BINATANG YANG MENYERUPAI HARIMAU KUMBANG, Wahyu 13 : 1 – 10 << Go Back
BINATANG YANG MENYERUPAI
HARIMAU KUMBANG
(Wahyu 13 : 1 – 10)
Binatang yang tak tergambarkan dari Daniel 7, yang melambangkan Romawi dalam tahap pertamanya, menunjukkan secara nubuatan melalui sepuluh tanduknya itu bahwa akan bangkit sepuluh orang raja dari dalam Romawi. Dalam tahap keduanya terlihat bahwa penguasa kepausan akan bangkit, mengalahkan tiga orang raja, dan menganiaya umat kesucian dari Yang Maha Tinggi selama jangka waktu 1260 tahun. Tetapi tidak dijelaskannya mengenai keruntuhan kerajaan Romawi atau penguasa kepausan itu. Ia juga diam saja mengenai pergerakan reformasi yang datang sebelum atau sesudah tahun 1798 T.M. Oleh sebab itu, tidak adanya informasi melalui simbol-simbol dari binatang ini, tak dapat tiada harus ditemukan di tempat lain di dalam nubuatan Firman Allah. Dan ini harus dicarikan di dalam buku Wahyu, karena buku Wahyu ialah pelengkap dari nubuatan-nubuatan Daniel.
Binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13 : 1 – 10 adalah satu-satunya nubuatan simbolis yang menceriterakan tentang keruntuhan kerajaan Romawi, dimahkotainya kesepuluh orang raja itu, terlukanya penguasa kepausan, reformasi dan bangkitnya Protestantisme, dan tertawannya Paus.
“Maka aku berdiri di pasir di tepi laut, dan aku tampak seekor binatang buas naik keluar dari dalam laut yang berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas tanduk-tanduknya itu bermahkota sepuluh, dan di atas kepala-kepalanya itu terdapat nama hojat.” (Wahyu 13 : 1). Perhatikan bahwa binatang ini memiliki jumlah tanduk yang sama dengan “binatang yang tak tergambarkan” dalam tahap permulaannya (kekaizaran-Romawi). Daniel mengatakan, sepuluh tanduk pada binatang itu yang melambangkan Romawi adalah “sepuluh orang raja yang akan bangkit.” (Daniel 7 : 24). Tanduk-tanduk yang melambangkan dunia Romawi dalam bentuk kerajaannya itu juga menunjuk ke depan kepada masa apabila kerajaan itu akan terbagi menjadi sepuluh bagian, atau sepuluh kerajaan. Dengan perkataan lain, jika tanduk-tanduk itu pada mulanya melambangkan dunia Romawi dalam bentuk kerajaannya, maka semuanya itu pada kedua kalinya menunjuk kepada dunia yang ada sekarang dalam keadaannya yang terbagi-bagi semenjak dari keruntuhan Romawi – yaitu yang bertalian dengan sepuluh jari kaki pada patung besar dari Daniel pasal 2.
Binatang yang tak tergambarkan itu dalam tahap permulaannya memiliki sepuluh tanduk. Karena dalam tahap keduanya tanduk kecil itu muncul, lalu tiga dari kesepuluh tanduk itu tercabut sampai dengan akar-akarnya, maka itu menunjukkan bahwa mereka itu tidak pernah lagi dapat dikukuhkan sebagai raja-raja. Tanduk-tanduk yang dikurangi itu sampai mencapai angka bilangan Alkitab tujuh, menunjukkan bahwa penguasa kepausan akan berkuasa sepenuhnya atas seluruh dunia sejauh yang berhubungan dengan sidang Kristen. Oleh sebab itu, sepuluh tanduk yang terdapat pada binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13 : 1 itu tidak mungkin menunjukkan bahwa tiga pucuk tanduk yang tercabut itu telah kembali memperoleh kekuasaannya pada kedua kalinya.
Karena jumlah tanduk yang sama kembali muncul pada masing-masing binatang berturut-turut; yaitu, binatang yang tak tergambarkan (Daniel 7 : 7); binatang yang menyerupai harimau kumbang (Wahyu 13 : 1); dan binatang merah kirmizi (Wahyu 17 : 3); yang melambangkan seluruh sejarah Wasiat Baru, maka terbuktilah melalui fakta-fakta yang terkumpul bahwa angka bilangan dari tanduk-tanduk itu dimaksudkan untuk menunjukkan dunia secara keseluruhan. Karena semuanya itu tidak ada terdapat pada binatang dari Wahyu 13 : 11 – 18, maka itu membuktikan bahwa binatang yang bertanduk dua itu menunjukkan suatu keadaan setempat. Oleh karena itu, jelaslah tak dapat dibantah, bahwa jumlah tanduk-tanduk yang telah ditetapkan itu (sepuluh) adalah dimaksudkan untuk melambangkan bangsa-bangsa dan pemerintahan-pemerintahan dunia secara keseluruhan. (Ikutilah gambar bagan pada halaman 101).
Karena sebagaimana singa, beruang, harimau kumbang berkepala empat, dan binatang yang tak tergambarkan itu (lambang dari Babilon, Medo-Persia, Grika dan Romawi) adalah berkaitan satu dengan lainnya, maka ikatan yang tak mungkin putus dari binatang-binatang itu membuatnya tidak mungkin bagi sesuatu binatang dunia lainnya (kerajaan) untuk memotong di tengah urut-urutan mereka itu. Akibatnya, maka binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13 : 1 – 9 itu tak dapat tiada harus mengikuti binatang yang tak tergambarkan itu (Romawi).
Ayat 2, 3 : “Maka binatang yang ku tampak itu adalah bagaikan seekor harimau kumbang, dan kaki-kakinya adalah seperti kaki beruang, dan mulutnya seperti mulut singa; maka naga itu memberikan kepadanya kuatnya, dan kedudukannya dan kuasa besar. Dan aku tampak salah satu kepalanya itu bagaikan terluka yang membawa mati; tetapi luka parahnya itu sudah sembuh, dan seluruh dunia heranlah akan binatang itu.” Pembentukan binatang ini mengungkapkan kenyataan bahwa ia adalah turunan dari empat binatang yang mendahuluinya. Mulutnya adalah mulut singa, kakinya kaki beruang, badannya badan harimau kumbang, dan jumlah tanduk-tanduknya, semuanya menunjuk ke belakang kepada sifat-sifat keturunannya yang berasal dari Babilon, Medo-Persia, Gerika dan Romawi. Kenyataan yang tak dapat dibantah ini membuktikan bahwa ialah binatang dunia yang kelima.
Binatang yang menyerupai harimau kumbang itu naik keluar dari dalam laut dalam cara yang sama seperti keempat binatang yang mendahuluinya, (Daniel 7 : 3). Oleh sebab itu, binatang dari Wahyu 13 : 1 – 9 itu tercipta dari hasil-hasil peperangan dan kegemparan di antara bangsa-bangsa, dalam cara yang sama seperti halnya Babilon, Medo-Persia, Grika dan Romawi. Oleh karena kenyataan yang diungkapkan oleh simbol itu tidak dapat dipermasalahkan, maka binatang yang menyerupai harimau kumbang itu akan menggenapi periode sesudah keruntuhan kerajaan Romawi, sama dengan kaki-kaki dan jari-jari kaki – yaitu besi dan tanah liat dari patung besar di dalam Daniel pasal 2. Dengan perkataan lain, binatang yang menyerupai harimau kumbang itu datang bersama-sama dengan berakhirnya periode yang dilambangkan oleh tahap permulaan dari binatang yang tak tergambarkan itu, sebaliknya tahap kedua dari yang terkemudian itu (Romawi Kepausan) terus berlangsung sampai tahun 1798. Akibatnya, proses pembukaan dari yang satu jatuh bersamaan dengan menurunnya yang lainnya. Kepada Yahya binatang yang menyerupai harimau kumbang itu diperlihatkan bukan dalam proses pembukaannya, melainkan sebaliknya dalam tindakannya yang terakhir, karena dikatakan olehnya, “Dan luka parahnya itu sudahlah sembuh.” Ia melihat dalam khayal binatang itu setelah luka parahnya sembuh, karena ia menggunakan kata kerja masa lalu (past tense), “was”. Tetapi dalam khayal Daniel perbuatan dari binatang yang tak tergambarkan itu semuanya terdapat di masa depan. Nabi itu mengatakan: “Maka ia akan berbicara perkataan yang besar-besar melawan yangmaha tinggi, dan ia akan menganiaya umat kesucian dari yang maha tinggi, dan merencanakan untuk merubah masa dan hukum-hukum; maka mereka akan diserahkan kepada tangannya sampai satu masa dan dua masa dan setengah masa.” (Daniel 7 : 25). Daniel dalam khayal menyaksikan sejarah yang dilambangkan oleh binatang-binatang, ke depan, sebaliknya Yahya memandangnya ke belakang; atau dengan perkataan lain, Daniel melihat apa yang akandilakukan oleh binatang itu, sebaliknya kepada Yahya diperlihatkan apa yang telah diperbuat oleh binatang itu.
Mahkota-mahkota dan Tanduk-tanduk
Dari hal binatang “yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk, dan di atas tanduk-tanduknya itu terdapatsepuluh mahkota” Yahya mengatakan sebagai berikut: “Maka aku melihat salah satu dari kepala-kepalanya itu bagaikan terluka yang membawa mati.” Kepala yang terluka itu melambangkan penguasa kepausan, yang dilukai oleh Marthin Luther yang pada dasarnya dilambangkan oleh tanduk-kepala dari binatang yang tak tergambarkan yang menunjukkan hanya kekuatan paus dan kekuasaannya. Tetapi “binatang yang menyerupai harimau kumbang” itu menunjukkan penguasa kepausan dalam keadaannya yang terluka, dan tertawannya Paus. Dengan demikian kedua binatang itu (binatang yang tak tergambarkan dan binatang yang menyerupai harimau kumbang) saling meliputi yang lainnya, semenjak dari keruntuhan kerajaan Romawi sampai tahun 1798. Oleh sebab itu, sementara binatang yang tak tergambarkan itu dalam tahap keduanya melambangkan penguasa kepausan, maka kepausan itu sendiri pada tahap keduanya dilukiskan oleh “binatang yang menyerupai harimau kumbang”. Yang satu mengungkapkan kekuasaannya yang kejam itu, dan yang lainnya melukiskan keruntuhannya. Karena tanduk kecil itu akan menerima kuasa dan menganiaya umat kesucian dari yang Maha Tinggi selama 1260 tahun (Daniel 7 : 25). Tetapi binatang yang menyerupai harimau kumbang itu juga “membuka mulutnya dalam hojat”, dan kuasa dikaruniakan kepadanya untuk “melanjutkan empat puluh dua bulan” lamanya. (Wahyu 13 : 6, 5). Jumlah bulan-bulan itu adalah sama dengan “satu masa dan dua masa dan setengah masa” – yaitu 1260 hari (tahun), dengan menghitung 30 hari untuk satu bulan.
Dengan terpenjaranya Paus Pius VI, dan kematiannya pada tanggal 19 Agustus 1799, maka suatu pergantian terjadi di antara binatang yang tak tergambarkan itu dan binatang yang menyerupai harimau kumbang. Kepala dan tanduk-tanduk dipindahkan dari yang satu kepada yang lainnya, demikianlah kita misalkan. Dalam melakukan perubahan itu tanduk kecil “yang memiliki mata manusia dan sebuah mulut yang berbicara perkara-perkara besar-besar,” dipindahkan dari kepala yang bertanduk ke suatu kepala biasa yang terluka, yang menunjukkan penguasa kepausan telah kehilangan kekuasaan agamanya, dan tidak lagi dilambangkan oleh sebuah kepala bertanduk (kombinasi gereja dan negara).
Karena peristiwa itu mengakhiri periode nubuatan 1260 tahun dari Daniel 7 : 25 dan Wahyu 13 : 5, maka ia itu selengkapnya memahkotai tanduk-tanduk dari binatang yang menyerupai harimau kumbang, menunjukkan bahwa negara kini telah lepas bebas dari gereja. Mahkota-mahkota yang terdapat di atas tanduk-tanduknya itu menunjukkan keruntuhan kerajaan Romawi, menunjukkan bahwa sepuluh raja yang dilambangkan oleh sepuluh tanduk dari binatang yang tak tergambarkan itu telah memperoleh kerajaan mereka.
Tanduk-tanduk dan Kepala-kepala Semuanya Ada
“Bahwa aku, Yahya, menyaksikan binatang itu memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk, dan di atas tanduk-tanduknya itu terdapat sepuluh mahkota.” Janganlah kita mengabaikan kenyataan, bahwa semua tanduk, mahkota-mahkota, dan kepala-kepala itu semuanya berada pada binatang itu. Oleh sebab itu, apapun pengertian yang berasal dari lambang simbol itu, semuanya harus berada pada saat kepalanya yang terluka parah itu sembuh kembali. Kalau bukan demikian itu halnya, maka lambang-lambang mengenai kepala-kepala dan tanduk-tanduk itu sudah akan muncul secara berurutan satu menyusul yang lainnya sama seperti yang terjadi dengan tanduk kecil dan ketiga tanduk lainnya yang telah “tercabut” dari binatang yang tak tergambarkan dari Daniel 7 : 7. Metode yang sama ini pun dianut terhadap “kambing jantan.” Sesudah tanduk yang besar itu patah (Alexander), maka muncullah pada tempatnya empat tanduk (empat bagian dari Grika), dan setelah ini muncullah tanduk yang sangat besar itu yang sejak semula melambangkan Romawi. (Daniel 8 : 8, 9).
Di mana sistem-sistem dan pemerintahan-pemerintahan tidak semuanya terdapat pada waktu yang bersamaan, maka simbol-simbol menunjukkan keadaannya yang berurutan. Faktor lain untuk diperhatikan ialah bahwa setiap simbol dari keseluruhan proses kemunculan binatang-binatang itu menunjukkan kenyataan-kenyataan yang akan jadi dalam masa periode yang dilambangkan oleh masing-masing binatang, dan tidak satu pun dari mereka itu menunjuk kepada sesuatu perkara di masa lampau, terkecuali sifat-sifat tabiat keturunan dari leluhurnya.
Oleh karena itu, kepala-kepala atau pun tanduk-tanduk tidak akan menunjuk kepada setiap perkara apapun sebelum ataupun sesudah masa periode yang dilambangkan oleh binatang itu juga adalah tidak alamiah bagi kepala-kepala (anggota-anggota tubuh binatang itu) untuk berada sebelum atau sesudah adanya binatangnya sendiri. Oleh sebab itu, tidak akan konsisten untuk menyimpulkan, bahwa tanduk-tanduk maupun kepala-kepala itu dapat menunjukkan sistem-sistem yang berurutan sepanjang semuanya itu terlihat pada masa tindakan penutupan dari binatang itu. Binatang yang menyerupai harimau kumbang dalam keadaannya yang luka tak dapat tiada dimaksudkan untuk menunjukkan secara nubuatan kepada kondisi yang ada dalam peradaban sekarang.
Lambang dari Kepala-Kepala
Adalah tidak mungkin bahwa baik tanduk-tanduk maupun kepala-kepala kedua-duanya melambangkan pemerintahan-pemerintahan sipil atau raja-raja. Jika tanduk-tanduk melambangkan pihak politikus, maka kepala-kepala tidak mungkin juga melambangkannya. Dari hal binatang yang menyerupai harimau kumbang, Yahya mengatakan, “Aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu bagaikan terluka yang membawa mati.” Karena “kepala” yang “terluka” itu melambangkan suatu badan agama, maka keseluruhan tujuh kepala itu harus melambangkan badan-badan organisasi agama, karena semua kepala-kepala itu adalah sama, terkecuali kepala yang terluka. Demikianlah suatu kenyataan yang tak mungkin salah, bahwa simbol-simbol itu adalah dimaksudkan untuk mengungkapkan baik pihak pemerintahan sipil maupun pihak penguasa agama dari dunia yang ada.
Mahkota-mahkota melambangkan kekuasaan sipil seperti yang dijelaskan terdahulu. Kalau saja mahkota-mahkota itu terdapat pada kepala-kepala seperti halnya pada ular naga dari Wahyu 12 : 3, maka itu akan menunjukkan bahwa gereja-gereja sedang menggunakan bantuan kekuatan sipil untuk mengembangkan dogma mereka seperti halnya di masa kekaizaran dan kepausan Romawi, yang dilambangkan oleh ular naga itu. Tetapi karena mahkota-mahkota itu berada pada tanduk-tanduk, dan negara adalah terlepas dari gereja, maka itu membuktikan simbol itu oleh mahkota-mahkotanya adalah benar. Karena kenyataan-kenyataan yang dikemukakan mengenai keadaan dari simbol-simbol itu tidak dapat dibantah, terbuktilah bahwa kita memiliki suatu landasan yang pasti bagi pengaplikasian simbol-simbol itu.
Binatang yang menyerupai harimau kumbang itu adalah turunan dari empat kerajaan kuno. Oleh sebab itu, ia melambangkan dunia, tetapi lebih tepat lagi yaitu keseluruhan peradaban barat berikut pemerintahan-pemerintahan sipil dan organisasi-organisasi agamanya. Akibatnya kepala-kepala itu melambangkan hanya dunia Kristen saja. Yahya mengatakan: “Binatang itu memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk dan diatas tanduk-tanduknya itu terdapat sepuluh mahkota, dan di atas kepala-kepalanya itu terdapat nama hojat.” Kenyataan bahwa terdapat nama hojat di atas kepala-kepala itu merupakan suatu bukti tambahan bahwa semuanya itu hanya dapat melambangkan badan-badan organisasi agama, sebab hojat adalah sama saja dengan munafik, dan munafik berarti suatu usaha untuk mencampur adukkan yang suci dengan yang biasa. Tetapi Tuhan berfirman: “Aku tahu hojat mereka itu yang mengatakan mereka adalah orang-orang Yahudi (orang-orang Kristen), tetapi bukan, melainkan mereka adalah jemaat Iblis.” (Wahyu 2 : 9). “Demikianlah Himeneus dan Alexander yang sudah aku serahkan kepada Iblis, supaya mereka itu diajar jangan menghojat.” (1 Timotius 1 : 20). “Sebab itu, hai anak Adam, berkatalah kepada bangsa Israel dan katakanlah kepadanya, demikianlah firman Tuhan Hua, dalam ini pun segala bapamu sudah menghojat Aku, dalam hal itu mereka sudah mendurhaka melawan Aku.” (Yeheskiel 20 : 27). Baik kejahatanmu baik kejahatan segala nenek moyangmu yang sudah membakar dupa di atas gunung dan yang menghojat Aku di atas bukit-bukit, demikianlah firman Tuhan; sebab itu upah segala perbuatannya yang dahulu itu akan kusukatkan kelak ke dalam ribaan mereka itu.” (Yesaya 65 : 7). Pendurhakaan terhadap Firman Allah ialah hojat.”
Dengan sendirinya timbul pertanyaan, siapakah yang merupakan gereja-gereja yang menghojat ini? Mereka tak dapat tiada banyak jumlahnya; bayangkanlah begitu banyak sekte yang ada. Firman nubuatan dari Allah, berbicara mengenai masa yang ada ini menegaskan: “Pertama-tama sekali ingatlah, bahwa pada akhir zaman akan datang kelak pengolok-olok yang berjalan menurut hawa nafsunya sendiri.” (2 Petrus 3 : 3). “Karena masanya akan datang kelak manakala orang tiadatahan akan pelajaran yang benar, tetapi sebab gatal telinganya hendak mendengar, maka dihimpunkannya guru-guru bagi dirinya sendiri menuruthawanafsunya sendiri; maka mereka akan berpaling telinganya dari pada kebenaran, lalu menyimpang kepada segala ceritera bohong.” (2 Timotius 4 : 3, 4)
Apakah yang menimbulkan kekacauan masa sekarang ini ? Sebab mereka telah berpaling dari kebenaran Alkitab yang murni, inilah satu-satunya jawaban yang dapat diberikan. Mungkinkah bahwa semua dapat benar sementara dua orang saja pun tidak ada yang sama percayanya, dengan hanya sebuah Alkitab, sebuah Injil, satu Tuhan, satu neraka yang ditinggalkan dan satu sorga yang dikejar? Yesus mengatakan : “Ada lagi pada-Ku domba lain yang bukan berasal dari kandang ini; semua itu juga harus Ku-bawa, dan domba-domba itu akan mendengar suara-Ku, lalu akan menjadi sekawan, dan gembala seorang saja.” (Yahya 10 : 16).
Kekacauan Setan yang sedemikian seperti halnya kekacauan yang pada sekarang ini sedang akan timbul di masa rasul Paulus yang lalu. Sementara Roh Allah menggerakkan dia, maka diucapkannya kata-kata dengan suatu teguran keras sebagai berikut: “Hai Saudara-Saudaraku, sekarang aku minta kepadamu demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya hendaklah kamu berbicara perkara yang sama, dan supaya tidak terdapat perpecahan di antara kamu, melainkan supaya kamu sekalian bersatu dengan satu hati dan satu keputusan. Karena sudah diberitahukan kepadaku dari hal kamu, hai Saudara-Saudaraku, oleh isi rumah Chelu, bahwa ada terdapat pertengkaran di antara kamu. Kini aku tegaskan, bahwa masing-masing kamu mengatakan: bahwa aku ini dari pihak Paulus, aku ini dari pihak Apolos, aku ini dari pihak Kepas, aku ini dari pihak Kristus.” Adakah Kristus itu terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau dengan nama Pauluskah kamu dibaptiskan? (1 Korinthi 1 : 10 – 13). Betapa besarnya perbedaan di antara kedudukan yang diambil oleh hamba Allah yang dipenuhi Roh dan rasul-rasul ciptaan sendiri yang ada sekarang.
Yesus mengatakan, “Semua perkara ini akan diperbuat mereka itu kepadamu, sebab tiada dikenalnya Bapa atau Aku.” (Yahya 16 : 3). Kalau saja apa yang disebut pemimpin-pemimpin Kristen ini telah dipimpin oleh Roh Allah, maka mereka sudah akan meniru teladan yang dikemukakan oleh para nabi dan para rasul; maka tidak mungkin terdapat perpecahan apapun dalam kebenaran Alkitab. Keadaan pada waktu ini betul-betul merupakan suatu hojat dan menggenapi kata-kata Tuhan yang berbunyi: “Karena akan bangkit kelak Kristus-Kristus palsu, dan nabi-nabi palsu, dan akan menunjukkan tanda-tanda ajaib yang besar-besar; yang sedemikian itu, sehingga jika mungkin mereka akan menyesatkan orang-orang pilihan.” (Matius 24 : 24).
Melihat kepada kekacauan yang besar ini, terdapat kesulitan yang nyata untuk dengan cepat menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Yesus mengatakan: “Lagi pula Aku berkata kepadamu: Bahwa jikalau dua orang dari padamu sepakat di atas bumi ini dalam barang sesuatu yang hendak dipintanya, ia itu akan diadakan baginya oleh BapaKu yang disorga.” (Matius 18 : 19). Tidak ada lagi yang dapat lebih berkenan bagi Allah dari pada bagi salah satu dari pada anak-anak-Nya untuk meminta jalan kebenaran dengan sejujurnya. Oleh sebab itu, orang yang sedemikian ini tidak akan dibiarkan dalam kegelapan: “Pintalah, maka ia itu akan diberikan kepadamu; carilah, maka engkau akan dapat; ketoklah, maka ia itu akan dibukakan kepadamu.” (Matius 7 : 7).
Jika orang menghiraukan mencari kebenaran, maka itu dapat dengan mudah terlaksana. Tetapi kenyataannya ialah, bahwa mereka tidak menghiraukannya. Orang banyak lebih suka tertipu dari pada memohon kepada Allah untuk menunjukkan kepada mereka kebenaran-Nya. Benar, mereka berdoa, tetapi doa mereka tidak didengar, sebab: “Barangsiapa yang memalingkan telinganya dari mendengarkan hukum, bahkan doanyasekalipun akan merupakan kekejian.” (Amsal Solaiman 28 : 9). Orang-orang yang disebut Kristen masa kini, mengatakan, “Bahwa Injil adalah terdapat dalam Wasiat Lama dan hanya berlaku bagi orang-orang Yahudi saja.” Kita menoleh kepada Wasiat Baru untuk mendapatkan terang bagi masalah ini sebagai berikut: “Sebab itu barangsiapa hendak merombak salah satu dari perintah-perintah yangterkecil ini, dan akan mengajarkan demikian ini kepada orang lain, ia akan disebut yang terkecil di dalam kerajaan sorga; tetapi barangsiapa yang akan melakukan dan mengajarkan semuanya, ia akan disebut besar di dalam kerajaan sorga.” (Matius 5 : 19). Orang yang setia hatinya, dengan heran, mendengarkan pada waktu itu kata-kata orang pengolok-olok yang tak beriman yang berbunyi: “Itu bukan dimaksudkan kepada hukum Allah; itu adalah perintah dari Yesus: Hendaklah kamu mengasihi sesamamu seperti akan dirimu sendiri.” Benar, tetapi yang manakah dari sepuluh perintah itu yang dapat kamu rombak, lalu juga kamu penuhi perintah-perintah dari Yesus? Maka jika kamu mengasihi sesamamu, maukah kamu mempermalukan Allahmu? Bukankah empat perintah yang pertama itu dipatuhi untuk menunjukkan hormat kepada Allah; dan enam perintah yang terakhir itu untuk menguji berapa besar kasih kita kepada sesama manusia?
Yesus mengatakan: “Pada kedua perintah inilah bergantung semua hukum Torat dan kitab nabi-nabi.” (Matius 22 : 40). Adakah Putera Allah yang tunggal itu bekerja bertentangan dengan Bapa-Nya? “Wahyu dari Yesus Kristus, yang diberikan Allah kepada-Nya, untuk menunjukkan kepada semua hamba-Nya perkara-perkara yang tak dapat tiada akan jadi dengan segeranya; maka disuruh-Nya malaikat-Nya memberitahukannya kepada hamba-Nya Yahya.” (Wahyu 1 : 1). “Disinilah terdapat sabar dari orang-orang saleh: inilah mereka yang memeliharakan perintah-perintahAllah, dan iman dari Yesus.” (Wahyu 14 : 12). Tidakkah Yesus mengatakan, bahwa orang-orang saleh-Nya memeliharakan perintah-perintah Allah? Kembali lagi pikiran yang berdosa mengemukakan sanggahannya sebagai berikut: “Mereka itu memeliharakan perintah-perintah Allah, tetapi bukan hukum.” Tetapi Roh menjelaskan: “Jika kamu menilik akan rupa orang, kamu berbuat dosa, dan kamu dihukumkan oleh hukum itu sebagai pelanggar-pelanggar hukum. Karena barangsiapa yang memegang segenap hukum, tetapi melangkah salah satu perkara, maka salahlah iaterhadap semuanya. Karena Ia yang berfirman: ‘Jangan berzinah, Ia juga berfirman, ‘Jangan membunuh.’ Jikalau engkau tiada berzinah, tetapi membunuh, niscaya engkau sudah menjadi orang yang melanggar hukum. Katakanlah begitu dan turutlah begitu seperti orang yang akan dihakimkan oleh hukum kemerdekaan.” (Yakub 2 : 9 – 12). “Berbahagialah segala orang yang melakukan perintah-perintahNya, sehingga mereka itu berhak menghampiri pohon hayat itu, dan boleh masuk melalui pintu-pintu gerbang ke dalam negeri itu.” (Wahyu 22 : 14).
Pemeliharaan terhadap perintah-perintah-Nya adalah ticket untuk masuk sorga. “Akan Torat dan akan Kesaksian: jika mereka berbicara tidak sesuai dengan perkataan ini, itu adalah karena tidak ada terang dalam mereka.” (Yesaya 8 : 20). “Karena pikiran tabiat duniawi itu bermusuhan melawan Allah: karena ia itu tidak tunduk kepada hukumAllah, bahkan juga tidak dapat.” (Rum 8 : 7). “Barangsiapa yang mengatakan, aku kenal Dia, tetapi tidak memeliharakan perintah-perintah-Nya, ia adalah pembohong, maka kebenaran tidak terdapat di dalamnya.” (Yahya 2 : 4). Sesudah lepas dari lubang penglihatan iblis yang satu, pikiran tabiat duniawi itu berpegang lagi kepada yang lainnya; memutuskan untuk melayani iblis dan menyesatkan dirinya sendiri, lalu dengan angkuhnya ia mengucapkan kata-kata, “Kami tidak memeliharakan hukum itu sesuai hurufnya melainkan sesuai dengan Roh, ‘Sebab huruf itu membunuh tetapi Roh memberikan kehidupan.” Kekeliruannya terhadap apa yang diartikan dengan kebenaran memimpinnya untuk percaya, bahwa untuk memeliharakan Hukum sesuai dengan Roh ia harus mengesampingkan Firman Allah yang tertulis, dan memeliharakan Hukum Ilahi itu sesuai dengan cara-caranya sendiri, dan selaras dengan pikiran tabiatnya yang berdosa itu; membatalkan tulisan Yehovah sendiri (Lihat Keluaran 31 : 18), lalu dengan demikian meninggikan yang sia-sia di atas Yang Tak Terhingga. Betapa besarnya hojat yang dapat melibatkan seseorang sedemikian ini? Berikut ini kami kemukakan suatu penjelasan singkat mengenai masalah ini.
Memeliharakan hukum sesuai dengan hurufnya ialah mendirikan sebuah tembok mengelilinginya seperti yang diperbuat oleh orang-orang Parisi yang sombong dahulu. Kami kutip 1 Yahya 3 : 15 yang berbunyi sebagai berikut: “Siapapun juga yang membenci saudaranya ialah pembunuh.” Oleh karena itu, walaupun kita tidak membunuh, tetapi membenci saudara kita, kita telah mematuhi hukum itu dengan tidak bersalah sesuai dengan hurufnya, tetapi bukan sesuai dengan Rohnya. Mematuhi hukum sesuai dengan Roh mempunyai pengertian yang lebih luas dari pada yang dapat ditangkap oleh pikiran tabiat yang berdosa. Jika saya harus mematuhi semua hukum, maka saya harus mematuhi seluruh Firman Allah dalam segala hal, sebab jika tidak, maka saya akan menghina Dia, dan saya akan menjadi seorang pelanggar hukum seperti seorang anak durhaka yang mempermalukan orangtuanya di bumi, dan menjadi bersalah melawan perintah ke lima di dalam hukum itu.
“Adakah kita diselamatkan oleh hukum Torat?’ Tentunya tidak! Kita diadili oleh hukum Torat. Dengan demikian, jika kita dengan sengaja melanggar Firman Allah, maka kita jatuh di bawah tuduhan bersalah dari hukum Torat. “Karena jika kita berbuat dosa dengan sengaja kemudian dari pada kita telah beroleh pengenalan akan yang benar itu, maka tidak ada lagi korban karena dosa.” (Iberani 10 : 26). Tetapi jika kita mencintai pembenaran dari Allah seperti yang dikemukakan di dalam hukum-Nya, dan berketetapan hati untuk mematuhi Firman-Nya yang Suci dimana saja dijumpai (di dalam Alkitab atau pun Roh Nubuat) sesuai dengan ungkapan dari Roh-Nya, maka kita akan memperoleh kuasa yang memungkinkan kita untuk memenuhi maksud ilahi, lalu olehnya juga dosa-dosa kita dihapuskan oleh darah Kristus, dan demikianlah kita dibuat menjadi merdeka dari hukum itu berikut tuduhannya – kita ditempatkan di bawah karunia ilahi.
Benar adanya, bahwa banyak orang suka disesatkan, mereka menyombongkan dirinya bahwa mereka berada dalam perjalanan ke sorga, sementara sebaliknya Setan sedang mengedipkan mata karena kebodohan mereka itu. Firman Allah menegaskan: “Maka banyak orang akan mengikuti jalan-jalan mereka yang jahat, dan jalan yang benar akan dicela orang oleh sebab mereka itu.” Tetapi orang-orang ini, bagaikan binatang-binatang alamiah yang bengis, yang diciptakan untuk ditangkap dan dibinasakan, mencela segala perkara yang mereka sendiri tidak mengerti; maka mereka akan sepenuhnya binasa dalam kejahatannya sendiri.” (2 Petrus 2 : 2, 12). Ini membuktikan bagaimana semangat untuk membela golongan agama sendiri telah muncul.
Sebagaimana telah dibuktikan dan telah diterima secara umum, bahwa “tujuh sidang” dari buku Wahyu itu, pasal dua dan tiga, melambangkan sejarah gereja dalam sejarah Kristen, ternyata bahwa sidang telah terbagi dalam tujuh bagian. Laodikea merupakan yang terakhir, ia pun berada dalam bahaya kejatuhan sesuai dengan kesaksian dari saksi yang benar sebagai berikut: “Oleh sebab engkau begitu suam, dan hangat pun tidak sejuk pun tidak, maka Aku hendakmeludahkan kamu keluar dari dalam mulut-Ku.” (Wahyu 3 : 16). Allah telah mengirimkan pekabaran demi pekabaran untuk memberikan terang ke atas Firman tertulis-Nya. Semuanya itu dimaksudkan untuk memperbaiki yang salah, menegor dosa, dan memperbaiki orang berdosa; tetapi para pemimpin dari masing-masing sidang itu membuang pekabaran-pekabaran itu, dan sebagian kecil orang-orang yang rela mengorbankan segala-galanya untuk mendapatkan kebenaran itu telah dipaksa untuk berpisah meninggalkan gereja-gereja dan maju terus dengan terang itu. Kalau saja para pemimpin mau rela memperbaiki kekeliruan-kekeliruan mereka lalu menyucikan sidang, maka sudah akan ada hanya satu sidang saja. Oleh penolakan terhadap kebenaran itu, maka masing-masing sidang memutuskan dirinya sendiri dari jangkauan lengan Allah. Dengan demikian, tidak ada satu pun dari sidang-sidang ini memiliki terang tambahan atas Firman Injil dari pada apa yang telah diberikan kepada mereka oleh para pendiri dari masing-masing pergerakan sidang mereka itu. Kenyataan ini membuktikan benarnya nubuatan Firman Allah, dan makin tua periode sidang itu makin besar tuduhan hukumannya. Oleh sebab itu, maka semua sidang ini dilambangkan dengan “kepala-kepala”; “nama hojat” di atas seluruh kepala-kepala itu, menunjukkan kejatuhan mereka. Kalau mereka menolak juga panggilan yang terakhir ini, maka ungkapan dari semua kenyataan ini akan berdiri menentang mereka, dan akan mendatangkan kehancuran mereka yang terakhir.
Pekabaran mengenai mereka yang 144.000 itu, serta suatu seruan bagi reformasi yang disampaikan kepada gereja Masehi Advent Hari Ke-tujuh dalam tahun 1930 telah sama juga ditolak. Oleh karena itu, sebagaimana halnya para pemimpin dari sidang-sidang belum pernah menyambut sesuatu pekabaran pada masa manapun, maka mereka tentunya sedang menggenapi kata-kata nubuatan berikut ini: “Orang-orang bijaksana akanmenjadi malu, mereka akan terkejut dan tertangkap; sesungguhnya mereka telah menolak firman Tuhan; maka kebijaksanaan apakah yang masih ada pada mereka?” … Karena segala gembala akan menjadi bodoh, tiada dicarinya Tuhan, sebab itu mereka tidak akan berbahagia, dan semua kawanan dombanya akan tercerai-berai.” (Yeremiah 8 : 9 ; 10 : 21, terjemahan yang lebih tepat).
“Tujuh kepala” dari “binatang yang menyerupai harimau kumbang” itu melambangkan rahasia dari kemunafikan dan ketidak-berimanan ini, menunjukkan bagaimana masing-masingnya jatuh ke dalam jerat yang ditujunya. Oleh karena itu, semenjak dari masa Luther dan seterusnya Allah telah membiarkan agar umat-Nya dihanyutkan oleh air bah kepunyaan Setan (orang-orang yang tidak bertobat). Dengan demikian Ia terus memanggil sidang-Nya dari pergerakan yang satu kepada pergerakan yang lain.
Oleh sebab itu, mereka yang merendahkan standard dan menolak untuk bereformasi mengikuti suara trompet, mereka adalah orang-orang yang menciptakan perpecahan di dalam sidang Allah. “Sekarang aku pinta kepadamu Saudara-Saudaraku, tandailah mereka yang menciptakan perpecahan dan perselisihan yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu pelajari; maka jauhilah mereka itu. Sebab orang-orang yang sedemikian itu tidak berbakti kepada Tuhan kita Yesus Kristus, melainkan melayani perut merekasendiri; dan dengan kata-kata yang manis dan pidato-pidato yang menarik mereka menyesatkan orang-orang yang tulus hatinya.” (Rum 16 : 17, 18).
Karena sejarah gereja adalah sedemikian ini, dan bagian gereja yang terakhir (Orang-orang Laodikea) berada dalam keadaan yang terburuk, dan berada di bawah tuduhan yang lebih keras lagi dari pada setiap sidang sebelumnya, dan karena tidak ada lagi waktu yang tinggal untuk membangkitkan suatu pergerakan yang baru, maka suatu pekabaran mengenai terang yang mentaajubkan dan teguran yang tegas melalui Firman Allah, disertai manifestasi-manifestasi mengenai keputusan-keputusan ilahi, adalah satu-satunya obat yang dapat membawakan pertobatan yang benar dan pembaharuan. Demikianlah mempersiapkan sebuah sidang untuk berdiri “dengan tiada bercacad-cela, berkerut atau pun sesuatu perkara yang sedemikian ini,” yang hanya olehnya juga dapat dikatakan: “Maka naiklah amarah naga akan perempuan itu (sidang sebagai sebuah badan) lalu pergi memerangi yang lagi tinggal dari pada benihnya, yaitu mereka yang memeliharakan hukum-hukum Allah, dan yang memiliki kesaksian dari Yesus Kristus,” (Wahyu 12 : 17). Adalah karena kesucian dari pada sidang yang telah menimbulkan amarah dari naga itu.
“Tujuh sidang” ini pun dilambangkan oleh “tujuh kaki dian” dan kepemimpinan dari pada sidang-sidang ini dilambangkan oleh “tujuh malaikat.” Demikianlah kita baca: “Adapun akan rahasia tentang tujuh bintang yang engkau tampak di dalam tangan kananku, dan tujuh kakidian emas itu, ketahuilah: Ketujuh bintang itu ialah malaikat-malaikatdari tujuh sidang itu; dan tujuh kakidian itu ialah tujuh sidang Jemaat.” (Wahyu 1 : 20). “Maka kepada Malaikat dari sidangnya orang-orang Laodikea tuliskanlah.” (Wahyu 3 : 14). Perhatikanlah pekabaran itu ditujukan kepada malaikat (kepemimpinan), dan bukan kepada kakidian (sidang jemaat sebagai sebuah badan). Oleh karena itu, tuduhan itu bukanlah ditujukan kepada kakidian, melainkan kepada malaikat. “Sebab katamu, aku kaya, dan bertambah-tambah dengan kekayaaan, dan tidak kekurangan barang sesuatu pun; dan tidak mengetahui bahwa engkau adalah orang yang malang, dan sengsara, dan miskin, dan buta, dan bertelanjang.” (Wahyu 3 : 17). Saudara-saudaraku, ini bukan ditujukan kepada kamu, karena adalah Kristus yang berbicara, yang telah mati bagimu, terkecuali jika engkau tidak mau merubah jalan kehidupanmu.
Jika Kristus, oleh menghimpunkan tujuh sidang ini ke dalam sebuah kelompok yang terdiri dari tujuh kakidian dan memberikan catatan yang tergelap terhadap sidang yang terakhir, tidak juga menyebutkan orang-orang Laodikea itu Babil, maka demikian pula interpretasi mengenai ‘kepala-kepala’ itu tidak akan berbuat begitu. Bukannya karena orang-orang Laodikea itu lebih baik sehingga mereka tidak disebut Babil, karena catatan mengenai diri mereka adalah terburuk, melainkan adalah untuk menunjukkan bahwa karena alasan bertambahnya terang mereka, maka Ia akan melayani mereka secara terpisah. Adalah untuk membuktikan, bahwa jika “malaikat” (kepemimpinan) dari sidangnya orang-orang Laodikea menolak pekabaran dari “Saksi Yang Benar,” maka Ia tak dapat memanggil mereka yang 144.000 itu keluar dari antara mereka itu masuk ke dalam sesuatu pergerakan yang lain melalui panggilan dari Wahyu 18 yang berbunyi, “Keluarlah dari padanya hai umat-Ku supaya jangan kamu terbabit dengan segala dosanya, dan supaya jangan kamu ikut terkena segala celakanya,” (ayat 4), melainkan sebaliknya melalui pekabaran dari Wahyu 7 dan Yeheskiel 9. Dengan demikian secepat mungkin melepaskan umat-Nya, dan selekasnya “menyelesaikan pekerjaan dan mempersingkatkannya dalam kebenaran; sebab suatu tugas yang singkat hendak Tuhan lakukan di atas bumi.” (Rum 9 : 28).
Durhaka terhadap Firman Allah adalah hojat, dan hojat ialah kemunafikan; yaitu yang dikatakan, bahwa mereka bukanlah sebagaimana yang mereka mengakui dirinya. Kemunafikan menyembunyikan tangisan-tangisan dosa di bawah selubung kebaikan. Dosa munafik seperti ini sukar sekali untuk disembuhkan karena tidak mudah ia itu ditemui oleh manusia. Kita tidak dapat memahami hati orang lain. Kita juga tidak dapat membedakan di antara selubung kemunafikan dan kehidupan yang suci. Asal mulanya suatu penipuan rohani dari suatu keadaan bukan dari sifat azasi manusia. Oleh sebab itu, rencananya adalah sangat licik sehingga ia itu tidak dapat dilihat oleh penglihatan manusia yang serba terbatas. Jenis penipuan ini hanya dapat dikenal di bawah penglihatan yang saksama dari Firman Allah yang suci dan oleh bantuan Roh-Nya.
“Cara-cara yang efektif untuk mengobati perencanaan penipuan yang tersusun rapih sedemikian ini ialah dengan suatu keyakinan yang teguh bahwa ada suatu mata Allah yang melihat semua; yang melihat akan dosa itu di manapun juga berada, dan yang akan membawanya ke dalam pehukuman. Seorang munafik dapat saja menyembunyikan dosanya dari penglihatan orang lain bahkan kadang-kadang dari hati kecilnya sendiri, tetapi ia itu tidak pernah mungkin tersembunyi dari Allah.” Paulus, dalam memandang ke depan kepada suatu masa yang sedemikian ini, mengatakan sebagai berikut: “Karena masanya akan datang apabila orang tidak akan tahan terhadap pengajaran yang benar; tetapi sebab gatal telinganya hendak mendengar, maka dihimpunkannya guru-guru bagi dirinya menurut hawa nafsunya sendiri. Maka dipalingkannya telinganya dari pada kebenaran, lalu menyimpang kepada semua ceritera bohong.” (2 Timotius 4 : 3, 4). “Jikalau begitu, hai engkau yang mengajar orang lain, tiadakah engkau mengajar akan dirimu sendiri? Engkau yang mengajarkan bahwa jangan orang mencuri, tetapi engkau mencurikah? Engkau yang mengatakan, bahwa orang jangan berzinah. Tetapi engkau berzinahkah? Engkau yang membenci segala berhala, tetapi engkau rampaskah rumah berhala? Engkau yang memegahkan dirimu dalam hal torat, tetapi Engkau menghinakan Allah dengan melanggar hukum torat?” (Rum 2 : 21 – 23). Bagi orang-orang yang acuh tak acuh dan yang sembrono; Ayub menegaskan sebagai berikut: “Bahwa anak sulung maut itu menelan kekuasaan kulit tubuhnya bahkan kekuatannya.” (Ayub 18 : 13).
Tujuh kepala itu secara simbolis akan menunjukkan kepada ‘tempat-tempat yang tinggi’ ini yang dipimpin oleh para pemimpin yang tidak suci yang telah mencoba untuk mencampuradukkan perkara-perkara yang suci dengan yang biasa, dan yang menolak untuk mendengarkan Firman Tuhan. Angka bilangan Alkitab ‘tujuh’ menunjukkan kepada kelengkapan, yang dengan sendirinya akan meliputi seluruh dunia Kristen pada masa kebenaran nubuatan ini diungkapkan untuk diketahui umum. Kemunafikan yang sedemikian ini bukanlah sesuatu yang asing dalam sejarah umat Allah, karena berulang kali sidang telah jatuh dihanyutkan oleh air bah Setan itu. Di masa Luther keadaannya adalah sama buruknya seperti pada masa sidang menyalibkan Kristus dahulu.
Jika generasi ini adalah lebih jahat dari pada setiap generasi yang mendahuluinya, maka apakah yang dapat membuat sidang tahan uji terhadap sesuatu kemurtadan yang sedemikian? Adalah diakui oleh kebanyakan siswa Alkitab, bahwa nubuatan-nubuatan yang seperti ini hanya akan dapat dimengerti apabila objek nubuatan yang dikemukakan telah sepenuhnya berkembang. Oleh sebab itu, sekaranglah masanya di mana simbol-simbol itu berbicara. Tetapi ada suatu segi lain lagi untuk ini, dengan mana kami akan membuktikan bahwa semua fakta yang dikemukakan adalah benar.
Sebuah Kepala Terluka Membawa Mati
Yahya mengatakan: “Aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu bagaikan terluka membawa mati.” Karena kepala yang terluka itu menunjuk kepada pukulan yang dilakukan oleh Luther terhadap kepausan, maka pengasingan paus dalam tahun 1798 merupakan pertanda mengenai lengkapnya luka itu dan bahwa periode nubuatan itu telah berakhir. Dengan demikian menggenapi kata-kata yang berbunyi: “Barangsiapa yang membawa orang ke dalam tawanan ia sendiri tak dapat tiada masuk ke dalam tawanan. (Wahyu 13 : 10). Kalau saja penguasa kepausan tidak memperoleh luka yang membawa mati oleh Luther, maka paus tidak mungkin dapat dimasukkan ke dalam penjara oleh jenderal Prancis, sebab sebelum kekuasaan kepausan itu dilukai oleh pedangnya Luther paus memerintah dengan penuh kekuasaan. Tetapi pukulan itulah yang telah melemahkan kekuasaannya, maka akibatnya faham Protestan telah muncul ke atas gelanggang. Pukulan yang terus menerus mulai melukai “kepala” itu, sampai pada akhirnya paus dimasukkan ke dalam penjara. Pukulan itu terus berlangsung sampai tahun 1870, pada waktu mana akhirnya kekuasaan sementara kepausan lalu disingkirkan. Itu merupakan gangguan terakhir dari ‘kepala’ itu, maka ini menunjukkan bahwa ia itu dibiarkan sampai sembuh sendiri “lukanya yang membawa mati” itu.
Dengan mengutip kata-kata Luther yang menjelaskan bagaimana kepausan telah dilukai sebagai berikut: “Saya kemukakan firman Allah; saya berhotbah dan menulis —- semuanya inilah yang saya lakukan. Dan walaupun selagi saya tidur, — firman yang telah saya hotbahkan itulah yang telah meruntuhkan kekuasaan kepausan, sehingga bukan penghulu atau pun kaizar yang telah menimbulkankehancuran yang sebesar itu. Tetapi pun saya tidak berbuat apa-apa; Firman itu sendirilah yang telah melakukannya.” – Great Controversy, halaman 190. “Saya memulai pekerjaan ini dengan nama Allah,” demikian kata Luther, itu pun akan berakhir bukan oleh saya, melainkan olehkuasa-Nya.” – Great Controversy, halaman 142. Janganlah seorang pun salah menafsirkan ucapan yang berikut ini karena penulis yang sama itu juga yang telah menuliskan kedua-duanya. Oleh sebab itu adalah tidak adil untuk salah mengartikan ucapan yang satunya, karena dengan berbuat begitu kita akan membuat yang satunya tidak harmonis terhadap yang lainnya. Berbicara mengenai 1260 tahun itu kita baca sebagai berikut: “Periode ini, sebagaimana dikemukakan di dalam pasal-pasal yang terdahulu, dimulai dengan unggul-nya kekuasaan kepausan, tahun 538, dan berakhir dalam tahun 1798. Pada waktu itu, paus telah ditawan oleh tentara Perancis, maka kekuasaan kepausan memperoleh lukanya yang membawa mati, dan ramalanitu genaplah, “Barang-siapa yang memasukkan orangke dalam tawanan ia sendiri tak dapat tiada akan masukke dalam tawanan!” (Ayat 10). Maukah kita mengabaikan Allah dan Roh-Nya, lalu menjadikan Berthier sebagai orang yang menimbulkan luka yang membawa mati itu, lalu dengan demikian membenarkan kebodohan?
Lukanya Yang Membawa Mati Itu Sembuh
“Maka aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu terluka membawa mati; dan lukanya yang membawa matiitu sembuhlah sudah; maka seluruh dunia heran akan binatang itu.” (Wahyu 13 : 3). William Miller memberitakan periode nubuatan tentang 2300 hari itu sebelum tahun 1844. Nubuatan yang ajaib itu telah disampaikan kepada dunia Kristen dengan kuasa besar oleh Roh Allah. Walaupun para pemimpin dari gereja-gereja yang semula itu tidak dapat menentang melawan kebenaran yang disampaikan oleh Miller, mereka memalingkan juga telinganya dari pada mendengarkan ajaran doktrin yang diajarkan olehnya.
Tetapi karena telah datang kekecewaan besar dalam tahun 1844 karena salah pengertian terhadap apa yang akan jadi pada akhir dari periode nubuatan itu, maka pergerakan yang diciptakan oleh Miller itu berakhirlah sudah. Pekabaran malaikat yang kedua dari Wahyu 14 : 8, telah memberitakan bahwa Babil (gereja-gereja yang mendahului tahun 1844) telah jatuh. Itu artinya, bahwa Allah tidak akan membiarkan terang apapun juga bercahaya atas firman-Nya melalui gereja-gereja yang jatuh ini. Kalau saja Allah tidak memanggil keluar suatu pergerakan Protestan yang lain lagi, maka luka yang membawa mati itu sudah akan sembuh pada waktu itu.
Oleh perantaraan pergerakan panggilan ilahi itu, dan yang dibantu oleh tulisan-tulisan “Roh Nubuatan,” maka maksud Allah adalah mempertahankan “luka yang membawa mati itu” tetap pada “kepala” binatang itu. Tetapi nubuatan Firman Allah mengatakan: “Lukanya yang membawa mati itu sembuhlah sudah.” Karena Firman Allah yang Suci menyatakan bahwa lukanya itu sembuhlah sudah, dan karena nubuatan tidak dapat gagal, maka pastilah bahwa luka itu “sembuhlah” sudah.
Tetapi karena Protestantisme oleh mematuhi Firman Allah telah menimbulkan luka itu, maka hanya Protestantismeyang benar saja yang akan dapat mempertahankan luka yang menyakitkan itu pada kepala binatang itu. Jika luka itu sembuh, maka terbuktilah, bahwa mereka yang dipercayakan Allah dengan pekabaran bagi sebuah dunia yang akan binasa, tentu telah dikalahkan dengan cara yang sama seperti yang dialami oleh setiap pergerakan yang ada semenjak permulaan dunia. Adalah sesuatu perkara yang ajaib untuk dicatat bagaimana musuh yang tua itu telah berhasil mencemarkan sidang dalam setiap masa melalui kepemimpinannya sendiri. Kepintaran manusia yang tertinggi terus menerus dibawa ke dalam kekeliruan sehingga dengan demikian mereka melayani Setan bagi kejatuhannya sendiri. Tidakkah pernah umat Allah mau mengambil manfaat dari semua kenyataan sejarah dan Alkitab ini? Bukankah segala perkara ini tertulis sebagai nasehat bagi orang-orang yang hidup di akhir zaman? Allah, melalui FirmanNya yang Suci memerintahkan sebagai berikut: “Berhentilah bergantung pada manusia, yaitu mereka yang napas hidupnya terdapat di dalam lubang-lubang hidungnya; karena dalam apakah ia dipertanggung-jawabkan?” (Yesaya 2 : 22).
Sebagaimana telah diakui, bahwa pengasingan paus dalam tahun 1798 itu merupakan suatu pertanda, bahwa pukulan yang membuat luka telah selesai dilakukan, maka dengan begitu karena ia telah berhasil lagi memperoleh kekuasaannya yang ada, ini membuktikan selanjutnya bahwa lukanya itu telah sembuh. Kenyataan-kenyataan ini tidak dapat dibantah, karena telah diakui bahwa peristiwa tahun 1798 itu adalah benar; oleh sebab itu peristiwa satunya yang terjadi dalam tahun 1929 tidak dapat disangkal. Memang demikianlah halnya, bahwa inilah masanya di mana simbol nubuatan itu berbicara, “lukanya yang membawa mati sembuhlah sudah.” Bacalah “Tongkat Gembala,” Jilid 1, karena seluruh buku itu membicarakan masalah ini.
Seluruh Dunia Heran Akan Binatang Itu
“Lukanya yang membawa mati itu sembuhlah sudah,” demikianlah kata Yahya, “Dan seluruh dunia heran akanbinatang itu.” Perhatikan bahwa dunia heran akan binatang itu, dan bukan heran akan kepala itu. Oleh sebab itu, ia itu tidaklah berarti bahwa dunia harus perlu mendaftarkan diri ke dalam keanggotaan dari badan yang dilambangkan oleh kepala itu. Artinya ialah, bahwa seluruh dunia telah mengikuti roh dari binatang itu – yaitu keduniawian. Dunia pada umumnya tidak pernah sebaliknya keadaannya. Tidak mungkin dapat dikatakan, bahwa “seluruh dunia heran akan binatang itu” jika umat yang dipercayakan Allah dengan Injil adalah bebas dari roh binatang itu. Tetapi tak dapat tiada harus jadi bahwa mereka telah mengkhianati kepercayaan yang diberikan kepada mereka, lalu ikut serta dalam rohnya. Dimanakah perbedaan di antara sidang dan dunia?
Nama Hojat
“Dan di atas kepala-kepalanya terdapat nama hojat.” Artinya penolakan terhadap kebenaran yang terkenal, yang ditunjukkan dengan cara ketidak-setiaan yang menentang dan tidak hormat kepada Allah, atau kepada perkara-perkara yang harus dijunjung suci – yaitu menghina pribadi Allah dan kekuasaan-Nya. Nabi Yesaya, sambil memandang ke depan kepada sejarah kita sekarang ini yang penuh dengan penipuan besar yang dikepalai oleh apa yang disebut para pemimpin kerohanian, mengatakan sebagai berikut: “Makapada hari itu tujuh orang perempuan akan berpegangpada seorang laki-laki, sambil mengatakan, Kami akan makan roti kami sendiri, dan memakaikan pakaian kami sendiri, hanya saja biarkanlah kami dipanggil dengan namamu, untuk menyingkirkan kecelaan kami.” (Yesaya 4 : 1).
Adalah suatu kenyataan yang diakui di antara para siswa Alkitab, bahwa gereja-gereja dilambangkan oleh “wanita-wanita.” Wanita yang bersih — gereja yang bersih, seperti yang terdapat di dalam Yeremiah 6 : 2, Wahyu 12 : 1; wanita yang cemar – gereja yang kacau, seperti yang terdapat di dalam Wahyu 17 : 4, 5. Yesaya mengatakan, bahwa ada “tujuh” orang wanita. Angka bilangan itu terdiri dari gereja-gereja yang sama ini juga. Mereka mengatakan, “Kami akan makan roti kami sendiri.” Artinya, mereka menghendaki mengikuti jalan mereka sendiri; mereka tidak menghiraukan jalan Allah (Firman). “Kami hendak memakaikan pakaian kami sendiri”; artinya, mereka menghendaki rencana-rencananya sendiri dari pada rencana-rencana Allah atau pembenaran-Nya. Dengan begitu, mereka memakaikan pada dirinya sendiri dengan pembenaran ciptaannya sendiri.Tujuannya ialah untuk dapat dipanggil dengan namaseorang laki-laki; artinya, dengan nama Kristus (orang-orang Kristen) untuk menyingkirkan kecelaan mereka. Orang banyak telah sampai mengira bahwa mereka dapat berbuat hampir apa saja di bawah samaran Kekristenan lalu pergi dengannya. Allah akan membiarkan mereka terus mengikuti jalannya sampai kelak mereka, seperti halnya Belshassar, melewati garis perbatasan kemurahan ilahi, maka kemudian Ia akan memanggil mereka untuk mempertanggung-jawabkannya.
“Maka mereka menyembah naga itu yang telah memberikan kuasa kepada binatang itu; maka mereka menyembah binatang itu sambil mengatakan, Siapakah yang sama dengan binatang itu? Siapakah yang mampu berperang melawan dia ?” (Wahyu 13 : 4). Mungkin dapat ditanyakan, Bagaimanakah dapat orang-orang Kristen menyembah naga ? Jawabannya mudah saja, maka penyembahan kepada naga itu dapat jelas terlihat. Cara penyembahan yang sekarang yang dilakukan oleh apa yang disebut lembaga-lembaga Kristen tak dapat dibantah adalah cara kekapiran. Pemeliharaan Hari Minggu, Hari Natal, dan Hari Paskah, dan sebagainya, semuanya itu berasal mula di Babil kuno yang lalu, berasal dari agama kapir yang tua untuk menghormati dewa matahari. Orang-orang Kristen di zaman modern menghormati Allah yang maha Tinggi dengan memakaikan adat-istiadat kekapiran dengan menyebutkannya “Ajaran-Ajaran Kristen.” Protestantisme telah berpegang teguh kepada festival-festival kekapiran ini sebagai suatu lintah yang melekat pada tubuh manusia. Sebagaimana si pemalas menghisap darah secara tidak sadar sehingga kepuasannya menghantarkannya kepada kebinasaan, demikian pula dengan orang-orang protestan berikut hari-hari peringatan kekapiran mereka; bahkan dengan berani memanggilkan mereka itu dengan nama Kristus. Benar-benar hojat, bukan? Setiap pelajar yang menyelidiki sejarah kuno mengetahui akan hal ini sebagai benar; demikian pula setiap siswa Alkitab mengetahui bahwa semua yang disebut hari-hari besar Kristen ini adalah tidak berlandaskan Alkitab, demikian pula tidak bersifat Kristen. Kalau saja lembaga-lembaga ini adalah Kristen, atau bersifat Alkitab, maka mereka tentunya telah dibicarakan di dalam Alkitab. Tetapi karena mereka tidak ditemui di dalam Firman Allah, maka orang-orang Kristen sebaiknya meninggalkan mereka itu supaya jangan mereka juga didapati menyembah naga.
Yeremiah, sambil memandang ke depan kepada masa kemurtadan ini, mengatakan sebagai berikut: “Demikianlah firman Tuhan, Janganlah kamu belajar jalan orang kapir, dan jangan kamu gentar terhadap tanda-tanda di langit; karena segala orang kapir juga gentar olehnya. Karena segala adat-istiadat orang banyak itu adalah sia-sia, karena bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang darihutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Mereka memperindahnya dengan perak dan denganemas; mereka mengikatkannya dengan paku-paku dan dengan palu-palu, sehingga ia itu tidak bergerak.” (Yeremiah10 : 2 – 4). Walaupun Firman menyatakan, “Janganlah kamu belajar jalan-jalan orang kapir,” para pendeta Injil hendak memotong juga sebatang pohon kayu dari hutan lalu menghiasinya dengan perak dan emas, kemudian dengan berani memanggilnya dengan nama Kristus – pohon natal (Christmas tree). Betapa besarnya hojat yang dibuat orang! Apakah para pendeta dan guru-guru agama tidak mengetahui akan segala perkara ini? Yesus mengatakan, “Allah ialah suatu Roh; maka barangsiapa yang menyembah Dia wajib menyembah Dia dalam roh dan dalam kebenaran.”
Yahya mendengar orang-orang menantang Allah dengan mengatakan, “Siapakah yang sama dengan binatang ini? Siapakah yang mampu berperang melawan dia?” Artinya, siapakah yang dapat menghapuskan sistem ibadah kekapiran ini; adakah seseorang? Mereka menantang kekuasaaan Allah. Ia itu mungkin tidak dapat dikatakan dengan kata-kata, tetapi adalah sangat pasti ia itu diperlihatkan melalui perbuatan. Penglihatan manusia telah dibutakan oleh dosa, sehingga apabila suatu percobaan dibuat untuk menggabungkan perkara-perkara yang suci dengan yang biasa atau yang bersifat kapir, maka mereka tidak melihat adanya dosa di dalamnya. Walaupun Firman Allah menegaskan: “Melainkan dalam segala perkara kami menyatakan diri kami sendiri sebagai hamba-hamba Allah, dalam banyak kesabaran, dalam berbagai penderitaan, dalam kesukaran, dalam ketakutan, dengan kena sesah, dalam penahanan-penahanan penjara, dalam berbagai huru-hara, dengan berlelah, dengan berjaga-jaga, dengan puasa; Oleh kesucian, oleh pengetahuan, oleh panjang hati, dengan kemurahan, oleh Roh Suci, oleh kasih yang tulus, oleh kata-kata kebenaran, oleh kuasa Allah, oleh senjata kebenaran pada tangan kanan dan pada tangan kiri, oleh kemuliaaan dan kehinaan, oleh umpat dan pujian, laksana penipu tetapi juga benar; laksana tiada berkenal, tetapi terkenal; seperti mati, tetapi sesungguhnya kami hidup; seperti disiksa, tetapi tiada mati; seperti dukacita tetapi senantiasa bersuka-cita; seperti orang miskin, tetapi membuat kaya banyak orang; seperti tiada memiliki sesuatu, tetapi memiliki segala perkara. Hai kamu orang-orang Korinthi, mulut kami terbuka bagimu dan hati kami lapang …. Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tidak percaya; sebab persamaan apakah terdapat di antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan kegelapan? Dan persamaan apakah terdapat di antara Kristus dan Belial? Atau apakah bagian orang yang percaya dengan orang kapir? Apakah hubungan antar bait Allah dengan berhala-berhala? Karena kamulah kaabah dari Allah yang hidup; karena Allah telah berfirman, Aku akan tinggal di dalam mereka itu, dan berjalan di dalam mereka itu; dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Oleh sebab itu keluarlah dari antara mereka itu, dan berpisahlah kamu, demikian firman Tuhan, dan jangan menjamah perkara yang keji; maka Aku akan menyambut kamu, dan Aku akan rnenjadi Bapa bagimu, dan kamu akan menjadi putera-putera-Ku dan puteri-puteri-Ku, demikianlah firman Tuhan Yang Maha Kuasa.” (2 Korinthi 6 : 4 – 11, 14 – 18).
Adalah pendurhakaan terang-terangan melawan “demikianlah firman Tuhan” yang cukup jelas itu yang telah menimbulkan kekacauan dan malu di dalam dunia Kristen pada waktu ini. Benar para reformator belum melihat semua kesalahan ini, dan mereka tidak bertanggung jawab untuknya, karena mereka belum memperoleh terang mengenai semuanya itu. Karena Allah telah memberikan terang ke atas Firman-Nya secara bertahap sedikit demi sedikit, yang memungkinkan untuk menangkap terang itu, maka Ia mengharapkan dari kita untuk menyambutnya, lalu dengan demikian menghantarkan kita sampai kepada kemenangan.
Tetapi orang mungkin akan mengatakan, jika Allah dapat menyelamatkan orang-orang lain dengan hanya sedikit terang, maka mengapakah Ia memberikan kepada kita lebih banyak lagi terang? Dari sekian banyak alasan kami akan mengomentari hanya dua. Oleh bantuan tambahan terang atas Firman Allah akan dapat menyelamatkan sejumlah besar orang-orang dan bukan hanya sedikit. Alasan yang kedua ialah, bahwa karena bagian terakhir dari sidang itu akan kelak diobahkan dan bukan dibangkitkan, maka kita memerlukan terang yang cukup untuk mempersiapkan kita untuk bertemu dengan Allah dan dengan semua makhluk yang tidak mati.
Justru kebodohan terhadap Firman Allah yang sedemikian ini di zaman Nuh telah membawa dunia kepada kebinasaannya oleh air. Suatu kondisi kejahatan yang sama telah menghancurkan kota-kota Sodom dan Gommorah sampai menjadi habu. Jika di zaman Kristus kemunafikan yang sedemikian ini di bawah selubung kebaikan, telah meminta nyawa Anak Allah untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran, maka apakah yang akan jadi pada waktu ini? Allah tidak dapat membinasakan dunia, karena Ia masih memiliki sejumlah besar orang untuk diselamatkan. Ia tidak lagi memiliki seorang putera yang lain untuk dihadiahkan bagi sidang, karena Kristus ialah satu-satunya Putera tunggal Allah. Jika cita-cita Allah adalah memberkahi dunia melalui perantaraan sidang-Nya di bumi, tetapi mereka kepada siapa Injil bagi dunia telah dipercayakan telah membiarkan domba-domba dan sedang melayani Iblis di dalam diri mereka sendiri, maka dimanakah terdapat harapan bagi dunia ini? Satu-satunya jawaban yang dapat diberikan ialah, celaka bagiorang-orang berdosa di Sion. Allah akan menghimpun domba-dornba-Nya. Ia hendak memiliki sebuah sidang; tetapi apakah kelak upah bagi orang-orang yang diperintahkan untuk memberi makan domba-domba tetapi sedang mengenyangkan dirinya sendiri? Kristus, yang semenjak semula telah melihat sampai kepada akhir segala perkara, dan dengan mata penglihatan-Nya yang sempurna memusatkan penglihatan-Nya kepada keadaaan-keadaaan masa sekarang. Ia mengatakan sebagai berikut: “Siapakah hamba yang setia dan bijaksana yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan kepada mereka makanan pada waktunya? Berbahagialah hamba itu yang didapati tuannya melakukan tugasnya sedemikian itu ketika tuannya datang. Dengan sesungguhnya aku berkata kepadamu, bahwa tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas atas segala harta miliknya. Tetapi jikalau hamba yang jahat itu akan berkata dalam hatinya, ‘Tuanku perlambat kedatangannya. Maka ia akan mulai memukul teman-teman sesamanya, lalu ia makan minum dengan orang-orang pemabuk; maka tuan dari hamba itu akan datang pada suatu hari yang tidak disangka-sangkanya, dan pada saat yang tidak diketahuinya, lalu menyesahkan dia teramat sangat, sambil menetapkan bagiannya bersama-sama dengan orang-orang munafik (dengan kepala-kepala dari binatang itu); maka disanalah kelak terjadi tangisan dan keretak gigi.” (Matius 24 : 45 – 51).
Memisahkan Lalang-lalang Daripada Gandum
Petrus menyaksikan sesuatu masa pada waktu mana Allah akan mengadili sidang sebagai berikut: “Karena masanya akan datang bahwa pehukuman harus dimulai pada rumah Allah, dan jika ia itu pertama mulai terhadap kita, maka apakah kelak nasib mereka yang tidak mematuhi Injil Allah?” (1 Petrus 4 : 17). Apakah kelak nasib orang yang tidak mau memasuki bahtera keselamatan, bahkan dengan beraninya menghalangi orang-orang lain untuk masuk? Sementara nabi itu menyaksikan hari pembalasan terhadap orang-orang berdosa di Sion, dan sekembalinya Tuhan dari pembantaian itu, maka ia bertanya sebagai berikut: “Siapakah ini yang datang dari Edom, yang datang dari Bozrah dengan baju-baju berwama merah? Siapakah ini yang bersemarak dengan pakaian-Nya, yang berjalan dalam kebesaran kekuatan-Nya? Aku yang berbicara dalam kebenaran, berkuasa untuk menyelamatkan.” Karena hari pembalasan itu sudah Kurencanakan, dan tahun dari umat tebusan-Ku telah sampai. Lalu Ku-pandang, maka tak seorangpun yang akan menolong-Ku, maka Aku tertegun karena tidak seorang pun yang membantu; oleh sebab itu lenganKu sendiri membawakan keselamatan bagi-Ku; dan kehangatan murka-Ku itulah yang membantu-Ku. Maka aku akan memijak-mijak orang banyak itu dalam murka-Ku, dan membuat mereka itu mabuk dalam kehangatan amarahKu, dan Aku akan meruntuhkan kekuatan mereka itu sampai ke tanah.” (Yesaya 63 : 1, 4 – 6).
Benar-benar mengerikan hari itu yang akan segera menimpa pengawal yang berdiri di atas pagar-pagar tembok Sion, karena hanya orang-orang yang benar yang akan diselamatkan. “Orang-orang yang lebih menyukai mati dari pada melaksanakan sesuatu tindakan yang salah adalah hanya mereka yang akan didapati setia.” – Testimonies for the Church, Jilid 5, halaman 53. Pemisahan orang-orang yang suci dari pada mereka yang tidak suci ini adalah digambarkan dengan lengkap oleh Yeheskiel. Orang-orang yang layak untuk menghindarkan diri dari kehancuran itu akan diberi tanda oleh orang yang membawa pena penyurat, setelah mana lima orang yang membawa senjata-senjata penumpas akan membunuh kelas orang-orang itu yang dibiarkan tanpa diberi tanda. Tuhan berfirman: “Bunuhlah semuanya baik tua maupun muda, baik anak-anak dara, maupun anak-anak kecil, dan kaum wanita; tetapi janganlah menghampiri setiap orang yang padanya terdapat tanda itu; dan mulailah pada tempat kesucianku. Kemudian mulailah mereka terhadap orang-orang bangsawan yang berada di depan rumah itu. Lalu katanya kepada mereka itu, Najiskanlah rumah itu, dan penuhilah semua serambinya dengan bangkai-bangkai orang yang dibunuh; pergilah kamu. Maka pergilah mereka itu, lalu membunuh di dalam kota.” (Yeseskiel 9 : 6, 7). Pada waktu inilah lalang-Ialang itu dipisahkan dari gandum sesuai dengan kata-kata Kristus yang berbunyi: “Biarkanlah keduanya itu bertumbuh bersama-sama sampai kepada masa penuaian; maka pada masa penuaian itu Aku akan mengatakan kepada para penuai, Himpunkanlah olehmu pertama lalang-lalang itu, dan ikatkanlah semuanya itu berberkas-berkas untuk dibakar; tetapi kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbung-Ku.” (Matius 13 : 30).
Penyucian sidang Allah menandai penuaian atau “Seruan Keras” dari Pekabaran Malaikat Yang Ketiga, karena Tuhan dari penuaian itu menegaskan, “Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama sampai pada masa penuaian.” Gandum yang dikumpulkan pada permulaan penuaian dan pada pemisahan dari lalang-Ialang di dalam sidang, disebut buah-buah pertama hasil penuaian. Sementara Yahya memandang kepada rombongan orang-orang itu ia mendengar suatu lagu kegembiraan, yang tidak dapat dilukiskan oleh lidah manusia sebagai berikut: “Maka mereka itu seolah-olah menyanyikan suatu nyanyian baru di depan tahta, di depan empat binatang itu, dan di depan para tua-tua itu; dan tak seorang pun dapat mempelajari nyanyian itu terkecuali mereka yang 144.000 itu saja, yaitu mereka yang ditebus dari bumi. Inilah mereka yang tidak menajiskan dirinya dengan wanita-wanita; karena mereka adalah anak-anak dara. Inilah mereka yang mengikuti anak domba itu kemana saja ia pergi. Mereka ini ditebus dari antara manusia, merupakan buah-buahpertama bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.” (Wahyu 14 : 3, 4). “Maka tak seorangpun dapat mempelajari nyanyian itu.” Hanya pengalaman yang dapat menceriterakan kegembiraan yang terdapat di dalam hati seseorang pada sesuatu masa apabila ia diluputkan dari kehancuran yang kekal, lalu dikaruniai hidup yang kekal tanpa merasai mati – dikumpulkan ke dalam kekekalan yang tak terhingga berabad-abad lamanya! – yaitu suatu kehidupan yang sama ukuran-nya dengan kehidupan Allah.
Menaruh Percaya
Pada Manusia Ialah Jerat Iblis Yang Pasti
Kita dapat memeriksa jauh ke belakang sejauh yang kita ingini dan pastilah, bahwa kita akan menemukan secara mengejutkan dan mengecewakan, bahwa kepemimpinan sidang telah sedemikian jauh sesat, sehingga dalam setiap periode mereka tidak mengetahui adanya gulungan surat yang terbuka; dan karena orang banyak yang buta berpihak kepada para pemimpin yang mendurhaka itu menentang kebenaran yang diungkapkan, maka mereka memecah-belah sidang Allah ke dalam banyak bagian. Dengan demikian oleh mengalahkan mereka yang terkemuka, maka Setan berhasil menarik mereka untuk bekerja baginya, lalu dengan begitu menjatuhkan sidang itu seluruhnya sebagai suatu badan. Untuk menentukan ketepatan kata-kata yang diucapkan di atas tidaklah perlu mengomentari berbagai kenyataan jauh sebelum kedatangan Kristus yang pertama. Oleh sebab itu, suatu penyelidikan singkat terhadap sejarah Kristen akan kita tinjau berikut ini.
Iblis telah menyapu mata hati manusia yang tercerdas sekalipun dengan “sapu kotornya” pada akhir sejarah Wasiat Lama yang lalu. Mata rohani mereka secara licik telah ditutup sehingga mereka tidak dapat melihat sebuah sambaran kilat yang cerah bagaikan matahari di dalam kegelapan malam yang pekat. Kegenapan dari nubuatan, keajaiban-keajaiban yang mengelilingi kelahiran Kristus, tabiat-Nya yang tidak bercacad cela, jerih payah-Nya yang tidak mementingkan diri serta keajaiban-keajaiban dalam setiap langkah, sentuhan, pandangan dan tindakan, telah memenuhi suasana itu dengan kasih ilahi. Orang-orang yang kekurangan indera penglihatan dari semenjak lahir merasakan kuasa penyembuhan dari Dia Yang Tak Terhingga itu. Orang-orang buta melihat Tuhan yang penuh kemuliaan dan memuji-muji Allah, tetapi para guru agama Israel sama sekaIi tidak tergerak hatinya oleh kuasa yang telah menggerakkan bahkan benda-benda yang mati itu. Bumi bergempa, matahari menyelubungi wajahnya, batu-batu karang pecah-belah dan kubur-kubur terbuka, orang-orang mati bangkit lalu memandang kepada Anak Allah. Tetapi orang-orang Parisi, para imam, dan para rabi yang sombong yaitu mereka yang dijunjung tinggi sebagai orang-orang yang tidak pernah keliru itu, sama sekali tidak dapat merasakannya, tidak dapat melihat bahkan pun tidak dapat mendengar. Tidak ada keajaiban apapun yang lebih besar dari pada apa yang tertulis oleh tindakan tindakan para pemimpin buta dari zaman itu. Berbicara mengenai pengalaman itu Yahya mengatakan sebagai berikut: “Dalam Dia ada kehidupan dan kehidupan itu ialah terang manusia. Maka terang itu bercahaya di dalam gelap, tetapi gelap itu tiada sadar akan dia.” (Yahya 1 : 4, 5).
Setiap sinar terang yang mungkin yang menunjuk kepada kedatangan “Anak Domba Allah” itu telah diberikan kepada umat yang pernah dipilih; tetapi ia itu tidak membawa manfaat apapun kepada mereka. Yesus mengatakan: “Oleh sebab itu jikalau terang yang ada di dalammu itu menjadi gelap, maka alangkah besarnya kegelapan itu!” Mudah-mudahan kiranya pengalaman-pengalaman ini dapat membangunkan para pemimpin dan orang banyak pada masa ini dari pada percaya diri sendiri dan kesentausaan palsu yang ada, kepada suatu penyelidikan yang bersungguh-sungguh terhadap kebenaran Alkitab yang pasti.
Dalam cara yang sama inilah sidang Kristen yang mula-mula dahulu telah ditarik masuk ke dalam zaman kegelapan yang lalu. Segera setelah rasul-rasul meninggal dunia, Setan menyebarkan agen-agennya, yaitu orang-orang yang terkenal, masuk kedalam sidang. Para pemimpin yang sedianya sudah buta itu meletakkan tangan mereka mengurapi orang-orang itu, bukan dari segi penyerahan kesucian, rnelainkan karena terkenalnya mereka itu, dan demikianlah mereka membentuk orang-orang itu menjadi gembala-gembala bagi kawanan domba yang ada. Dalam jam yang tergelap dari sidang Kristen itu, Allah oleh perantara Luther, telah mengundang perhatian orang banyak kepada kesesatan mereka yang hebat, tetapi hanya sedikit yang bersedia mendengarkan suara biarawan yang sederhana itu. Ada yang mengira, bahwa orang yang terpandai seharusnya pertama sekali melihat terang itu dalam “demikianlah firman Tuhan” yang jelas. Luther dengan suatu perjuangan yang besar, dan dengan penuh resiko hidupnya, telah mendirikan organisasi gereja Lutheran. Tetapi setelah ia meninggal, pergerakannya itu pun sama saja telah dikacaukan dan mereka telah mengeraskan hatinya melawan terang baru atas Firman Allah.
Setelah John Knox datang dengan kebenaran tambahan, maka para pemimpin sidang menolak untuk memperkenankannya, dan demikianlah perlunya lahir lagi organisasi gereja Presbyterian. Pengalaman-pengalaman ini telah berulang kembali dengan Wesley, Campbell, Miller, dan White. (Lihat buku Tongkat Gembala, Jilid 1, halaman 28 – 128). “Kita harus lebih waspada terhadap yang dari dalam dari pada yang dari luar. Penghalang-penghalang terhadap kekuatan dan kemajuan adalah jauh lebih besar datangnya dari sidang sendiri dari pada yang datang dari dunia.” – Review and Herald, March 22, 1887. Jikalau bahaya melawan sidang itu sedianya datang dari dalam, karena menaruh percaya pada para pemimpin yang sesat sendiri dalam setiap zaman, maka apakah yang akan merubah segala perkara pada waktu ini?
Kenyataan-kenyataan ini yang berkenan dengan jerat-jerat iblis yang pasti, terus berulang kali disuarakan dengan keras untuk membangunkan orang yang tidur pada waktu sekarang ini. Dengarkanlah bunyi trompet itu sebagai berikut: “Kebaskanlah habu dari padamu, bangunlah dan duduklah, hai Yerusalem; lepaskanlah segala pengikat lehermu, hai puteri Sion yang tertawan.” (Yesaya 52 : 2). Keragu-raguan, bersama-sama dengan ketergantungan pada manusia, dengan keyakinan memiliki semua kebenaran dan tidak memerlukan apa-apa lagi, telah menelan lebih banyak jiwa dari pada setiap jerat manapun yang pernah dibuat oleh musuh manusia. Kelas orang-orang yang menerima begitu saja keputusan-keputusan orang lain tanpa menyelidiki sendiri, lalu menolak untuk dipuaskan dengan cara mendengar dan menguji Firman, mereka telah disesatkan dari kebenaran sekarang dalam setiap masa. “Karena kepintaran dunia ini adalah kebodohan bagi Allah. Karena ada tersurat, bahwa Tuhan menangkap orang pandai itu dalam kecerdikannya sendiri. Dan lagi, Tuhan mengetahui akan pikiran orang pandai itu, bahwa mereka itu sia-sia adanya.” (1 Korinthi 3 : 19, 20).
Orang-orang yang dijunjung besar oleh dunia, jarang sekali dapat digunakan oleh Allah. Pada umumnya para pendidik yang besar dari zaman ini adalah orang-orang yang berpikiran tabiat duniawi, sebab itu hasil-hasil dari sekolah-sekolah manusia adalah bermusuhan melawan Allah. “Karena pikiran tabiat duniawi itu bermusuhan melawan Allah, sebab ia itu tidak takluk ke bawah hukum Allah, bahkan juga tiada dapat.” (Rum 8 : 7). Kalau saja Allah mau menggunakan mereka, mereka harus pertama-tama sekali bersama-sama dengan rasul yang besar itu, menyangkal dirinya. Rasul Paulus menegaskan: “Memberitakan Injil, bukan dengan kepintaran kata-kata, supaya jangan salib Kristus itu menjadi sia-sia. Karena ada tertulis, bahwa aku akan membinasakan kepintaran orang-orang pandai, dan kebijaksanaanorang yang bijak itu akan Ku lenyapkan,” (1 Korinthi 1 : 17, 19). Demikian Aku pun, tatkala aku sudah datang kepadamu, hai Saudara-Sudaraku, bukannya aku datangdengan fasih lidah atau dengan kepintaran, dalam hal aku memberitakan kepadamu kesaksian Allah itu. Karena aku sudah memutuskan untuk tidak mau tahu apapun diantara kamu, terkecuali Yesus Kristus dan Dia yang tersalib itu. Dan aku sudah berada bersama kamu dalam kelemahan, dalam takut; dan dalam banyak gentar. Maka pembicaraanku dan pemberitaanku bukannya dengan kata-kata menarikorang pandai. Melainkan dalam mendemonstrasikan Roh dan kuasa Allah.” (1 Korinthi 2 : 1 – 4).
Allah membawa Musa ke padang belantara dan disana dibawah pengawasan-Nya Ia telah melatih Musa empat puluh tahun lamanya – pada waktu itulah Musa melepaskan semua yang telah diperolehnya di dalam sekolah-sekolah Mesir; hanya sesudah itulah baharu dapat Allah menggunakannya sebagai suatu alat didalam tangan-Nya yang Maha Kuasa. Pada waktu Musa merasa mampu untuk membebaskan Israel dari perhambaan Mesir ia justru gagal; tetapi setelah ia menyadari akan dirinya sendiri sebagai tak berdaya, maka pada waktu itulah ia kuat. Jika Allah hendak memberikan terang besar kepada seseorang yang merasa dirinya sendiri tinggi, dan yang juga dijunjung tinggi oleh dunia, maka manusia akan memuliakan dirinya sendiri dan merampok dari Allah kemuliaan-Nya, “Pada waktu inilah Yesus menjawab dan mengatakan: “Ya Bapa, Tuhan dari pada langit dan bumi, Aku bersyukur kepadamu, sebab Engkau telah menyembunyikan segala perkara ini dari orang-orang pandai dan orang-orang yang berbudi, tetapi telah mengungkapkannya kepada bayi-bayi.” (Matius 11 : 25). Allah mengungkapkan diri-Nya melalui alat dan cara-cara yang hampir-hampir tidak disangka oleh manusia. Demikianlah Ia memperlihatkan suatu keajaiban dengan cara membuat segala-gala yang tidak mungkin menjadi mungkin, mengungkapkan kuasa-Nya dan membangkitkan orang yang tidur dengan menggunakan terang dan suara Ilahi. Orang-orang yang terkenal jarang sekali menerima sesuatu terang atas Firman Allah hanya karena nilai kebenarannya; kelas orang-orang ini umumnya menyambut kebenaran Alkitab itu setelah kebenaran itu menjadi terkenal dan apabila ia itu dihotbahkan oleh orang-orang yang dihargai lebih tinggi dari pada diri mereka sendiri.
Nabi itu menegaskan: “Janganlah berharap kepada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada hembusan napas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap? (Yesaya 2 : 22). “Adalah lebih baik berharap kepada Tuhan dari pada menaruh harap pada manusia.” (Mazmur 118 : 8). Sambil memandang ke depan kepada masa kesentausaan dunia sekarang ini, nabi Mikah mengatakan sebagai berikut: “Janganlah kamu percaya kepada sahabat, jangan lagi menaruh harap pada penunjuk jalan.” (Mikah 7 : 5). Umat Allah harus belajar untuk berharap kepada-Nya saja, bergantung kepada “demikianlah firman Tuhan” yang jelas. Ia dapat menggunakan alat manusia untuk menyampaikan terang, tetapi terang itulah yang akan bercahaya atas Firman Allah yang tidak pernah salah. Terang yang sedemikian ini akan mengusir dosa dan akan menghukum orang berdosa, meninggikan Kristus, memuliakan Allah, dan merendahkan manusia. “Manusia yang sombong akan direndahkan dan orang yang angkuh akan ditundukkan, maka Tuhan sajalah yang akan ditinggikan pada hari itu. Karena hari Tuhan serwa sekalian alam akan datang atas setiap orang yang sombong dan angkuh, dan atas setiap orang yang ditinggikan; maka ia itu akan direndahkan.” (Yesaya 2 : 11, 12)
Setan mengetahui bagaimana caranya menyesatkan sehingga ia itu tidak mudah dapat diketahui. Ia mempelajari kecenderungan-kecenderungan dari umat itu, maka pada perkara yang paling menarik disitulah ia meletakan jeratnya. Oleh karena generasi ini sedang menaruh percaya pada kepintaran manusia dan mereka rela agar orang lain berpikir baginya, maka Iblis akan hadir kepada kelas orang-orang ini dengan pribadi yang sangat menakjubkan yang pernah diharapkan oleh dunia. Rasul itu mengatakan sebagai berikut: “Maka janganlah heran, karena Setan sendiri merupakan dirinya sebagai malaikat yang suci.” (2 Korinthi 11 : 14).
Alat-alat Allah yang berguna untuk menghubungkan terang itu ke atas Firman-Nya adalah bertentangan dengan alat-alat kepunyaan Setan. “Aku bersyukur kepada-Mu, ya Bapa, Tuhan langit dan bumi, sebab Engkau telah menyembunyikan segala perkara ini dari orang-orang pandai dan berbudi, dan Engkau telah mengungkapkannya kepada bayi-bayi.” Demikian kata Yesus. (Matius 11 : 25). Kepada nabi Yesaya telah diungkapkan, bahwa Allah akan menggunakan orang-orang yang sederhana untuk merendahkan orang-orang yang sombong : “Karena sesungguhnya, Tuhan, Tuhan serwa sekalian alam, akan melalukan dari Yerusalem dan dari Yehuda baik tongkat maupun batang, yaitu segala tongkat roti dan segala batang air. Orang perkasa dan prajurit, hakim, dan nabi, dan orang yang berbudi, dan orang tua-tua, dan penghulu orang lima puluh, dan orang yang terhormat, dan penasehat, dan menteri, dan tukang yang pandai, dan pembicara yang ulung. Maka budak-budakakan ku jadikan raja-raja mereka itu, dan bayi-bayi akanmemerintah mereka itu. Maka orang banyak itu akan ditindas, masing-masing oleh yang lainnya, dan masing-masing oleh tetangganya; maka anak kecil akan berlakukan dirinya dengan sombong melawan orang tua, dan yang terendahmelawan yang terhormat.” (Yesaya 3 : 1 – 5).Yesus mengatakan: “Oleh sebab itu barangsiapa merendahkan dirinya sebagai anak kecil, dialah kelak menjadi yangterbesar di dalam kerajaan sorga. Dan barang siapa kelak menerima anak kecil yang sedemikian ini dalam nama-Ku ia juga menerima Aku.” (Matius 18 : 4, 5).
Ringkasan Singkat Dari Hal Binatang
Yang Menyerupai Harimau Kumbang.
Telah dibuktikan sebelumnya, bahwa binatang yang menyerupai harimau kumbang itu, tujuh kepalanya dan sepuluh tanduknya adalah melambangkan suatu sistem yang bersifat universal. Empat binatang dari Daniel pasal 7, yaitu, singa, beruang, harimau kumbang, dan binatang yang tak tergambarkan telah ditunjukkan dalam khayal itu sebagai empat kerajaan dunia yang muncul satu menyusul yang lainnya. Dengan demikian, baik nubuatan maupun sejarah, membuktikan bahwa Babil, Medo-Persia, Gerika,dan Romawi telah datang yang satu menyusul yang lainnya. Empat mata rantai yang tak terpisahkan ini membuatnya menjadi tidak mungkin untuk memotong salah satunya dari empat binatang itu dengan suatu sistem yang universal. Oleh sebab itu binatang yang menyerupai harimau kumbang itu tak dapat tiada harus datang kemudian secara berurutan sesudah binatang yang ke empat. Karena “sepuluh tanduk” dari binatang yang tak tergambarkan itu melambangkan “sepuluh orang raja” yang akan naik dari kerajaan Romawi, maka “mahkota-rnahkota dan tanduk-tanduk” itu membuktikan, bahwa binatang yang menyerupai harimau kumbang itu melambangkan masa periode sesudah runtuhnya kerajaan Romawi, pada waktu mana “sepuluh orang raja” itu memperoleh kerajaan mereka. Karena ia juga “telah datang keluar dari Laut,” maka jelaslah bahwa ia pun akan diciptakan dari hasil peperangan. Demikianlah runtuhnya kerajaan Romawi telah melahirkan seekor binatang yang ke lima. Mulutnya adalah mulut singa, kakinya kaki beruang, badannya berbadan seekor harimau kumbang, dan memiliki sepuluh tanduk, menunjukkan bahwa ia adalah turunan dari Babil, Medo-Persia, Gerika, dan Romawi.
Karena ia telah membuka mulutnya mengucapkan hojat selama empat puluh dua bulan lamanya, atau 1260 tahun, maka tak dapat dibantah bahwa ia melambangkan periode masa kepausan semenjak dari tahun 538 TM sampai tahun 1798 TM – yaitu waktu di mana kepala kepausan itu memperoleh lukanya yang membawa mati. Tetapi karena lukanya itu kelak akan sembuh kembali pada sesuatu waktu sesudah tahun 1798, maka jelaslah bahwa ia juga rnelambangkan sejarah dunia ini setelah tertawannya Paus Pius VI sampai kepada saat “lukanya yang parah itu sembuh kembali”; semua periode inilah yang telah melahirkan faham Katholikisme dan Protestantisme.
Adalah tidak bijaksana dan sia-sia saja merencanakan binatang nubutan ini jika simbol-simbol itu gagal mengungkapkan faham Protestantisme seperti yang diungkapkannya mengenai faham Katholikisme. Sebelum masa 1260 tahun itu berakhir dalam tahun 1798, empat Organisasi gereja Protestant sudah berdiri; yaitu, gereja Lutheran, gereja Presbyterian, gereja Methodist, dan gereja Christian. Tetapi sesudah tahun 1798 datanglah lagi First-day Adventists (Advent Hari Pertama); dan Masehi Advent Hari Ke-tujuh semenjak dari tahun 1844 sampai tahun 1929 melengkapi tujuh kepalanya itu. Karena faham Protestantisme itu runtuh oleh pemberitaan dari Pekabaran Malaikat yang Kedua sesudah tahun 1844, dan karena simbol dari Wahyu pasal 13 dalam tahun 1930 mengungkapkan, bahwa orang-orang Masehi Advent Hari Ke-tujuh “heran akan binatang itu” (dunia), maka kedua peristiwa ini telah menyembuhkan luka parah itu, lalu menarik selendang kata-kata hojat itu meliputi keseluruhan tujuh kepala itu. Dengan demikian, lengkapnya kegenapan dari nubuatan simbolis ini mengungkapkan kebenaran dari binatang itu. Karena semua sekte agama lainnya adalah hanya pasilan-pasilan (off-shoots) yang memisahkan diri dari tujuh organisasi ini, maka kepala-kepala itu adalah meliputi seluruh dunia Kristen sampai pada tahun 1930. Karena nubuatan firman Allah mengatakan: “Seluruh dunia heran akan binatang itu” (keduniawian), dan bukan heran akan kepala itu (kepausan), maka ini menunjukkan bahwa mereka itu mengagumi dunia, dan bukan mengagumi faham Katholikisme. Keluar dari kemurtadan yang besar ini pekabaran Wahyu 7 : 1 – 8 akan memeteraikan dan menyelamatkan 144.000 orang-orang suci, dari gereja Masehi Advent Hari Ke-tujuh yang kelak tidak akan merasai kematian di bumi ini. Tetapi pekabaran yang dilambangkan oleh malaikat Wahyu pasal 18, yang dengan kemuliaannya bumi akan diterangi, pekabaran itu akan memanggil keluar dari dunia “rombongan besar orang-orang dari Wahyu 7 : 9.”
Allah, Yang sangat teliti memperhatikan kebaikan sidangNya dalam mengungkapkan kebenaran-Nya kepada umat-Nya, telah memberikan kepada kita gambaran-gambaran peristiwa-peristiwa sejarah yang ajaib; yang merupakan bukti kasih sayang-Nya yang kekal bagi Israel pilihan-Nya – yaitu buah-buah pertama dari hasil penuaian-Nya. Dengan demikian “Allah Yakub itu,” beribu-ribu tahun sebelumnya telah menggariskan rencana-rencana-Nya untuk disampaikan kepada umat-Nya suatu tugas seni nubuatan dengan sentuhan Ilahi.