TANDUK YANG SANGAT BESAR DARI DANIEL 8 : 9
<< Go Back


TANDUK YANG SANGAT BESAR

DARI DANIEL 8 : 9

“Kemudian ku angkat mataku, lalu kulihat, bahwa sesungguhnya ada seekor domba jantan berdiri di depan sungai itu, dan adalah padanya dua pucuk tanduk, maka tanduk-tanduk itu tinggi adanya; tetapi yang satu lebih tinggi daripada yang lainnya, dan yang lebih tinggi itu muncul kemudian. Maka kulihat domba jantan itu menanduk ke barat, dan ke utara, dan ke selatan; sehingga tidak ada binatang apapun dapat tahan menghadapinya, dan tidak ada satupun yang dapat lepas dari pada kuasanya, melainkan diperbuatnya sesuai kehendaknya, lalu menjadi besar. Maka sementara aku memikirkannya, tiba-tiba datanglah seekor kambing jantan dari sebelah barat pada permukaan seluruh bumi, maka tiada ia menyentuh tanah; maka kambing jantan itu memiliki sepucuk tanduk yang terkenal diantara kedua matanya. Maka datanglah ia mendapatkan domba jantan yang memiliki dua pucuk tanduk itu yang kulihat berdiri di depan sungai, dan ia pun menerjangnya dengan sangat kuat-nya. Maka kulihat ia datang menghampiri domba jantan itu, dan ia menerjang kepadanya dengan geramnya, dan menanduk akan domba jantan itu, dan mematahkan kedua tanduknya; maka domba jantan itu tidak berkuasa berdiri di hadapannya, melainkan dicampakkannya akan dia ke tanah, lalu diinjak-injaknya akan dia; maka tidak ada seorang pun yang dapat melepaskan domba jantan itu dari pada kekuasaannya. Oleh sebab itu kambing jantan itu bertumbuh menjadi sangat besar, dan setelah ia menjadi kuat, maka tanduknya yang besar itu patah; lalu sebagai gantinya tumbuhlah empat pucuk tanduk yang indah-indah arah keempat penjuru angin di langit. Maka dari salah satu pucuknya itu terbitlah sepucuk tanduk kecil, yang bertumbuh menjadi sangat besar, arah ke selatan, dan arah ke timur, dan arah ke tanah yang permai itu. “(Daniel 8 : 3 – 9).

 

Malaikat yang memberikan interpretasi pengertiannya kepada Daniel mengatakan: “Adapun domba jantan yang kau lihat memiliki dua pucuk tanduk itu ialah raja-raja dari Medo dan Persia. Dan kambing jantan yang kasar itu ialah raja dari Gerika; dan tanduk besar yang terdapat diantara kedua matanya itu ialah rajanya yang pertama. Kini tanduk itu patah, maka sebaliknya tumbuhlah empat pucuk sebagai penggantinya, yaitu empat kerajaan yang akan keluar dari bangsa itu, tetapi bukan dalam kekuatannya. Dan dalam masa terakhir kerajaan mereka itu, apabila semua pendurhaka sudah sampai penuh, maka akan bangkit berdiri seorang raja yang keras mukanya dan mengerti kalimat-kalimat gaib.” (Daniel 8 : 20 – 23).

 

“Maka pada masa kemudian dari kerajaan mereka (empat bagian kerajaan Gerika itu), seorang raja yang bengis mukanya … akan bangkit.” Kata-kata Firman ini berlaku terhadap kerajaan Romawi, karena raja ini harus berdiri pada akhir dari pemerintahan raja-raja Gerika. Pemerintahan Ptolemy adalah yang terakhir dari empat bagian kerajaan Gerika itu yang jatuh di bawah kekuasaan Romawi. Dengan jatuhnya Anthony, dan matinya Cleopatra pada kira-kira tahun 27 sebelum Tarik Masehi, dinasti Ptolemy yang terkenal itu berakhirlah, dan Mesir menjadi sebuah propinsi dari pemerintahan Romawi. Ia akan bangkit berdiri “apabila para pendurhaka itu sudah sampai penuh.” Orang-orang Gerika itu belum pernah menjadi pendurhaka; oleh sebab itu, petunjuk di atas hanya dapat diaplikasikan kepada bangsa Yahudi, pada waktu mana bangsa yang pernah menjadi umat pilihan Allah itu akan mengungguli setiap catatan kebejatan moral dan kerohaniannya sebelumnya. Bangsa Yahudi sampai pada kondisi itu pada masa kekuasaan Romawi, dan pada kedatangan Kristus yang pertama. Oleh sebab itu raja yang berwajah bengis ini ialah raja Romawi, setelah “para pendurhaka” itu (orang-orang Yahudi) sampai kepada “kejenuhan mereka.”

 

Kekuasaan Romawi Bukan Miliknya Sendiri;

Mengerti Kalimat-Kalimat Gaib

 

“Maka kuasanya akan menjadi hebat; tetapi bukan oleh kuat dirinya sendiri, dan ia akan membinasakan secara gemilang dan ia akan beruntung, segala perbuatannya, dan ia akan membinasakan umat yang kuat dan suci. Dan oleh kebijakannya juga beruntunglah segala tipu yang dikenakannya; maka ia akan membesarkan dirinya sendiri dalam hatinya, dan dengan damai ia akan membinasakan banyak orang; ia juga akan bangkit berdiri melawan penghulu dari segala penghulu itu; tetapi ia akan hancur tanpa pertolongan tangan.” (Daniel 8 : 24, 25).

 

“Ia akan memahami kalimat-kalimat gaib,” dan “kuasanya akan menjadi hebat, tetapi bukan oleh kuatnya sendiri.” Keberuntungannya diselesaikan dengan damai; maka, jika dengan damai, Injil tidak dapat memiliki petunjuk apapun mengenai ambisi perebutan teritorial. Kuasanya akan diarahkan untuk melawan umat kesucian (orang-orang Kristen). “Ia juga akan bangkit berdiri melawan “Penghulu dari segala penghulu” itu (Kristus).

 

Agar supaya seseorang dapat memahami kalimat-kalimat gaib, ia harus menggunakan kekuatan gaib, maka kekuatan itu tidak mungkin merupakan kekuatannya sendiri. Pertanyaan akan timbul mengenai dimana ia akan memperoleh kekuasaannya yang hebat itu. Jika serangannya adalah melawan Kristus dan umat-Nya, maka tidaklah sulit untuk mengetahui jenis kekuasaan yang digunakannya. Tetapi, Yahya memberikan kepada kita sumber dari kekuatan gaib ini.

 

 
 

“Maka kelihatanlah suatu keajaiban besar di langit; seorang perempuan bersalutkan matahari, dan bulan berada di bawah kakinya, dan di atas kepalanya terdapat sebuah mahkota berisikan dua belas bintang; adalah ia itu mengandung dan berteriak sebab kesakitan hendak beranak. Maka kelihatan lagi suatu keajaiban yang lain di langit, yaitu adalah seekor naga besar yang merah menyala, memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk, dan tujuh mahkota di atas kepala-kepalanya itu. Maka ekornya itu menyeret sepertiga bagian dari bintang-bintang di langit, lalu mencampakkan semuanya itu ke bumi; lalu naga itu berdiri di hadapan perempuan yang siap hendak melahirkan itu, untuk menelan anaknya segera setelah ia lahir. Maka dilahirkan olehnya seorang anak laki-Iaki, yang akan memerintah segala bangsa dengan tongkat besi; maka anaknya itu pun disambar dibawa kepada Allah, dan kepada tahta-Nya.” (Wahyu 12 : 1 – 5).

 

Perempuan itu melambangkan sidang Allah; mahkota yang berisikan dua belas bintang ialah otoritasnya atau pemerintahannya (dua belas rasul), dan anak itu ialah Kristus. Di dalam ayat sembilan kepada kita diberitahukan, bahwa naga itu ialah “Iblis dan Setan.” Adalah dengan bentuk Herodes naga itu berdiri di hadapan perempuan itu, bersiap-siap untuk menelan anaknya segera setelah kelahirannya.

 

“Sepeninggal orang-orang majus itu, maka kelihatanlah kepada Yusuf dalam mimpi seorang malaikat yang mengatakan” ‘Bangunlah engkau, ambillah kanak-kanak itu bersama ibu-Nya, dan larilah ke Mesir, dan tinggallah kamu di sana sampai aku beritahukan lagi kepadamu; karena Herodes akan mencari kanak-kanak itu untuk membinasakan Dia.” (Matius 2 :13).

 

Oleh sebab itu, kekuasaan yang Romawi gunakan dalam kekejamannya melawan “umat kesucian dan Penghulu dari segala penghulu itu” adalah kuasa dari naga itu, dan karena itulah raja-raja Romawi “memahami kalimat-kalimat gaib” dengan mana ia, yaitu Iblis, telah berketetapan hati untuk membinasakan Kristus dan semua pengikut-Nya. (Ikutilah gambar pada halaman 178).

 

Tanduk Mengungkapkan Apa Yang Binatang Itu

Gagal Melaksanakan
 

Sebagaimana Medo-Persia dan Gerika masing-masing telah dilambangkan dengan dua simbol – yaitu Medo-Persia pertama oleh domba jantan dan kedua oleh beruang; dan Gerika pertama oleh kambing jantan dan kedua oleh binatang harimau kumbang berkepala empat, maka demikian itu pula Romawi telah dilambangkan pertama oleh tanduk yang sangat besar pada kambing jantan itu, dan kedua oleh binatang yang tak tergambarkan. Tahap pertama dari binatang yang ke-empat melambangkan kekaizaran Romawi, tetapi tahap keduanya setelah tiga tanduknya itu tercabut, ini melambangkan Romawi kepausan. (Lihat halaman 64 – 68). Binatang yang melambangkan kekaizaran Romawi itu tidak banyak memberikan informasi mengenai bentuk pemerintahan Romawi, tetapi apa yang tidak diungkapkan oleh binatang itu justru dapat diketahui dari tanduk kambing jantan yang besar itu. Oleh karena itu, kita harus meninjau kekuasaan dari tanduk yang besar itu berikut tindak tanduknya.

 

Menggugurkan Bala Tentara Dan Bintang-Bintang

 

Daniel mengatakan: “Oleh sebab itu, kambing jantan itu menjadi sangat besar: dan setelah ia menjadi kuat, maka tanduk yang besar itu patah; dan sebagai gantinya tumbuhlah empat tanduk yang indah mencolok yang mengarah ke empat mata angin di langit. Maka bertambahlah besar ia sampai ke tentara sorga; lalu ia menggugurkan beberapa dari tentara itu dan beberapa bintang ke tanah, lalu di pijak-pijaknya akan mereka itu.” (Daniel 8 : 8, 10).

 

“Bala tentara sorga itu” tidak mungkin dimaksudkan kepada bangsa Yahudi pada waktu itu karena orang-orang Yahudi telah membunuh nabi-nabi, dan mereka telah menolak setiap pekabaran yang telah dikirim Allah kepada mereka melalui perantaraan hamba-hamba-Nya yang sederhana,sehingga tidak ada lagi penyembuhan bagi mereka. Dengan demikian mereka telah tinggal dengan tanpa seorang nabi pun semenjak dari zaman Maleakhi. Kalau saja mereka mematuhi suara Allah melalui perantaraan utusan-utusanNya, maka ia tidak akan membiarkan mereka jatuh di bawah penjajahan Romawi.

 

Orang-orang Yahudi itu mengemukakan alasan seperti yang dilakukan kebanyakan orang Kristen pada waktu ini. Mereka berpendirian bahwa mereka adalah bijaksana dan bahwa mereka sudah berkenan kepada Allah, walaupun mereka menolak setiap sinar terang, dan sepenuhnya meremehkan himbauan-himbauan dan kemurahan-kemurahan dari Hua Allah. Kekeliruan mereka terhadap kebenaran Allah, dan keragu-raguan mereka terhadap terang yang menyinari firman Allah, telah merampas dari mereka hikmah dan pengetahuan terhadap Yang Maha Tinggi, sehingga akhirnya mereka dibawa masuk kedalam dosa dan tuduhan yang mengerikan. Pada waktu mereka menolak pekabaran yang dibawakan kepada mereka oleh para rasul yang dipenuhi dengan kuasa Roh suci, maka berdosalah mereka itu melawan Rohulkudus, sehingga oleh karena itulah mereka telah menutup satu-satunya saluran melalui mana Allah berkomunikasi dengan mereka.

 

Oleh sebab itu, maka orang-orang Yahudi itu, di bawah tuduhan yang sedemikian ini, tidak mungkin disebut “bala tentara sorga,” ataupun sedikitnya “bintang-bintang.” “Bahkan dibesarkannya dirinya sampai kepada Penghulu dari bala tentara itu,” (Ayat 11). “Penghulu itu” ialah Kristus, dan “bala tentara itu” adalah orang-orang Kristen. Ini adalah satu-satunya aplikasi yang tepat yang dapat dibuat untuk ucapan kata-kata di atas. “Bintang-bintang” itu tak lain adalah para rasul, sama seperti mereka itu telah dilambangkan oleh mahkota dari perempuan yang terdapat dalam Wahyu 12 : 1. Oleh karena itu, “bintang-bintang yang telah digugurkan itu dimaksudkan kepada para rasul, dan “bala tentara” itu dimaksudkan kepada orang-orang Kristen sesudah penyaliban Kristus, pada waktu Romawi bersama-sama dengan orang-orang Yahudi, menganiaya dan membunuh (“menggugurkan sampai ke tanah”). “Bahkan ia membesarkan dirinya sampai kepada penghulu dari bala tentara itu; artinya, kekuasaan Romawi itu membesarkan dirinya melawan Kristus – Penghulu dari orang-orang Kristen.

 

Yang Sehari-Hari Itu Dan Tempat Kesucian

Dihempaskan Ke Tanah

 

“Dan olehnya korban yang sehari-hari itu ditiadakan, dan tempat dari kaabah kesuciannya itu dirobohkan. Maka suatu tentara diserahkan kepadanya melawan korban yang sehari-hari itu karena alasan pendurhakaan, dan dihempaskannya kebenaran itu ke tanah, maka dalam segala yang dibuatnya itu beruntunglah ia.” (Daniel 8 : 11, 12).

 

Dalam mengomentari ayat ini Roh nubuatan mengatakan sebagai berikut: “Kemudian aku tampak dalam kaitannya dengan “yang sehari-hari itu”, Daniel 8 : 12, bahwa perkataan “korban” itu telah disisipkan oleh kepintaran manusia, dan bukan merupakan bagian dari ayat itu.” – Early Writings, halaman 74. Inilah yang benar, maka kita harus meninggalkan perkataan “korban” itu, tetapi berpegang kepada “yang sehari-hari” itu, walaupun perkataan “korban” itu tertulis miring, yang menunjukkan bahwa ia itu disisipkan, suatu khayal telah diberikan berkenan dengan ayat ini, membuktikan bahwa suatu kebenaran penting ada terkandung didalam kata-kata “yang sehari-hari” dan “kaabah kesucian.” Apapun juga “yang sehari-hari” itu, ia itu telah ditiadakan oleh “Tanduk Besar” itu.

 

Di dalam Daniel” 11 : 31 terdapat petunjuk mengenai peristiwa yang sama sebagai berikut: “Dan tentara akan berdiri pada pihaknya, maka mereka akan menajiskan kaabah kesucian benteng itu, dan mereka akan meniadakan yang sehari-hari itu, …. dan mereka akan menempatkan kekejian yang membinasakan itu.”

 

Ayat yang baru dikutip ini memperjelas pengertian bahwa baik ”yang sehari-hari” maupun “kaabah kesucian” itu tak dapat tiada harus merupakan sebagian dari kebenaran Allah. Pemikiran ini tidak mungkin salah diartikan tanpa merusak Injil. Perhatikanlah bahasa yang digunakan: “Maka rnereka akan menajiskan kaabah kesucian benteng itu dan mereka akan meniadakan “yang sehari-hari” itu. Sesudah menajiskan “kaabah kesucian” itu dan menyingkirkan “yang sehari-hari” itu, kemudian dikatakan: “Mereka akan rnenempatkan kekejian yang membinasakan.” Itu artinya: “Kaabah kesucian” itu dan “yang sehari-hari” itu diganti dengan kekejian. Kekejian itu tak dapat tiada harus rnerupakan sesuatu lembaga agama kapir, dan bahwa ajaran Kapir itu (“kekejian”) yang akan membinasakan. Artinya, ia itu rnenghancurkan “kaabah kesucian” itu, “yang sehari-hari” itu, dan kebenaranitu; atau seperti yang diucapkan di dalarn Daniel 8 : 13: “Diinjak-injak di bawah telapak kaki.” “Dan ia rnencampakkan kebenaran itu ke tanah, dan dalam segala yang dibuatnya itu beruntunglah ia.” (Ayat 12).

 

Berbicara mengenai peristiwa yang sama Yesus rnengatakan, “Sebab itu, apabila kamu melihat kelak kekejian yang membinasakan itu, yang dibicarakan oleh nabi Daniel, berdirilah di tempat kudus, (barangsiapa yang membaca, hendaknya ia mengerti.” (Matius 24 : 15).

 

Yesus rnenyebut “yang sehari-hari itu” dan kaabah kesucian itu, tempat kudus.” Tidak ada satu pun kaabah kesucian kapir yang akan disebut Tuhan dengan kata-kata “tempat kudus”; bahkan ia itu pun tidak dapat dinajiskan, sebab sedianya memang selalu najis. Tidak ada satupun hari-hari kepunyaan Kapir yang dapat disebut suci. Oleh sebab itu, “yang sehari-hari” dan “kaabah kesucian” itu harus memegang kebenaran sebagai yang terpenting bagi gereja Kristen, dan nabi itu menyatakan bahwa ia itu “diinjak-injak di bawah telapak kaki.” Perkataan “korban” itu dalam hubungannya dengan “yang sehari-hari” itu telah diperlihatkan disisipkan oleh akal manusia, seperti yang dikemukakan terdahulu. Telah juga ditunjukkan, bahwa perkataan “yang sehari-hari” itu adalah benar. Oleh karena itu, maka ia itu tidak dapat ditambah dengan perkataan lain; itu harus tetap saja sebagaimana adanya.

 

Sementara Daniel mengamat-amati dengan seksama pemandangan itu di dalam khayal, maka katanya: “Kemudian aku dengar seorang suci berkata-kata, dan seorang suci yang lain mengatakan kepada orang suci yang berkata-kata itu, Berapa lamakah kelak khayal mengenai yang sehari-hari itu, dan pendurhakaan yang membinasakan itu, untuk memberikan kepada kaabah kesucian dan tentara-tentara itu untuk diinjak-injak di bawah telapak kaki? Maka katanya kepadaku, Sampai dua ribu tiga ratus hari; kemudian kaabah kesucian itu akan disucikan.” (Daniel 8 : 13, 14).

 

Periode nubuatan dari 2.300 hari (tahun) itu, suatu kebenaran Alkitab yang terkenal, pertama sekali diajarkan oleh William Miller sebelum tahun 1844. Oleh sebab itu, maka kami tidak akan memberikan penjelasannya di sini. Cukuplah untuk dikatakan, bahwa periode nubuatan yang panjang itu berakhir dalam tahun 1844. Pertanyaan yang dikemukakan oleh salah seorang suci, Berapa lamakah kelak khayal mengenai yang sehari-hari itu, kaabah kesucian itu, dan tentara-tentara itu ? Kemudian ia itu dijawab oleh seorang suci yang lain, “Sampai dua ribu tiga ratus hari.” Adalah hanya perlu untuk menentukan dua kebenaran penting manakah yang telah muncul dalam tabun 1844, maka kita akan memiliki kebenaran itu mengenai apa yang dimaksudkan dengan “yang sehari-hari” itu dan “kaabah kesucian” itu. Keduanya itu dengan sendirinya sudah jelas, baik dalam perkataan maupun waktu – yaitu kebenaran-kebenaran mengenai Sabat dan kaabah kesucian, seperti yang keduanya telah diajarkan secara bersama-sama dalam tahun 1844 yang lalu.

 

Ajaran Sabat adalah satu-satunya kebenaran Alkitab dalam sejarah Kristen yang mempermasaIahkan suatu hari yang pasti; sebab itulah ia disebut yang sehari-hari.” Perkataan “yang sehari-hari,” dalam bahasa Iberani oleh Isaac Leeser diterjemahkan dengan “terus menerus.” Demikianiah ia itu jelas mengandung kenyataan, bahwa Sabat itu (ajaran mengenai yang sehari-hari) adalah suatu kebenaran kekal yang terus menerus.

 

Karena Sabat itu (yang sehari-hari) telah ditiadakan, dan “kekejian ditegakkan,” maka apa yang telah menggantikan tempat Sabat yang Suci itu dan kebenaran mengenai kaabah Kesucian, ia itu telah disebut “kekejian”. Dengan sendirinya, maka pemeliharaan Hari Minggu dan suatu keimamatan yang palsu merupakan hanya perkara-perkara yang dapat diaplikasikan kepada sebutan “kekejian”, karena hari yang ke-tujuh itu telah diganti dengan hari yang pertama di dalam minggu, yaitu Hari Minggu – yaitu “kekejian yang membinasakan.” Artinya, Sabat itu telah dilupakan, atau “telah dibuang ke tanah,” sampai tahun 1844, bersama-sama dengan kebenaran mengenai kaabah kesucian. Karena kebenaran mengenai pelayanan kaabah kesucian itu telah dibuang ke tanah,” (kebenaran mengenai keimamatan Kristus di dalam kaabah kesucian sorga), maka keimamatan Kapir, atau Kepausan, seperti yang dikenal sekarang, telah ditegakkan, sehingga dengan demikian meniadakan dari sidang tugas pembelaan Kristus yang sebenarnya. Kebenaran mengenai kaabah kesucian, bersama-sama dengan kebenaran Sabat, telah dipentaskan dalam tahun 1844, pada waktu mana pehukuman (penghapusan dosa) dimulai di dalam kaabah kesucian sorga, menggenapi nubuatan berikut ini:

 

“Maka dalam antara yang kulihat ini adalah tertaruh beberapa tahta, maka Yang Tiada berkesudahan Hari-Nya itu dudukIah, maka pakaiannya putih seperti salju dan rambut kepala-Nya seperti bulu domba yang murni. Tahtanya adalah seperti bunga-bunga api dan roda-roda-Nya seperti api yang bernyala-nyala. Suatu sungai api mengalir keluar dari hadapan-Nya; beribu-ribu berbakti kepada-Nya, dan sepuluh ribu kali sepuluh ribu berdiri di hadapan-Nya; maka majelis hukum duduklah, dan semua buku-buku dibukakan.” (Daniel 7 : 9, 10).

 

Pada waktu kegenapan nubuatan ini maka pekabaran malaikat yang pertama diserukan sebagai berikut: “Maka aku tampak seorang malaikat yang lain terbang di tengah langit, dan padanya ada Injil yang kekal untuk diberitakan kepada segala orang yang diam di bumi, dan kepada setiap bangsa, dan suku bangsa, dan bahasa, dan orang banyak, sambil katanya dengan suara besar, Takutlah akan Allah dan muliakanlah Dia, karena jam pehukuman-Nya telah sampai.” (Wahyu 14 : 6, 7). Ini adalah suatu kebenaran Alkitab terkenal lain lagi. (Bacalah buku The Great Controversy pp. 352 – 356).

 

Kebenaran-kebenaran mengenai kaabah kesucian dan Sabat dikembalikan ke tempatnya yang patut dalam tahun 1844. Tetapi permasalahan mengenai kapan kedua pokok doktrin yang suci ini “dibuang ke tanah,” atau “diinjak injak di bawah telapak kaki,” masih harus dijawab. Malaikat itu dalam pembicaraannya kepada Daniel dalam kaitannya dengan waktu itu, mengatakan: “Maka semenjak dari saat yang sehari-hari itu kelak ditiadakan, dan kekejian yang membinasakan itu ditegakkan, akan terdapat seribu dua ratus sembilan puluh hari. Berbahagialah orang yang menanti-nanti, dan yang sampai kepada seribu tiga ratus tiga puluh lima hari itu.” (Daniel 12 : 11, 12).

 

Dapatlah dicatat bahwa tidak ada satu pun berkat dijanjikan pada akhir dari 1290 hari nubuatan (tahun) itu, tetapi ada suatu berkat istimewa dijanjikan kepada orang-orang yang menanti-nanti sampai kepada 1335 hari (tahun) itu digenapi. Oleh sebab itu, maka pada akhir dari 1335 tahun itu “yang sehari-hari” itu (Sabat) akan dikembalikan, dan berkat ini adalah bagi mereka yang akan hidup semenjak dari waktu itu dan seterusnya, jika mereka mengerti dan mau menerima kebenarannya.

 

Untuk menentukan masa nubuatan kapan Sabat hari yang ke-tujuh (yang sehari-hari), dan “kebenaran” (“kaabah kesucian”) telah diinjak-injak di bawah telapak kaki, dan pemeliharaan Hari Minggu berikut keimamatan Kapirnya ditegakkan sebagai gantinya, maka kita perlu mengurangi 1335 tahun dari 1844, sehingga kita akan dibawa ke belakang ke tahun 508 T.M., (dihitung dengan almanak lberani). Dalam tahun ini “Yang sehari-hari” itu (kebenaran Sabat) dan Kebenaran mengenai “Kaabah Kesucian” telah “dibuang ke tanah,” dan “Kekejian” (Hari Minggu) “telah ditegakkan.”

 

Untuk dapat memahami kebenaran mengenai 1290 tahun (“hari-hari”) itu, tambahkanlah angka itu kepada 508, maka kita akan dibawa kepada tahun 1798 T.M., saat mana 1260 hari nubuatan dari Daniel 7 : 25 berakhir dengan tertawannya Paus Pius VI, Demikianlah penindasan nubuatan terhadaptentara-tentaraitu berakhir dalam tahun 1798, tetapi kebenaran kaabah kesuciandan kebenaran mengenai yang sehari-hariitu belum lagi dikembalikan untuk ditempatkan di dalam sidang sampai genap 1335 hari (tahun) itu dalam tahun 1844. Kenyataan yang tak dapat dibantah ini membuktikan, bahwa pergerakan yang timbul dalam tahun 1844 adalah sidang Allah yang benar, yang telah diramalkan secara Ilahi. Sebab itu ini menjernihkan kekacauan yang luas yang ada di dalam dunia Kristen mengenai mana gereja yang memiliki kebenaran bagi zaman ini. Ini juga mengikis habis semua kepalsuan lainnya, karena adalah hanya satu pergerakan yang memiliki kebenaran mengenai kaabah kesucian itu.

 

Karena kebenaran mengenai dua pokok doktrin yang tak terpisahkan itu telah dibuang dalam tahun 508 T.M., yang lalu mendahului berdirinya kepausan, maka demikian itu pula tertawannya paus dalam tahun 1798 merupakan persiapan bagi kembalinya kebenaran-kebenaran Alkitab itu diajarkan secara bersama-sama, yaitu kebenaran Sabat dan kebenaran mengenai kaabah Suci. Tanggung jawab yang terletak pada kepausan bukannya karena adanya penyucian hari Minggu, melainkan sebaliknya, karena keinginannya untuk merubah hukum Allah, seperti yang ditunjukkan dalam Daniel 7 : 25: “Merencanakan untuk merubah masa dan hukum. “Kepausan merencanakan untuk menghapus Sabat Hari Ketujuh itu dari hukum yang kekal, lalu memasukkan hari yang pertama dari minggu sebagai penggantinya.

 

Bagaimana Gereja Dikapirkan ?

 

Adalah raja-raja Romawi yang telah mengkapirkan gereja, dan karena orang-orang kapir selalu menyucikan Hari Minggu, maka Sabat telah disingkirkan sejauh yang berkaitan dengan penguasa-penguasa gereja, imam-iman dan raja-raja. Orang-orang kapir sama sekali tidak menghiraukan Sabat itu. Kepada mereka tidak diajarkan mengenai kesuciannya, dan orang-orang Kristen yang sedikit jumlahnya yang mencoba untuk tetap memeliharakan hari yang suci itu telah hilang di dalam rombongan besar orang banyak itu. Segera upacara-upacara Sabat itu berlalu merupakan suatu perkara masa lampau. Ini berhasil terlaksana dalam tahun 508 T.M. yang lalu. Perbuatan iblis ini membuka jalan, lalu kepausan ditegakkan dalam tahun 538. Paus telah dibuat menjadi pemerintah yang mutlak, raja atas segala raja, dan pengoreksi terhadap semua penentang fahamnya, karena kekuasaan ilahinya itu. Rencana itu adalah bagi kekekalan ajaran-ajaran palsunya, dan untuk tetap mempertahankan kebenaran selama-lamanya di bawah kakinya. Inilah suatu perkara yang sangat misterius, bagaimana caranya musuh bebuyutan manusia itu berhasil menipu orang-orang yang berinteligensia tinggi. Ia memagari mereka itu sampai kepada kehancuran mereka sendiri. Demikianlah telah jadi pada segala zaman.

 

Seperti yang dijelaskan terdahulu, Romawi pertama sekali menganiaya orang-orang Kristen. Tetapi setelah ular naga tua itu melihat bahwa aniaya itu tidak dapat meruntuhkan iman mereka, maka ia merubah rencananya, lalu dibuatkan suatu penggarisan iblis yang lebih licin untuk membinasakan sidang. Sebagaimana biasanya ia bekerja melalui perantaraan hati manusia biasa, dengan menggunakan alat manusia untuk membawakan suatu penipuan yang tidak terlihat oleh mata orang berdosa.

 

“Gibbon’s Rome,” Jilid 2, halaman 273, 274 mengatakan: “Dengan keputusan-keputusan toleransi, maka ia (Constantine) telah menyingkirkan segala halangan yang bersifat sementara yang sampai pada waktu itu telah memperlambat kemajuan Kekristenan; maka para pendetanya yang banyak dan giat itu memperoleh suatu ijin bebas, yaitu suatu dorongan yang tidak terikat, untuk mengemukakan kebenaran-kebenaran Wahyu yang terpuji dengan setiap argumentasi yang dapat mempengaruhi akal dan kepatuhan manusia. Keseimbangan yang betul-betul seimbang di antara dua agama ini (Kristen dan Kapir) berlangsung hanya sementara … Kota-kota yang telah menunjukkan suatu semangat kemauan yang maju oleh membinasakan secara sukarela semua kuil-kuil kekapiran mereka telah diberi hak-hak istimewa warga kota, serta dihadiahi dengan pemberian-pemberian yang terkenal … Keselamatan dari orang-orang biasa telah dibeli dengan harga murah, jika itu benar, maka dalam setahun saja dua belas ribu pria telah dibaptiskan di Roma, di samping sejumlah yang sama wanita dan anak-anak, dan bahwa sebuah pakaian putih berikut dua puluh keping emas telah dijanjikan oleh kaizar kepada setiap orang yang bertobat … lni adalah sebuah undang-undang dari Constantine yang menganugerahkan kemerdekaan kepada semua budak yang akan memeluk Kekristenan.

 

Dengan cara inilah Romawi telah mengkapirkan gereja, maka apa yang telah gagal dilakukan melalui aniaya, kini melalui hadiah-hadiah dan penghargaan-penghargaan berhasil diselesaikan. Karena orang-orang Kristen yang menang itu terus mendesak maju melawan tembok aniaya yang tak terkalahkan itu yang ditunjang sendiri oleh iblis, maka iblis tiba-tiba menarik diri, membiarkannya roboh. Demikian inilah, maka karena aniaya itu berhenti, maka ia itu membuat mereka seolah-olah jatuh oleh dorongannya sendiri. Demikianlah apa yang kuasa Setan gagal melaksanakan melalui aniaya, ia ternyata berhasil menyelesaikannya dengan cara mengundurkan diri tiba-tiba. Apabila ular naga yang tua itu melihat, bahwa ia tidak berhasil meruntuhkan rumah kerohanian itu dengan jalan aniaya, maka ia kemudian merubah rencananya lalu menggunakan kekuatannya untuk meruntuhkan pondasi rasul-rasul itu melalui pemberian hadiah-hadiah dan berbagai dorongan kepada orang-orang kapir dengan persetujuan orang-orang Kristen. Karena orang-orang kapir berduyun-duyun menggabungkan diri dengan sidang, maka aliran kemurtadan berbalik menghantam orang-orang Kristen. Gantinya sidang meng-Kristenkan dunia maka dunialah yang mengkapirkan sidang. Dengan jalan inilah orang-orang Kristen jatuh ke bawah kekuasaan dari ‘ular naga’ itu dan karenanya mereka ditelan oleh kepala-kepalanya (dikapirkan). Tetapi karena setan merencanakan untuk menjamin sepenuhnya maksudnya, maka ia kembali mengarahkan aniayanya terhadap orang-orang kapir, ia takut kalau-kalau semangat Kristen yang benar itu akan hidup kembali jika kedua sekte ini, yaitu Kristen dan Kapir tetap ada.

 

Gibbon mengatakan: “Di bawah pemerintahannya (pemerintahan Athanasius) Kristen memperoleh kemenangan yang mudah dan lama; maka segera setelah senyuman dari perlindungan raja ditarik, kecerdasan pikiran faham kekapiran yang telah dibina dan dipelihara dengan sepenuh hati melalui kesenian-kesenian Julian, lalu tenggelam untuk seterusnya di dalam tanah.” – Gibbon’s Rome, Jilid 2, p. 521.

 

“Suatu jabatan khusus telah diberikan kepada Cynegius, polisi Preatoria dari sebelah timur, dan kemudian kepada Counts Jovius dan Gaudentius, dua perwira dari barisan yang terkenal di sebelah Barat; oleh mana mereka diarahkan untuk menutup semua kuil, merampas dan membinasakan semua peralatan penyembahan berhala, menghapuskan semua hak-hak istimewa dari para imam, dan menyita harta benda yang suci bagi kepentingan kaizar, gereja, atau tentara ……. Banyak dari kuil-kuil itu adalah monumen-monumen arsitektur Gerika yang sangat indah dan cantik; dan kaizar sendiri lebih senang untuk tidak merusak keindahan dari kota-kotanya, atau pun mengurangi nilai-nilai dari harta miliknya sendiri … Di Syria, Marcellus yang sempurna dan ilahi itu, sebagaimana ia dicoraki oleh Theodoret, seorang rabi yang hidup dengan semangat apostolic, telah memutuskan untuk meratakan dengan tanah kuil-kuil yang megah … Tetapi pada waktu sebuah keputusan penghancuran terhadap dewa-dewa Alexandria diumumkan, maka orang-orang Kristen lalu mengeluarkan seruan kegembiraan dan penuh sukacita sementara orang-orang Kapir yang malang itu yang amarahnya telah mereda menjadi ketakutan, mereka dengan cepat mundur secara diam-diam … Theophilus maju keluar membinasakan kuil Serapis, … lalu memuaskan dirinya sendiri dengan mengurangi gedung itu sendiri sampai menjadi sebuah timbunan sampah, sebagiannya tak lama kemudian dibersihkan, untuk mempersiapkan tempat bagi sebuah gereja, yang didirikan sebagai penghargaan terhadap para martir Kristen.” – Sda., Jilid 3, halaman-halaman 140 – 146.

 

Demikianlah orang-orang kapir telah menggabungkan diri dengan gereja Kristen melalui paksaan dan penyuapan dan bukan oleh pengakuan dosa, maka karena itulah Kristen telah membuka jalan kepada penyembahan berhala. Gibbon mengatakan: “Kedua agama secara bergantian telah dibuat malu oleh pemeluk-pemeluk agama baru yang tidak sepatutnya yang tampaknya terus bertambah, oleh orang-orang penggemar agama yang berpakaian ungu-ungu yang dapat ke sana-kemari tanpa alasan, tanpa malu, dari sidang ke kaabah, dan dari medzbah-medzbah kemeja yang suci dari orang-orang Kristen.” – Sda., Jilid 2, halaman 522.

 

Sidang dalam kesuciannya, yang dipenuhi dengan Roh lemah lembut dan kerendahan hati dari Yesus, berperang melawan penindasan dan kekejaman. Mereka berdoa bagi orang-orang yang hendak merampas nyawa mereka, dengan mengatakan: “Tuhan ampunilah mereka itu karena tidak mereka ketahui apa yang diperbuatnya.” Seperti halnya Stephanus mereka bertelut di bawah lemparan-lemparan batu yang berjatuhan, sambil memohon: “Tuhan, janganlah bebankan dosa ini atas mereka.” Tetapi orang-orang Kristen yang tadinya sangat bersemangat mempertahankan standard yang murni dari sidang, mereka telah memakai mahkota penguasa sipil, lalu memaksa orang-orang kapir untuk bergabung ke dalam barisan mereka.

 

Karena orang-orang Kapir dan orang-orang Kristen sudah bersatu, maka ular naga itu lalu membina kekuatan dan kekuasaannya yang besar ke dalam kepausan. Melalui pemusatan kerajaan agama ini ia menghapus Sabat Hari Ke-tujuh itu dari hukum Allah, lalu pada tempatnya dimasukkannya Hari Minggu kekapiran itu. Pada titik inilah ia mengendalikan kekuasaannya melawan setiap ketidak-setiaan kepada semua tuntutan kepausan. Kekuasaan kepausan ini terus menyengsarakan umat kesucian dari Yang Maha Tinggi, seperti yang terdapat di dalam Daniel 7 : 25. Sebagaimana Shadrach, Meshach, dan Abednego di Babilon, dan Daniel di Medo-Persia, telah menghalangi diperdirikannya pemerintahan agama, dan meniadakan keputusan raja, maka demikian itu pula Luther telah menghapuskan kerajaan kepausan itu, dan mengakhiri kekuasaan dari paus. Karena pukulan Luther telah melemahkan kekuasaannya, dan Protestantisme terus mengganggu lukanya, maka oleh tangan Berthier paus lalu dimasukkan ke dalam penjara.

 

Bagaimana Penyembahan Berhala Merayap

Masuk Ke Dalam Sidang

 

Beberapa baris lagi dari tulisan Gibbon, yang rnenggambarkan bagaimana penyembahan berhala dan penyembahan orang suci merayap masuk kedalam sidang Kristen: “Mayat-mayat dari Andreas, Lukas, dan Timotius, telah terbaring hampir tiga ratus tahun didalam kubur-kubur yang gelap, dari sana mereka itu telah diangkut, dalam upacara besar yang hikmah, menuju ke gereja dari para rasul, yang telah didirikan oleh kebesaran Constantine pada kedua tepi sungai Thracian Bosphorus. Kira-kira limapuluh tahun kemudian kedua tepi yang sama ini telah dimuliakan oleh kehadiran Samuel, yaitu hakim dan nabi dari umat Israel. Abu-Nya, yang tersimpan di dalam sebuah bokor emas, dan yang tertutup dengan sebuah serbet sutera, telah dibagi-bagikan oleh para rabi ke dalam tangan sesamanya … Dalam jangka panjang selama seribu dua ratus tahun, yang terbentang antara pemerintahan Constantine dan reformasi Luther, penyembahan kepada orang-orang suci dan benda-benda peninggalan telah merusak kesederhanaan yang murni dan sempurna dari cara peribadatan Kristen; dan beberapa gejala kemerosotannya dapat dilihat juga dalam generasi-generasi pertama yang menganut dan memelihara pembaharuan yang jahat ini … Orang-orang Kristen sering kali mendatangi kubur-kubur dari para martir itu dengan harapan untuk memperoleh dari tugas perantara mereka yang kuat itu setiap jenis berkat rohani, tetapi teristimewa berkat-berkat kebutuhan sekarang. Mereka memohon dengan sangat akan terpeliharanya kesehatan mereka, atau akan penyembuhan segala kelemahan mereka; kesuburan bagi isteri-isteri mereka yang mandul, atau keselamatan dan kebahagiaan bagi anak-anaknya.” – Sda. Jilid 3, halaman 156, 157, 162.

 

Kedua kelas orang-orang itu secara tidak sepatutnya dianjurkan supaya orang-orang Kristen melupakan saja roh daripada Injil, dan orang-orang kapir supaya menghayati roh dari pada gereja. Ajaran agama yang luhur dan sederhana dari orang-orang Kristen primitif yang dahulu secara berangsur-angsur dikacaukan. Kekuatan setan diperhambat. Walaupun ia tidak dapat mengalahkan operasi-operasi dari para penggerak Kristen dengan cara aniaya, namun ia berhasil dengan cara tipu.

 

Karena aniaya yang tidak adil melawan orang-orang Kristen itu telah berhenti, maka sidang menempuh langkah menurun. Sungguh pun ada sebagian kecil orang-orang yang menghormati kesucian Sabat, mereka itu tidak diganggu sampai setelah kerajaan agama itu didirikan pada tahun 538. Ular naga itu telah memutuskan dengan saksama untuk tetap mempertahankan kelangsungan agama nasional kombinasi itu, yaitu Kristen dalam nama tetapi Kapir dalam perbuatan. Setan bermaksud untuk menegakkan kepausan itu, dan “menyengsarakan orang-orang suci Yang Maha Tinggi.” Aniaya itu, pertama-tama terhadap sidang Kristen yang mula-mula, dan kedua, terhadap kekapiran dengan persetujuan Kristen, telah dibalik di bawah pemerintahan kepausan. Orang-orang Kristen yang sedikit itu yang menjunjung tinggi Sabat Hari Ketujuh, dalam beberapa hal telah dikejar-kejar bagaikan kelinci, maka telah dituntut dari mereka kepatuhan yang sungguh-sungguh kepada agama yang sah dari kepausan walaupun bukan agama Kristen.

 

Kembali kepada judul pembicaraan kita – “Tanduk Yang Sangat Besar itu.” Romawi dalam keadaannya yang terbagi-bagi telah membuang kebenaran itu dan memijak-mijaknya.Tetapi ia itu tidak selesai dalam cara tiba-tiba atau yang sewenang-wenang. Pemeliharaan hari minggu berangsur-angsur merayap masuk ke dalam sidang Kristen. Pada mulanya jam-jam paginya dianggap agak suci, sebab Tuhan telah bangkit pagi-pagi sekali pada hari itu. Setelah ia itu menjadi umum, maka lebih banyak lagi kesucian dikaitkan kepadanya, sehingga jam-jam itu dilanjutkan lagi sampai siang hari. Akhirnya, keseluruhan hari itu dipisahkan tersendiri sebagai suatu hari perbaktian.

 

Sementara Hari Minggu terus berkembang menjadi makin suci, maka Sabat Hari Ke-tujuh terus merosot, dan makin menjadi kurang suci. Di sinilah kita saksikan suatu contoh yang harus ditandai dengan seksama oleh semua orang Kristen. Menambah sesuatu kepada agama Kristus, walaupun ia itu secara lahiriah mungkin terlihat baik, akan kelak berakhir dengan suatu racun yang mematikan dari bawah. Allah kita telah merencanakan membuat suatu agama yang sempurna untuk menyelamatkan sidang, jika diikuti dengan seksama. Ia tidak memerlukan bantuan siapapun, Ia juga tidak dapat menerima alat-alat ciptaan manusia.

 

“Karena aku membuktikan kepada setiap orang yang mendengarkan segala perkataan nubuatan dari kitab ini, Jika seseorang kelak menambah kepada segala perkara ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya celaka-celaka yang tertulis di dalam kitab ini; Dan jika seseorang kelak mengurangi dari segala perkataan kitab nubuatan ini, Allah akan menghapuskan bagiannya dari dalam kitab hayat, dan dari dalam kota suci, dan dari segala perkara yang tertulis di dalam kitab ini.” (Wahyu 22 : 18, 19).

 

Gereja Romawi telah menggantikan kesederhanaan kebenaran dengan kepintaran manusia dan tradisi-tradisi dari orang laki-laki. Atau sebagaimana yang dikatakan oleh Daniel: “Suatu bala tentara (air bah Kekapiran) diserahkan kepadanya melawan yang sehari-hari itu karena alasan durhaka, maka ia itu membuang kebenaran ke tanah, dan segala yang dibuatnya itu berbahagialah ia.” (Daniel 8 : 12). “Bala tentara” yang melawan “yang sehari-hari” itu ialah orang-orang kapir yang tidak bertobat yang dimasukkan ke dalam sidang; oleh sebab itulah, “karena alasan durhaka.” Betapa bedanya dari metode yang digunakan oleh Yahya Pembaptis! “Tetapi setelah ia melihat banyak dari orang-orang Parisi dan Saduki datang kepada baptisannya, maka katanya kepada mereka itu, Hai keturunan ular, siapakah yang telah mengamarkan kepadamu untuk lari dari murka yang akan datang? Oleh sebab itu keluarkanlah olehmu buah-buah yang sepadan bagi pertobatan.” (Matius 3 : 7, 8).

 

Adalah mungkin bermanfaat untuk bertanya sebagai berikut: Adakah sidang pada waktu ini sedang meniru Yahya atau orang-orang Romawi itu? Adakah anggota-anggotanya orang-orang Kristen atau orang-orang Kapir? Tuhan menugaskan kepada hamba-Nya untuk mengamarkan kepada Israel kuno yang lalu terhadap suatu praktek berbahaya yang sama. Firman-Nya berbunyi “Maka hendaknya kamu mengatakan kepada orang durhaka itu, yaitu isi rumah Israel, Demikianlah firman Tuhan Hua; hai isi rumah Israel, cukuplah sudah bagimu segala perbuatanmu yang keji itu, karena kamu telah membawa masuk ke dalam tempat kesucian-ku orang-orang asing, yaitu orang-orang yang tidak bersunat hatinya, dan tiada bersunat tubuhnya, untuk tinggal di dalam kaabah kesucian-Ku, mencemarkannya, yaitu rumah-KuYeheskiel 44 : 6, 7).

 

Sesungguhnya, adakah orang-orang sedang bekerja bagi Allah atau bagi dirinya sendiri? Malaikat itu, dalam memberikan petunjuk kepada Daniel, menyebutkan Sabat itu dan kebenaran kaabah suci, “Kebenaran.” (Lihat Daniel 8 : 12). Benar, itu memang kebenaran. Dengan memeliharakan Sabat kita memuliakan Allah dengan cara mengakui hari peringatan kejadian dunia milik Kristus yang suci itu.

 

“Allah, yang pada berbagai masa dan dengan bermacam cara di masa lalu telah berbicara kepada segala nenek moyang kita oleh mulut nabi-nabi, di zaman akhir ini telah berbicara kepada kita melalui Putera-Nya, yang telah menetapkan-Nya sebagai waris dari segala perkara, olehnya juga Ia telah menjadikan segala dunia.” (lberani 1 : 1, 2).

 

Karena dosa telah memasuki keluarga manusia, maka Tuhan telah melembagakan kebenaran tentang kaabah kesucian, yang secara contoh melukiskan pengorbananNya, kematian-Nya, dan kebangkitan-Nya – yaitu wahyu dari hal penebusan kita. Jadi, dengan memeliharakan Sabat dan kebenaran kabah kesucian itu, kita secara terbuka mengakui, bahwa Kristus ialah Khalik dan Penebus. “Oleh sebab itu Anak manusia ialah juga Tuhan dari Hari Sabat itu.” (Markus 2 : 28).

 

Alkitab ialah wahyu dari hal kejadian dunia dan penebusan dalam Kristus – yaitu Khalik dan Penebus. Oleh sebab itu, maka Sabat dan kaabah kesucian membentuk Kebenaran Itu“, (Lihat Iberani 9 : 10; 4 : 4 – 10) Demikianlah kedua pokok doktrin ini merupakan pasangan, yang tidak dapat dipisahkan, dan keduanya mengandung keseluruhan kebenaran.

 

Bagaimanakah caranya kita memeliharakan kebenaran tentang kaabah kesucian itu? Ia itu dipelihara, bukan dalam contohnya, melainkan dalam contoh saingannya. Oleh iman kita percaya bahwa Kristus, Imam Besar kita itu, sedang bertugas membela kita di dalam kaabah kesucian yang di dalam sorga, sebagaimana telah diajarkan dalam contoh melalui kaabah kesucian di bumi, yang dibangun oleh Musa. Sebagaimana Israel telah mengikuti semua persyaratan pelayanannya dalam contoh, maka demikian pula kita harus mengikutinya dalam contoh saingannya. Dengan demikian kita “memberitakan kebenaran (Sabat dan Kaabah Kesucian) itu dengan lebih sempurna.

 

 

 

 103 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart