BINATANG MERAH KIRMIZI, Wahyu 17
<< Go Back


BINATANG MERAH KIRMIZI

 

Wahyu 17

 

 

“Demikianlah ia menghantarkan daku dalam roh ke dalam padang belantara; maka aku tampak seorang perempuan duduk di atas seekor binatang yang merah kirmizi warnanya, yang penuh dengan nama-nama hojat, memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk.” (Ayat 3). Binatang yang istimewa ini tidak mungkin melambangkan Romawi seperti yang disangka sebagian orang. Alasan yang pertama ialah, bahwa binatang yang tak tergambarkan dari Daniel pasal 7 itu seperti yang dijelaskan terdahulu, adalah lambang dari Romawi, dan telah terlihat keluar dari laut; tetapi binatang yang merah kirmizi oleh Yahya dikatakan berada dipadang. Oleh sebab itu, kekuatan-kekuatan yang telah menghantarkan binatang merah kirmizi itu ke atas pentas adalah bertentangan dengan apa yang telah menghasilkan binatang yang tak tergambarkan itu.

 

Alasan yang kedua ialah, sementara malaikat itu sedang akan memperlihatkan khayal itu kepada Yahya, maka katanya kepadanya, “Marilah kesini, aku hendak menunjukkan kepadamu pehukuman dari sundal besar itu yang duduk di atas banyak air.” (Ayat 1). Kemudian Yahya dibawa ke dalam padang belantara dan disanalah ia menyaksikan perempuan itu menunggangi binatang itu. Mengapa khayal ini diberikan ialah untuk menunjukkan kepadanya pehukuman dari perempuan itu. Tetapi ia tidak diadili di zaman Romawi; pehukumannya masih akan jadi di masa depan, dan akan dilaksanakan di bawah malaikat “Seruan Keras” dari Wahyu pasal 18. (Lihat ayat 8, 10). Menunggangi binatang itu ialah tindakannya yang terakhir; oleh sebab itu, binatang itu tak dapat tiada melambangkan masa periode di mana ia akan diadili. Masih ada lagi alasan yang ketiga mengapa binatang itu tidak mungkin merupakan lambang dari Romawi. Buku Daniel dan buku Wahyu khusus telah ditulis bagi generasi yang hidup di akhir zaman, dan bukan sedemikian itu bagi dunia Romawi. (Lihat Daniel 12 : 4). Mereka sama sekali tidak mengerti akan tulisan-tulisan itu yang berhubungan dengan akhir zaman, dan demikianlah mereka tidak memperoleh manfaat apapun dari tulisan-tulisan itu. Oleh sebab itu, tidaklah sepantasnya dan tidak bijaksana jika Allah mengaplikasikan semua binatang itu hanya kepada Romawi, dan membiarkan masa periode yang dimaksudkan oleh buku-buku ini tanpa diberi lambang apapun.

 

Kami yakin bahwa tak dapat tiada masih lebih banyak lagi simbol pemberitahuan yang lengkap bagi generasi sekarang ini dari pada bagi setiap generasi sebelumnya. Jadi, adalah sangat tidak konsisten dan tidak masuk akal orang-orang yang mengaplikasikan “binatang harimau kumbang” dari Wahyu 13, dan “binatang merah kirmizi” dari Wahyu 17, ditambah “binatang yang tak tergambarkan” dari Daniel 7, sebagai lambang-Iambang dari Romawi. Mengapa begitu banyak lambang bagi Romawi dan tak ada satupun lambang bagi masa periode untuk mana buku-buku itu telah ditulis? Lagi pula tidak terdapat satu fakta apapun yang menunjang pernyataan-pernyataan yang sedemikian itu. Kesalahan yang terbesar terhadap penentuan-penentuan sedemikian ini ialah karena mereka menarik pelajaran yang sama dari binatang yang satu seperti juga yang mereka lakukan dari binatang yang lainnya. Jika tidak ada pelajaran khusus mengenai masing-masing simbol itu, maka mengapakah simbol-simbol itu diberikan? Dengan mengaplikasikan kepala-kepala seperti yang mereka lakukan dengan tanduk-tanduk itu kepada lambang-lambang dari pemerintah-pemerintah sipil, ini menunjukkan bahwa mereka tidak memperoleh terang apapun dari Allah yang besar dan maha tahu. Jika setiap kata itu berarti pemerintah, maka mengapakah Ilham menggunakan keduanya tanduk-tanduk dan kepala-kepala?

 

Perhatikanlah betapa janggalnya jika mengaplikasikan perempuan yang menunggangi binatang itu, atau yang duduk di atas kepala-kepala itu kepada paham Katholikisme di dalam sejarah Wasiat Baru, dan kepala-kepala itu kepada tujuh bentuk pemerintahan yang saling menyusul di dalam masa periode Wasiat Lama. Malaikat itu mengatakan: “Tujuh kepala itu adalah tujuh buah gunung pada mana perempuan itu duduk.” (Ayat 9). Jika gereja kepausan itu berdiri dalam tahun 508 T.M., maka bagaimanakah perempuan itu dapat “duduk” pada setiap pemerintahan berabad-abad sebelumnya? Lagi pula, jika kepala-kepala itu yang satu menggantikan yang lainnya, maka dimanakah buktinya? Bukankah semuanya itu ada bersama-sama pada binatang itu lalu perempuan itu duduk di atas sekaliannya? Karena binatang merah kirmizi itu oleh sepuluh tanduk dan tujuh kepalanya itu membuktikan keseluruhan yang universal, maka urut-urutan mata rantai binatang-binatang itu (singa, beruang, harimau kumbang berkepala empat, binatang yang tak tergambarkan, dan binatang yang menyerupai harimau kumbang) tidak lagi memungkinkan bagi sesuatu binatang universal lain untuk ditempatkan memotong rangkaian lima mata rantai yang erat berkaitan itu. Perbuatan yang sedemikian ini akan merupakan suatu usaha untuk meruntuhkan nubuatan, dan sejarah. Oleh sebab itu, satu-satunya masa periode yang mungkin dapat dilambangkan olehnya ialah periode sesudah “luka parah” dari binatang yang menyerupai harimau kumbang itu sembuh kembali – menjadi binatang universal yang ke enam.

 

Karena “binatang merah kirmizi” itu adalah yang terakhir dalam urutan-urutan binatang-binatang simbolis, maka ia tak dapat tiada harus memiliki semua ciri dari leluhur-leluhurnya. Sepuluh tanduk dari binatang yang tak tergambarkan, tujuh kepala dari binatang yang menyerupai harimau kumbang, dan kepala-kepalanya sendiri yang tidak terganggu itu, menunjukkan bahwa ia datang ke atas pentas sesudah luka parah itu sembuh kembali. Warna kirmizinya itu menunjukkan kutuk, sama seperti yang ditunjukkan pada ular naga (Iblis) di dalam Wahyu 12 : 3, dan kata-kata, “masuk ke dalam kebinasaan,” (Wahyu 17 : 11), mengungkapkan bahwa ia akan membawa dunia ini kepada ajalnya oleh suatu kutuk yang akan berakhir dalam “kehancuran seluruhnya; kebinasaan sempurna, kesengsaraan yang akan datang atau kematian kekal.” – Standard Dictionary.

 

Oleh sebab itu, jika binatang ini melambangkan dunia kita pada sekarang ini, maka bukankah Allah itu bodoh adanya jika Ia lalai meramalkan sekian banyaknya sekte agama yang ada berikut kekacauan besar di antara dunia Kristen, jika simbol-simbol dari binatang ini gagal mengungkapkan keadaan gereja-gereja yang sebenarnya? Sebagaimana binatang yang tak tergambarkan itu menceriterakan dari hal kejatuhan sidang di dalam masa periode yang dilambangkannya, maka sedemikian itu juga tak dapat tiada dilakukan oleh binatang merah kirmizi. Sesungguhnya inilah alasan utama mengapa binatang-binatang nubuatan ini telah diperlihatkan.

 

Binatang merah kirmizi ialah binatang simbolis yang terakhir dalam rantai peristiwa-peristiwa sejarah yang terus menerus. Binatang ini tidak naik dari laut seperti halnya binatang-binatang yang mendahuluinya, melainkan ia terlihat di padang belantara. Oleh sebab itu, binatang merah kirmizi ini adalah diciptakan dari suatu kejadian sejarah yang tidak sama dengan binatang-binatang yang mendahuluinya. Simbol menunjukkan bahwa bukanlah perjuangan dan perang-perangan di antara bangsa-bangsa yang telah menghantarkan binatang ini ke atas pentas, melainkan sebaliknya suatu prinsip yang bertentangan dengan simbol itu — yaitu lautan yang bergelora.

 

Ia memiliki sepuluh tanduk dan tujuh kepala, sama seperti binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13 : 1 – 3. Satu-satunya perbedaan di antara kepala-kepala dari kedua binatang itu ialah luka parah yang terdapatpada binatang yang menyerupai harimau kumbang. Karena “lukanya telah sembuh,” maka jelaslah bahwa “binatang merah kirmizi” itu adalah kelanjutan dari “binatang yang menyerupai harimau kumbang.” Yahya mengatakan: “Maka luka parahnya itu telah sembuh.”

 

Demikianlah binatang merah kirmizi itu memiliki tujuh kepala yang tidak terganggu. Tujuh kepala itu melambangkan dunia Kristen, sama seperti yang dilambangkannya pada binatang yang menyerupai harimau kumbang, tetapi ini terdapat dalam lambang binatang merah kirmizi sehingga semuanya itu disebut Babilon. Karena ia adalah penuh dengan nama-nama dan hojat, maka ini membuktikan kenyataan bahwa ia melambangkan suatu masa periode yang sangat berdosa. Penuh dengan nama-nama,” mengandung arti suatu masa periode dari apa yang disebut sekte-sekte Kristen yang sekian banyaknya; “dan hojat,” karena menolak kebenaran sekarang, (menolak untuk diperbaiki) tetapi berani menyebut dirinya sendiri dengan nama Kristus (orang-orang Kristen).

 

“Sepuluh” tanduk itu menunjukkan yang sama seperti yang terdapat pada binatang-binatang yang mendahuluinya, yang berarti suatu bentuk universal. Jika kepala-kepala dari binatang yang menyerupai harimau kumbang itu melambangkan organisasi-organisasi gereja, maka binatang yang merah kirmizi itu akan meliputi seluruh peradaban masa kini, baik sipil maupun agama (tanduk-tanduk dan kepala-kepala). Perhatikan bahwa naga dari Wahyu 12 : 3 itu memiliki mahkota-mahkota pada kepalanya, bukan pada tanduk-tanduknya. Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa bilamana mahkota-mahkota muncul pada kepala-kepala, maka itu menunjukkan suatu bentuk badan agama politik. Tetapi jika mahkota-mahkota itu muncul pada tanduk-tanduk, ini mengungkapkan bahwa negara adalah terlepas dari gereja.

 

Dapatlah dicatat bahwa binatang merah kirmizi itu tidak bermahkota, sama seperti binatang yang tak tergambarkan dari Daniel 7 : 7, 8. Sepuluh tanduk itu dalam tahap permulaan dari binatang yang tak tergambarkan, melambangkan kekaisaran Romawi. Tanduk-tanduk itu tidak bermahkota, sebab mereka belum menerima kerajaannya. Tetapi dalam tahap keduanya (sesudah runtuhnya kekaisaran Romawi) sesungguhnya mereka sudah harus dimahkotai; “tanduk kecil” yang memiliki “mata manusia dan sebuah mulut yang membicarakan perkara-perkara besar” (suatu kombinasi antara tanduk dan kepala – gabungan gereja dan negara – yaitu kepausan) karena berkuasa penuh, tanduk-tanduk itu tidak dapat memiliki mahkota-mahkotanya, menunjukkan bahwa kepausan memerintah atas raja-raja. Binatang merah kirmizi itu juga dikuasai oleh perempuan yang menungganginya (gereja dan negara). Demikianlah ditunjukkan bahwa perempuan itu berkuasa, atau mahkota, karena ialah yang memerintah binatang itu. Inilah salah satu alasan mengapa mahkota-mahkota itu tidak terdapat pada binatang ini. Yang terakhir ialah bayangan (patung) dari yang pertama, membuktikan kenyataan bahwa binatang merah kirmizi itu melambangkan periode patung dari binatang itu, yang menggenapi Wahyu 13 : 12, 15, yang berbunyi: “Maka ia melakukan segala kuasa dari binatang yang pertama yang mendahuluinya, dan menyebabkan bumi berikut semua yang mendiaminya untuk menyembah binatang yang pertama, yaitu yang luka parahnya telah sembuh kembali. Dan ia memiliki kuasa untuk memberi nafas hidup kepada patung binatang itu, supaya patung binatang itu berkata-kata dan membuat sebanyak-banyaknya orang yang tidak mau menyembah patung binatang itu supaya dibunuh.” Perbedaan di antara dua bentuk badan yang drastis itu diungkapkan oleh dua simbol (tanduk – kepala pada binatang yang satu, dan perempuan yang menunggangi pada binatang yang lainnya).

 

Binatang tak tergambarkan itu memiliki hanya satu “tanduk kepala” – suatu lambang dari sebuah bentuk agama monosekte oleh penggabungan antara kekuasaan sipil dengan peraturan-peraturan agama. Tetapi binatang merah kirmizi itu memiliki tujuh kepala, yang menunjukkan suatu kombinasi multi sekte yang berada di bawah sebuah kekuasaan hukum agama politik yang berkuasa penuh (perempuan itu). Ia melambangkan dunia kita pada akhirnya, berikut kekuasaannya yang berdaulat penuh dan ajaran agama teoritisnya di bawah pemerintahan dari “perernpuan” itu.

 

Periode yang dilambangkan oleh binatang merah kirmizi itu dimulai dalam tahun 1929, pada saat mana luka parah itu sembuh kembali. Tetapi pekerjaannya belum sepenuhnya berkembang sampai kelak nanti “perempuan itu” menungganginya.

 

Permulaan dari tindakan itu akan kelak dapat ditandai apabila ramalan yang berikut ini sepenuhnya menjadi kenyataan: “Apabila Protestantisme kelak merentangkan tangannya melewati selat untuk menangkap tangannya penguasa Romawi, apabila ia kelak berusaha sampai melewati jurang untuk bergandengan tangan dengan Spiritualisme, apabila di bawah pengaruh dari kesatuan tiga rangkap ini negara kita (Amerika Serikat) kelak membatalkan setiap prinsip dari undang-undang dasarnya sebagai sebuah pemerintahan Protestan dan Republik, lalu kelak bersiap-siap menyebarkan berbagai kepalsuan dan tipu daya dari kepausan, maka dapatlah diketahui bahwa masanya telah sampai bagi pekerjaan Setan yang mentaajubkan, dan bahwa akhirat sudah dekat.” – Testimonies for the Church, Jilid 5, halaman 451.

 

Wahyu 17 : 8 berbunyi : “Adapun binatang yang engkau tampak itu dahulu ada, sekarang tidak ada; maka mereka yang diam di bumi akan heran, yaitu mereka yang nama-namanya tidak tertulis di dalam kitab kehidupan semenjak dari kejadian dunia, apabila mereka memandang binatang itu yang dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan yang akan datang,” Kata malaikat itu, “Binatang yang kau tampak itu (binatang merah kirmizi)” dahulu ada dan sekarang tidak ada.” Sebagaimana yang dijelaskan terdahulu, binatang itu pertama muncul ke atas pentas sejarah dalam tahun 1929. Oleh sebab itu, kata-kata dahulu ada,” itu melambangkan masa periode semenjak tahun 1929 di atas sampai kepada masa apabila ia kelak, tidak ada.”

 

Masa periode yang dilambangkan oleh kata-kata tidak ada,” itu ialah seribu tahun Setan dirantai – yaitu milenium: “Maka ia pun memegang naga itu, yaitu ular tua itu, yaituIblis dan Setan, lalu merantaikan dia seribu tahun lamanya. Dan mencampakkan dia ke dalam lubang yang tak terduga dalamnya, lalu menutup lubang itu, dan membubuh meteraidi atasnya, supaya tiada ia menyesatkan segala bangsa lagi sampai genap seribu tahun itu; dan kemudian dari pada itu ia harus dilepaskan sedikit masa lamanya.” (Wahyu 20 : 2, 3).

 

Masa periode ini dimulai dengan saat kedatangan Kristus dan berakhirnya dunia yang sekarang ini. Pada waktu itu injil dari Wahyu 20 : 6 akan digenapi: “Berbahagialah dan kuduslah orang yang memperoleh bagian dalam kebangkitan yang pertama, maka mati yang kedua tiada berkuasa atas mereka itu, melainkan mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah bersama dengan Dia seribu tahun lamanya.” Setelah orang-orang mati yang benar dibangkitkan dan bergabung dengan orang-orang hidup, maka nubuatan Yeremiah kelak akan sepenuhnya menjadi kenyataan: “Bahwa aku melihat, dan heran, tempat yang subur itu adalah bagaikan padang tekukur, dan semua negerinya telah roboh dihadapan hadirat Tuhan, dan oleh kehangatan murka-Nya, Karena demikianlah firman Tuhan, bahwa keseluruhan tanah itu akan menjadi sunyi, tetapi belum lagi aku mengakhirinya sepenuhnya.” (Yeremiah 4 : 26, 27).

 

Bilamana kota-kota hancur berantakan dan tanah itu menjadi kosong, maka harapan dari orang-orang tebusan akan kelak diselesaikan: “Karena Tuhan sendiri akan turun dari sorga dengan suatu seruan, dengan suara penghulu malaikat, dan dengan bunyi sangkakala Allah, maka segala orang yang telah mati dalam Kristus akan bangkit lebih dahulu. Kemudian kita yang hidup dan yang tinggal ini akan diambil bersama-sama dengan mereka itu ke dalam awan-awan untuk bertemu dengan Tuhan di udara; demikianlah kelak kita akan senantiasa bersama-sama dengan Tuhan.” (1 Tesalonika 4 : 16, 17). Pada saat yang gilang gemilang itu pada waktu orang-orang suci bertolak, bumi akan ditinggalkan dalam kegelapan seperti yang dilukiskan oleh Yeremiah sebagai berikut : “Karena inilah bumi akan kelak murung, dan segala langit yang di atas menjadi hitam; sebab sudah aku membicarakannya, sudah aku merencanakannya, maka tiada aku menyesal, dan juga tiada aku akan berpaling dari padanya. Seluruh orang isi negeri akan lari karena bunyi orang-orang berkuda dan orang-orang pemanah; mereka akan masuk ke dalam hutan-hutan dan naik ke atas batu-batu karang; setiap kota akan ditinggalkan, dan tiada seorang pun akan tinggal di dalamnya.” (Yeremiah 4 : 28, 29).

 

Kemudian, sementara orang-orang suci masuk melewati pintu-pintu gerbang mutiara, khayal Yahya akan menemui kegenapannya sebagai berikut : “Maka aku tampak beberapa tahta, dan mereka duduk di atasnya, maka kepada mereka dikaruniakan kuasa untuk mengadili; maka aku tampak jiwa-jiwa dari mereka yang telah dipancung kepalanya karena menjadi saksi Yesus, dan karena Firman Allah, dan yang tidak menyembah binatang itu, maupun akan patungnya, atau tidak menerima tandanya pada dahi-dahi mereka, atau dalam tangan mereka; maka mereka itu hidup dan memerintah bersama dengan Kristus seribu tahun lamanya.” (Wahyu 20 : 4). Orang-orang benar itu akan menghabiskan waktu seribu tahun lamanya mengadili orang-orang mati yang jahat. Untuk penyelidikan selanjutnya mengenai millenium lihatlah buku “Patriarchs and Prophets,” halaman 103; “The Great Controversy,” halaman 321, 662.

 

“Tetapi segala orang mati yang lainnya itu tiada hidup balik sebelum genap masa seribu tahun itu. Inilah kebangkitan yang pertama”. Dan aku tampak segala orang mati, kecil besar, berdiri di hadapan Allah, maka segala kitab pun dibukakanlah; dan sebuah kitab lainnya pun terbuka, yaitu kitab kehidupan; maka segala orang mati itu diadili menurut segala perkara yang tercatat di dalam kitab-kitab itu, sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka.” (Wahyu 20 : 5, 12). Kitab-kitab itu berisikan catatan-catatan tentangorang-orang jahat itu; kitab hayat terbuka dan diperiksa oleh orang-orang suci itu, maka di dalamnya mereka melihat hanya nama-nama dari orang-orang benar. Nama-nama dari beberapa orang yang pernah terlihat didalamnya telah dicoret, sementara nama-nama dari yang lain-lainnya tidak pernahdimasukkan di antara halaman-halamannya.

 

Kembali kepada pokok pembicaraan kita: “Binatang yang engkau tampak itu dahulu ada, dan sekarang tidak ada; maka ia akan naik keluar dari lubang yang tak terduga dalamnya.” Sedemikian jauh kami telah menjelaskan bagian pertama dari Injil yang diucapkan itu (dahulu ada dan sekarang tidak ada). Sekarang kita catat kata-kata itu: “Maka ia akan naik keluar dari lubang yang tak terduga dalamnya.” Dalam masa periode millenial itu orang-orang jahat akan diadili, dan pada saat akhirnya Kristus dan orang-orang suci akan kembali ke bumi. Yahya menyaksikan hal ini sebagai berikut: “Maka aku Yahya menyaksikan kota suci itu, yaitu Yerusalem baru, turun dari Allah dari dalam sorga, yang dipersiapkan bagaikan seorang pengantin wanita yang dihiasi bagi suaminya.” (Wahyu 21 : 2). Sementara Kristus bersama-samadengan orang-orang suci dan kota itu turun, maka genaplah kata-kata Firman berikut ini : “Maka laut mengeluarkan segala orang mati yang di dalamnya; dan maut dan neraka mengeluarkan segala orang mati yang ada di dalamnya; maka mereka itu diadili masing-masingnya sesuai dengan perbuatan-perbuatan mereka.” (Wahyu 20 : 13). Perhatikanlah kata kerja, “were”, yang tertulis dalam masa lampau (past tense), menunjukkan bahwa mereka itu telah diadili lebih dulu sebelum kebangkitannya. Oleh kebangkitan orang-orang jahat itu, maka Setan akan dilepaskan dari ikatannya untuk “sementara waktu.” (Lihat Wahyu 20 : 3). Dalam cara inilah binatang itu (dunia) kelak akan “naik keluar dari dalam lubang yang tak terduga dalamnya.”

 

Tetapi malaikat itu juga mengatakan, bahwa binatang itu “masuk ke dalam kebinasaan”, yaitu setelah ia naik keluar. Setan dilepaskan hanya untuk sedikit masa lamanya. Ia dan orang-orang jahat itu akan hidup selama seratus tahun setelah kebangkitan mereka. (Tongkat Gembala, Jilid 1, halaman 246 – 249). Alkitab mengatakan bahwa pada akhir dari seratus tahun itu “Kematian dan neraka akan dicampakkan ke dalam lautan api.” (Wahyu 20 : 14, 15). Kematian kedua dari orang-orang jahat itu adalah suatu kematian yang kekal, “maka mereka kelak akan jadi seolah-olah mereka tidak ada sebelumnya.” (Obajah 16). Berbicara mengenai kebinasaan Setan itu, nabi itu mengatakan sebagai berikut: “Mereka itu sekalian di antara segala bangsa yang mengenal akan dikau akan tercengang karenamu; engkau akan menjadi suatu bencana, maka engkau keIak tidak akan ada lagi.” (Yeheskiel 28 : 19).

 

“Karena, sesungguhnya hari itu datang kelak bernyala-nyala seperti dapur api, maka segala orang sombong dan segala orang yang berbuat jahat akan jadi seperti jerami; maka hari yang datang itu akan membakar mereka itu, dernikianlah firman Tuhan serwa sekalian alam, sehingga baik akar maupun cabang tiada lagi tinggal pada mereka itu.” (Maleakhi 4 : 1). Dalam cara inilah binatang itu akan masuk ke dalam kebinasaan. (Definisi dari Webster mengenai kata perditionadalah: “kebinasaan total, kehilangan jiwa atau kebahagiaan selengkapnya dalam suatu keadaan yang akan datang”).

 

Dapatlah disimpulkan sebagai berikut: Binatang itu yang dahulu adaialah masa periode yang mendahului millenium; dan sekarang tidak ada“, ialah selama masa periode millenium itu; dan “akan naik keluar dari dalam lubang yang tak terduga dalamnya,” ialah masa periode sesudah millenium, pada waktu mana semua orang jahat akan dibangkitkan lalu pergi masuk ke dalam kebinasaan; artinya, pada akhir dari seratus tahun itu, orang-orang jahat, Setan dan malaikat-malaikatnya akan dihapuskan dengan api.

 

“Maka mereka yang diam di bumi akan heran, yaitu mereka yang nama-namanya tidak terdapat di dalam buku kehidupan semenjak dari kejadian dunia, apabila mereka memandang akan binatang itu yang dahulu ada, dan sekarang tidak ada, dan akan ada lagi.” (Wahyu 17 : 8). Betapa menaajubkan kelak bagi orang-orang jahat itu nanti bilamana mereka menyaksikan rombongan besar orang banyak itu, yang seperti pasir di laut jumlahnya, yang secara tiba-tiba hidup kembali. Kelak merupakan sesuatu yang tidak pernah terpikirkan di dalam ingatan mereka. Perhatikan kalimat yang berbunyi: “Semenjak dari kejadian dunia.” Kata-kata ini meliputi semua orang jahat semenjak dari permulaan dunia dan membuktikan secara pasti bahwa interpretasi ini adalah benar.

 

Ayat 9 berbunyi: “Maka di sinilah akal yang mengandung hikmat. Bahwa tujuh kepala itu adalah tujuh buah gunung, pada mana perempuan itu duduk.” Semua kepala itu berada bersama-sama pada binatang itu, dan perernpuan itu duduk di atas mereka, membuktikan bahwa keseluruhan tujuh “gunung” itu harus ada pada waktu yang sama. Adanya gunung-gunung itu tidak rnungkin secara berurutan satu menyusul yang lainnya, sebab perempuan itu duduk di atas kesemuanya, menunjukkan suatu perserikatan dari kepala-kepala itu melalui perantaraan perempuan itu. Mereka itu disebut “Gunung-gunung,” sama seperti halnya gereja Allah disebut “gunung”, di dalarn Yesaya 2 : 2, dan Mikha 4 : 1. “Gunung” (tunggal) adalah gereja Allah, tetapi “gunung-gunung” (jamak oleh Yesaya dan Mikha) menunjukkan kepada gereja-gereja yang sama yang dilambangkan oleh kepala-kepala pada binatang itu. Dengan demikian tujuh kepala itu adalah tujuh buah gunung.”

 

Ayat 10 berbunyi : “Maka adalah tujuh orang raja: lima orang sudah jatuh, dan seorang masih ada, dan yang lainnya belum lagi datang; maka apabila ia datang kelak, tak dapat tiada ia tinggal sedikit saja masa lamanya.” Perhatikanlah bahwa ia itu tidak mengatakan mereka adalah,” melainkan adalah.” Oleh sebab itu “kepala-kepala itu” tidak mungkin merupakan lambang-lambang dari raja-raja itu. Raja-raja itu memerintah secara berurutan, sebab, lima raja sudah jatuh, dan seorang masih ada, dan yang lainnya belum lagi datang. Perhatikanlah bahwa angka bilangan Alkitab “tujuh”, berarti kelengkapan. Karena binatang itu juga melambangkan orang-orang jahat yang akan bangkit dari kematian sesudah masa seribu tahun millenium, dan jika semua orang yang hidup semenjak dari Kain sampai kepada akhir dari generasi sekarang ini akan dibangkitkan, maka tujuh orang raja itu dalam kaitannya dengan binatang itu tak dapat tiada harus berlaku terhadap seluruh sejarah dunia semenjak dari kejadian sampai kepada akhir sejarah dunia. “Siapa gerangan sudah mengadakan dan membuat itu, yang memanggil segala bangsa semenjak dari mula pertama? Akulah Tuhan, yang mula-mula, dan yang bersama-sama dengan yang terakhir; Akulah Dia.” (Yesaya 41 : 4).

 

Karena penjelasan dari nubuatan simbolis ini adalah pertama sekali dapat dimengerti pada waktu sekarang ini, dan karena nubuatan-nubuatan yang sedemikian ini adalah hanya dapat diungkapkan pada masanya, dan pelajaran yang ditarik dari padanya itu adalah berkenan dengan generasi sekarang ini, maka ramalan ini adalah kebenaran sekarang. Oleh sebab itu, kita harus memikirkan penggunaan masa lampau dan masa sekarang dari Alkitab itu (Biblical past and present tense). Aturan gramatika ini dianut di dalam Alkitab, dan ini adalah suatu cara untuk mengenali kebenaran sekarang. Janganlah membiarkan musuh menyesatkan anda dalam hal ini oleh falsafah atau teologi yang sia-sia, Injil itu sendiri adalah sempurna. Terjemahan versi King James dapat dipercaya sebagai terjemahan yang “baik.” Perhatikanlah penjelasan-penjelasan oleh terjemahan-terjemahan yang anda sendiri tidak mengerti. Janganlah percaya kepada siapapun.

 

“Maka adalah tujuh orang raja: lima orang sudah jatuh, dan seorang masih ada, dan yang lainnya itu belum datang; maka apabila ia datang kelak tak dapat tiada ia tinggal sedikit saja masa lamanya.” (Wahyu 17 : 10). “Raja” yang adaitu, tak dapat tiada adalah dia yang ada pada waktu sekarang ini, dan raja yang “belum datang” itu, tak dapat tiada harus ada di masa depan. Dengan sendirinya, maka lima orang raja yang jatuhitu, tak dapat tiada berada di masa silam. Ini akan merupakan satu-satunya pendirian yang adil bagi seseorang untuk diambil tanpa berbuat kekeliruan terhadap Firman Allah. Karena ia itu menunjuk kepada keseluruhan sejarah dunia dalam dosa, maka kita harus meninjau bilangan dari kerajaan-kerajaan dunia, atau periode-periode, semenjak dari permulaan dunia. Ada satu kerajaan dunia sebelum air bah, seperti yang telah dijelaskan terdahulu; kerajaan yang kedua ialah Babil; yang ketiga, Medo-Persia, yang ke empat, Gerika, dan yang ke lima ialah kerajaan Romawi. Kelima kerajaan ini sudah jatuh. Kerajaan yang satunya yang “ada”, ialah peradaban yang ada sekarang semenjak dari keruntuhan Romawi di bawah lambang “binatang yang menyerupai harimau kumbang” dan binatang “merah kirmizi, sampai kepada permulaan dari seribu tahun millenium itu, periode ini disebut dengan kata-kata, Romawi dalam keadaannya yang terpecah-pecah, yang dilambangkan oleh kaki-kaki dan jari-jari kaki dari patung binatang Daniel pasal2. Sekaliannya inilah enam orang raja itu. “Lima orang sudah jatuh” dan yang “satunya masih ada.” Raja yang lainnya yang belum datang” itu, tak dapat tiada merupakan masa periode sesudah seribu tahun millenium, yang berkaitan dengan binatang yang akan naik dari dalam lubang yang tak terduga dalamnya itu.

 

Ajaib sekali untuk dicatat bagaimana Allah melukis sejarah dunia kita ini dengan simbol-simbol yang sedemikian tepatnya, dengan menggunakan angka-angka bilangan kelengkapan dalam masing-masing contoh peristiwanya. Demikianlah rencana, peraturan, dan petunjuk Ilahi-Nya bagi semua umat-Nya, diungkapkan dari generasi kepada generasi. Berbicara mengenai raja yang ke tujuh, yaitu raja setelah seribu tahun millenium itu, ayatnya berbunyi sebagai berikut : “Apabila ia datang kelak tak dapat tiada ia tinggal sedikit saja masa lamanya,” berkaitan dengan apa yang terdapat didalam Wahyu 20 : 3 yang berbunyi: “Maka sesudah itu ia (Setan) tak dapat tiada akan dilepaskan sedikit saja masa lamanya.”

 

Wahyu 17 : 11 berbunyi: “Maka binatang yang dahulu ada, dan yang sekarang tidak, ialah yang ke delapan, dan ia terhisap kepala ketujuhnya itu, dan ia masuk ke dalam kebinasaan.” Untuk membuka tabir rahasia ini, maka segala-galanya yang perlu ialah menghitung binatang-binatang nubuatan yang melambangkan masa-masa periode dan bangsa-bangsa. Dimulai dengan binatang yang pertama dan karena kita tutup dengan binatang yang terakhir, maka ia itu tak dapat tiada adalah yang “ke delapan” tetapi “ia berasal dari yang ke-tujuh.”Singa (Babil) adalah yang pertama; beruang (Medo-Persia) ialah yang kedua; harimau kumbang berkepala empat (Gerika) ialah yang ketiga; binatangyang tak tergambarkan (Romawi) ialah yang ke-empat; binatang yang menyerupai harimau kumbang (semenjak dari keruntuhan Romawi sampai pada tahun 1929) ialah yang kelima; binatang dengan tanduk-tanduk yang menyerupaitanduk anak domba (Amerika Serikat) ialah yang ke-enam; binatang merah kirmizi (dari tahun 1929 sampai kepada akhir sejarah dunia ini) ialah yang ketujuh; binatang “merah kirmizi” yang sama yang akan naik dari lubang yang tak terduga dalamnya lalu masuk ke dalam kebinasaan (semenjak dari kebangkitan orang-orang jahat sampai kepada kematian yang kedua) ialah binatang yang ke-delapan : “Maka binatang yang dahulu ada, dan sekarang tidak, ia juga adalah yang ke-delapan, dan ia terhisap kepada yang ketujuh itu, dan ia masuk ke dalam kebinasaan.” Ia adalah yang “kedelapan,” tetapi ia adalah “terhisap kepada yang ketujuh itu,” sebab ia dahulu ada dan sekarang tidak ada, dan akan ada lagi.” Artinya, binatang merah kirmizi itu akan muncul ke atas pentas pada kedua kalinya (yang pertama, sebelum seribu tahun millenium dan yang kedua, sesudah seribu tahun millenium itu, melalui kebangkitan yang kedua). Oleh sebab itu, maka ia adalah yang kedelapan, tetapi terhisap kepada yang ketujuh itu: “Dan ia masuk ke dalam kebinasaan” (kematian yang kedua orang-orang jahat). Sederhana saja halnya, tetapi sangat tepat, ia menceriterakan kebenaran dan membetulkan kekeliruan. Disini kita saksikan suatu rangkaian bilangan-bilangan yang lain yang meliputi keseluruhan rantai binatang-binatang. Ular naga yang merah di dalam Wahyu 12 : 3, tidak dapat ikut diperhitungkan dengan binatang-binatang yang banyak itu karena ia bukanlah lambang dari sesuatu bangsa atau pun sesuatu pemerintahan tertentu. Ia melambangkan Iblis berikut rencana-rencananya pada masa-masa tertentu, karena ia disebut Iblis, dan Setan.” Wahyu 12 : 9).

 

Ayat 12 : “Maka sepuluh tanduk yang engkau saksikan itu adalah sepuluh orang raja, yang belum menerima kerajaan mereka; tetapi mereka menerima kuasa seperti raja-raja sejam lamanya bersama-sama dengan binatang itu.” Tujuh tanduk itu menunjukkan dengan tepat sama seperti yang terdapat pada binatang yang tak tergambarkan. Karena peradaban yang ada sekarang telah diwujudkan dalam binatang itu (kerajaan Romawi) dan dilambangkan oleh tanduk-tanduk itu, maka demikian itu pula rombongan besar orang jahat yang berada pada seberang sana seribu tahun millenium itu akan diwujudkan dalam binatang merah kirmizi dan dilambangkan oleh tanduk-tanduk. Oleh sebab itu, merekaitu “belum lagi menerima kerajaan mereka,” tetapi mereka menerima kuasa seperti raja-raja sejam lamanya bersama-sama dengan binatang itu.” Kalimat yang terakhir ini (sejamlamanya bersama-sama dengan binatang itu) akan dijelaskan sepenuhnya dalam kaitannya dengan penyelidikan yang lain.

 

Ayat 13 berbunyi: “Sekaliannya ini bersepakat, dan mereka akan menyerahkan kekuasaan dan kekuatannya kepada binatang itu.” Raja-raja yang berasal dari kerajaan Romawi itu terus menerus bersaing dan akan terus begitu sampai kepada saat penghabisan. Nabi itu mengatakan: “Maka sebagaimana tuanku melihat besi bercampur dengan tanah liat, mereka itu akan bercampur juga oleh kawin seorang dengan seorang, tetapi mereka tidak dapat dipersatukan satu dengan yang lainnya, sama seperti besi tidak dapat dipersatukan dengan tanah liat.” (Daniel 2 : 43). “Tetapi dengan rombongan besar orang-orang yang tak terhitung jumlahnya pada seberang sana seribu tahun millenium itu tidak demikian itu halnya: “Sekalian mereka ini bersepakat, dan mereka akan menyerahkan kekuasaan dan kekuatannya kepada binatang itu.” (Wahyu 17 : 13).

 

Ayat 14 : “Sekaliannya ini akan berperang melawan Anak Domba itu, tetapi Anak Domba itu akan mengalahkan mereka karena Ia adalah Tuhan atas segala tuan, dan Raja atas segala raja; maka mereka yang mengiringi Dia itu adalah terpanggil, dan terpilih, dan yang setia.” Setan akan menghimpunkan rombongan besar orang banyak itu lalu menipu mereka sekali lagi. Ia akan memimpin bala-bala tentara dari segala bangsa pada akhir dari seratus tahun itu untuk melawan kota suci – yaitu Yerusalem Baru, dan demikianlah ia berperang melawan Anak Domba itu: “Setelah masa seribu tahun itu berakhir, Setan akan dilepaskan dari penjaranya, maka ia akan pergi keluar untuk menipu segala bangsa yang berada pada seluruh empat penjuru bumi, yaitu Gog dan Magog, untuk menghimpunkan mereka bersama-sama untuk berperang: jumlah mereka adalah seperti pasir di pantai laut. Maka naiklah mereka itu ke atas luas bumi, lalu mengepung perkemahan orang-orang suci itu berkeliling, serta kota yang dikasihi itu; maka turunlah api dari Allah dari dalam sorga, dan menelan mereka itu. Maka Iblis yang menyesatkan mereka itu dicampakkan ke dalam lautan api dan belerang, dimana terdapat binatang dan nabi palsu itu, maka mereka akan disiksa siang dan malam selama-lamanya.” (Wahyu 20 : 7 – 10).

 

“Disiksa siang dan malam selama-Iamanya.” Perhatikan bahwa yang dikatakan bukan “sedang disiksa” (bahasa Inggris: tormenting), melainkan disiksa (tormented): artinya, mereka itu dihukum sekali untuk selamanya. “Siang dan malam,” berarti bahwa mereka itu akan dihukum dan dibinasakan dengan cara yang sama seperti orang-orang jahat sebelum air bah yang lalu – oleh hujan yang terus menerus, “siang dan malam,” — air di masa dahulu, dan oleh api di masa kemudian.

 

Warna dari binatang itu (merah kirmizi) mengungkapkan, bahwa umat Allah sudah akan terlebih dulu dipanggil keluar oleh pekabaran dari seruan keras dan dengan demikian terpisah dan mencolok berbeda dari dunia. Dengan demikian meninggalkan binatang itu “merah kirmizi” (meluncur terpisah), suatu pertanda berada di bawah tuduhan bersalah, dibiarkan tanpa dimaafkan – siap untuk binasa. “Penuh nama-nama dan hojat”, menunjukkan sekian banyaknya sekte-sekte agama dan kemunafikan. Tandingan dari pasal ini akan dijelaskan dalam penyelidikan yang lain.

 

 

 82 total,  2 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart