikian ini? Bukankah kata-kata dari rasul-rasul itu yang terdapat di dalam Alkitab? Jika kita hendak mengangkat seperangkat orang-orang yang sedemikian ini, tidakkah kita mengesampingkan “perempuan” itu berikut “mahkota dua belas bintangnya”? jika kita mengesampingkan “mahkota” itu dengan cara melaksanakan pemilihan rasul-rasul secara sukarela, apakah yang akan kita perbuat dengan Injil yang dipercayakan kepada sidang oleh rasul-rasul Kristus yang diurapi? Dengarkanlah otoritas dari mahkota yang berbintang-bintang itu sebagai berikut: “Tetapi jikalau kamu ini atau seorang malaikat dari sorga sekalipun, menghotbahkan kepadamu sesuatu Injil lain daripada yang sudah kami hotbahkan kepadamu, biarlah ia terkena kutuk. Sebagaimana yang telah kami katakan terdahulu, sekarang pun kembali kukatakan begitu. Jikalau barang seorang menghotbahkan sesuatu Injil yang lain kepadamu daripada apa yang sudah kamu terima, biarlah ia terkena kutuk.” (Galati 1 : 8, 9). “Karena orang-orang yang semacam itu adalah rasul-rasul palsu, orang-orang yang bekerja dengan tipu daya, yang merupakan dirinya seolah-olah rasul-rasul Kristus.” (2 Korinthi 11 : 13). Dunia dipenuhi dengan rasul-rasul dan sekte-sekte agama yang sedemikian itu dari berbagai jenis; bukankah demikian? Sekaranglah waktunya bagi umat Allah untuk menyembah sujud ke hadapan Khaliknya, dan untuk menyelidiki Firman bagi dirinya sendiri, agar mereka dapat mengerti apa sebenarnya kebenaran itu. Mengapa orang harus menerima saja keputusan orang lain bagi dirinya? Oleh berbuat begitu pengalaman kita sendiri dirampas dari kita. Jika begitu halnya, maka tidakkah kita akan bertanya: Bagaimanakah gambaran hari depan dunia ini? Tidak seorang pun diselamatkan karena mungkin ia mengakui akan kenyataan dari kebenaran, atau karena mungkin ia tergabung di dalam sidang yang benar, atau faham yang benar. Adalah hanya oleh pengalamannya sendiri yang didasarkan di atas bukti-bukti kebenaran, yang diterima di dalam hati, yang dapat memperbaharui pikiran, dan memperbaharui jiwa, sehingga ia dapat berjalan dalam kehidupan yang baru. Adalah sama sekali tidak mungkin untuk masuk ke dalam kerajaan Kristus tanpa suatu sentuhan pribadi terhadap kemuliaan Ilahi. Yesus mengatakan: “Sesungguhnya Aku mengatakan kepadamu, Jika seseorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak akan dapat melihat kerajaan Allah.” (Yahya 3 : 3). Firman berikut ini pun mengandung bukti yang sama. “Karena Yahudi yang sebenarnya itu bukannya Yahudi secara lahiriah saja, dan sunat yang sebenarnya itu bukannya sunat secara lahiriah pada tubuh saja, melainkan Yahudi yang sebenarnya ialah Yahudi yang pada bathinnya, dan sunat yang sebenarnya ialah sunat-sunat hati, dalam roh, dan bukan menurut ketentuan saja. Maka kepujian mereka itu bukanlah dari manusia, melainkan dari Allah.” (Rum 2 : 28, 29).

 

“Sunat itu suatu pun tiada apa-apa, dan hal tiada bersunat itu pun tiada apa-apa, terkecuali mematuhi Hukum-Hukum Allah.” (1 Korinthi 7 : 19). “Koyakkanlah hatimu, dan jangan pakaianmu, dan kembalilah kepada Tuhan Allahmu; karena Ia adalah amat mengasihani dan rahmani, panjang sabar, dan besarlah kemurahannya, dan bersesallah Ia akan yang jahat itu.” (Yoel 2 : 13). “Karena orang-orang yang semacam ini tidak berbakti kepada Tuhan Yesus Kristus kita, melainkan kepada perutnya sendiri; dan dengan perkataan yang manis-manis dan pembicaraan-pembicaraan yang indah-indah mereka memperdaya orang-orang yang tulus hatinya.” (Rum 16 : 18).

 

Kembali kepada pemikiran kita yang semula: Mereka yang sebelas itu dibiarkan melaksanakan pelantikan terhadap Mathias untuk menjadi sebuah pelajaran sampai kepada hari ini dengan agama model baru ciptaannya itu, yang menunjukkan bahwa Allah tidak menyerahkan otoritas kekuasaan rasul itu kepada siapapun – terkecuali hanya kepada mereka yang dua belas itu saja. Perintah yang diberikan kepada pihak kependetaan adalah: “Sebab itu pergilah kamu, dan ajarkanlah segala bangsa. Baptiskanlah mereka itu dalam nama Bapa, Anak, dan Rohulkudus; Ajarkanlah mereka itu untuk mematuhi segala perkara yang sudah Ku pesankan kepadamu; maka tengoklah, Aku menyertai kamu pada segala masa, bahkan sampai kepada akhir dunia.” (Matius 28 : 19, 20). “Adapun akan dikau, hai anak Adam, Aku sudah mengangkat engkau menjadi penunggu bagi bangsa Israel, sebab itu engkau harus mendengarkan firman dari mulutKu, dan supaya engkau menasehatkan mereka itu dari pada pihak-Ku. Apabila Aku mengatakan kepada orang jahat itu, hai orang jahat, engkau pasti akan mati; jika engkau tidak berbicara mengamarkan si jahat itu dari pada jalannya, sehingga orang jahat itu akan mati dalam kejahatannya; tak dapat tiada darahnya akan Ku tuntut dari pada tanganmu.” (Yeheskiel 33 : 7, 8).

 

Sesungguhnya kedua belas “bintang” yang tercatat di atas “mahkota perempuan” itu pada dasarnya melambangkan dua belas kepala suku; kemudian dua belas suku bangsa dari Israel badani; sesudah itu dua belas rasul-rasul itu; dan terakhir dua belas suku bangsa dari Israel Rohani (mereka yang 144.000 itu). Dengan demikian kembali dibuktikannya angka bilangan “empat” merupakan suatu angka bilangan yang penting, dan bahwa oleh “perempuan” itu empat masa periode ini telah dilambangkan.

 

Allah yang lebih dulu telah melihat akan sifat mementingkan diri manusia, Ia telah memerintahkan kepada nabinya untuk menuliskan yang berikut ini: “Bahwa kamu mengenyangkan dirimu dengan lemaknya dan kamu memakaikan dirimu dengan bulunya dan yang tambun-tambun kamu bantai, tetapi tiada kamu mengembalakan kawanan domba itu. Yang lemah tiada kamu kuatkan, dan yang sakit tiada kamu obati, dan yang luka tiada kamu bebati, dan yang terhalau tiada kamu bawa balik, dan yang sesat tiada kamu cari, melainkan kamu sudah memerintahkan dia dengan kekerasan dan bengis. Sebab itu tercerai-berailah mereka itu dengan tiada bergembala dan telah menjadi makanan segala binatang buas di padang, sebab tersesatlah mereka. Bahwa kawanan domba-Ku sesatlah di atas segala gunung yang tinggi dan di atas puncak segala bukit; dan tercerai-berailah kawanan domba-Ku di seluruh muka bumi; maka seorangpun tiada yang peduli, seorang pun tiada yang mencari akan dia. Sebab itu, hai kamu gembala-gembala, dengarlah olehmu firman Tuhan; Sesungguhnya Aku ini hidup, demikianlah firman Tuhan Hua, sesungguhnya karena sebab kawanan domba-Ku telah menjadi rampasan, dan kawanan domba-Ku telah menjadi makanan segala binatang buas di padang, dan karena sebab tiada gembala, dan segala gembala-Ku tiada perduli akan kawanan dombaKu, dan karena sebab gembala-gembala itu menggembalakan dirinya sendiri dan tiada digembalakannya kawanan domba-Ku; sebab itu, hai gembala-gembala, dengarlah olehmu firman Tuhan; Demikianlah segala firman Tuhan Hua: Bahwasanya, Aku membalas kelak kepada segala gembala itu dan Ku tuntut domba-domba-Ku dari tangan mereka dan Ku pecat mereka itu dari pangkat gembala, sehingga tiada lagi gembala-gembala itu menggembalakan dirinya sendiri; karena Aku akan melepaskan kawanan domba-Ku dari mulut mereka, supaya domba-domba itu tidak lagi menjadi makanan mereka. Karena demikianlah firman Tuhan Hua; Bahwasanya Aku, bahkan Aku sendiri, akan bertanya akan hal domba-Ku dan Aku akan mencari akan dia.” (Yeheskiel 34 : 3 – 11).

 

Sebagai perbandingan Roh Allah telah menarik suatu gambaran nyata dari kawanan domba dan gembala-gembalanya; umat Allah sebagai kawanan domba, dan pihak kependetaan sebagai gembala-gembala. Umat Allah yang benar akan meniru domba-domba itu, dan para pengawalNya akan meniru gembala-gembala yang baik yang menggembalakan domba-dombanya. Apa saja yang kurang daripada ini ialah kekejian di hadapan pemandangan Allah. Jika kita harus mempelajari pelajaran yang dimaksud, kita harus pertama sekali mencarikan suatu pengertian yang jelas mengenai contoh tentang gembala-gembala dan kawanan domba itu, sebab, contoh saingannya (pada pendeta dan para anggota gereja) diminta untuk meniru contoh itu.

 

Gambaran ini diambil dari cara menggembalakan kawanan domba di masa dahulu. Lapangan rumput terbuka dari gunung-gunung dan bukit-bukit itu meminta pengawasan yang teliti yang terus menerus dari para gembala terhadap domba-domba mereka. Daerah teritorial yang luas menarik domba-domba itu dan para gembalanya kepada suatu jarak yang sangat jauh dari rumah, dan perjalanan yang terus menerus, melintasi daerah itu membuatnya menjadi tidak mungkin untuk memperoleh suatu perlindungan yang permanen jenis apapun bagi domba-domba itu, atau pun gembala-gembalanya. Akibatnya, pertolongan orang lain tak dapat tiada diperlukan. Setiap gembala memiliki sejumlah tertentu anjing-anjing, tergantung kepada besarnya kawanan domba, untuk keselamatan domba-domba itu dari manusia dan binatang-binatang buas. Sebagaimana perkara yang satu menarik perkara lainnya, maka seekor lembu biasanya digunakan untuk memikul barang-barang kebutuhan yang diperlukan bagi domba-domba, anjing-anjing dan para gembala. Semua ini terdiri dari pakaian, kain selimut untuk malam hari, makanan bagi para gembala maupun bagi anjing-anjing, obat-obatan, kain-kain pembalut, dan sebagainya. Binatang yang setia ini membawa beban itu pada punggungnya setiap hari pada sepanjang tahun. Pada akhir dari hari gembala menghitung domba-dombanya. Jika seekor domba hilang, maka ia pergi mencarikannya dengan segera, karena adalah tidak aman bagi seekor domba berjalan terpisah tersendiri dari kawannya. 

Kondisi terbaik dari domba merupakan bukti kesetiaan gembalanya dan kepantasan tugas upahannya. Ia tidak saja harus mencarikan padang rumput yang baik, melainkan juga bertindak sebagai dokter hewan. Seringkali seekor domba patah kakinya dan adalah kewajiban dari gembalanya untuk secara tangkas meluruskannya kembali, menyerpih dan membebat lukanya itu. Dalam perjalanan melintasi permukaan tanah yang kasar, dimana terdapat batu-batu karang dan belukar-belukar kecil, kecelakaan-kecelakaan sering terjadi. Kadang-kadang duri akan masuk ke dalam daging, atau luka kecil lainnya terjadi, yang mungkin sekali tidak menimbulkan sakit, dan tidak akan diperhatikan oleh gembala, namun seekor lalat kecil dapat menanamkan telornya di dalam luka yang terbuka itu, lalu benih lalat dapat segera berkembang dan mencarikan jalannya di bawah kulit dan sampai ke tulang; ini adalah kejadian yang biasa. Pada saat yang sedemikian ini perhatian gembala itu akan tertuju kepada penyakit dari domba itu dan ia kemudian harus memberikan kepadanya pengawasan khusus dan bebatan terhadap luka itu.

 

Apabila seekor anak domba, atau pun seekor domba sakit dan terlalu lemah untuk mengikuti rombongan kawan-kawannya, maka adalah kewajiban dari gembala untuk mengawasi dan membawanya. Jika ia harus menggendong seekor anak domba di dalam tangannya, maka induk domba itu akan selalu berada pada sisinya dengan melihat kepada anaknya itu sambil berbicara kepadanya. Mahluk-mahluk yang mulia ini menjaga, memberi makan, dan memeliharakan anak-anak dombanya dengan bersih tidak bercacad. Adakah ibu-ibu berbuat juga sedemikian ini bagi anak-anak anda? Adakah anda para gembala (para pendeta) dari kawanan domba Allah sedang melakukan semua yang dilakukan para gembala kuno itu bagi domba-dombanya? Ataukah anda memberi makan dan mengawasi dirimu sendiri lebih banyak daripada yang anda perbuat bagi kawanan domba Allah? Adakah anda pantas dengan tugas upahan anda?

 

Para gembala yang dahulu harus mempertanggung-jawabkan secara lengkap keseluruhan kawanan dombanya, bahkan sampai kepada masalah-masalah yang terkecil. Adakah anda mengira bahwa Allah akan meminta lebih kurang dari itu dari padamu? Bukankah domba-dombaNya adalah jauh lebih berharga? Daud mempertaruhkan hidupnya bagi seekor anak domba, tetapi Allah melepaskan dia daripada singa dan beruang. Demi untuk kehormatan Allah dan keselamatan umat-Nya, maka Daud telah membahayakan hidupnya sendiri, ia menghadapi Goliath Raksasa itu, tetapi Allah telah menyerahkan orang Philistine itu ke tangan Daud, dan menjadikan Daud raja atas bangsa-Nya. Adakah anda mengira bahwa Ia akan berbuat bagimu, jika anda juga menirukan Gembala Yang Baik itu?

 

Yesus mengatakan: “Akulah gembala yang baik; gembala yang baik menyerahkan hidupnya bagi domba-domba. Tetapi orang upahan yang bukan gembala, dan lagi domba itu bukan miliknya sendiri, apabila dilihatnya serigala datang, ditinggalkannya kawanan domba itu lalu lari melepaskan dirinya, maka serigala itu menerkam domba-domba itu sambil mencerai-beraikannya. Orang upahan itu lari karena ia hanyalah seorang upahan, dan tiada ia pedulikan domba-domba itu. Akulah gembala yang baik, dan Aku kenal akan domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku itu pun kenal akan Daku. Sebagaimana Bapa kenal akan Daku, demikian itu pula Aku kenal akan Bapa; maka Aku menyerahkan hidup-Ku karena segala domba itu.” (Yahya 10 : 11 – 15).

Nabi Yesaya sambil memandang ke depan sampai kepada kondisi-kondisi zaman ini mengatakan sebagai berikut: “Sesungguhnya, mereka adalah anjing-anjing yang gelojoh yang tiada pernah dapat kenyang, dan mereka adalah gembala-gembala yang tidak dapat mengerti; semua mereka memandang kepada jalannya sendiri-sendiri, masing-masingnya kepada keuntungan sendiri, tanpa kecuali.” (Yesaya 56 : 11).

 

 

***

 

 101 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart