BINATANG (666), NABI PALSU, IBU SEGALA SUNDAL, ORANG DURHAKA ITU, SIAPAKAH MEREKA ITU ?
<< Go Back


BINATANG (666), NABI PALSU,

IBU SEGALA SUNDAL, ORANG DURHAKA

ITU, SIAPAKAH MEREKA ITU?

 

 

Angka bilangan mistik “666” dari binatang di dalam Wahyu 13 : 18, yang diaplikasikan kepada kepausan itu terbukti tidak berdasarkan Injil dan bahkan tidak beralasan sama sekali. Jika huruf-huruf yang bersifat angka dari gelarnya paus itu mengandung angka 666, maka masih ada banyak gelar lagi yang lain, maupun nama-nama perseorangan yang mengandung angka bilangan yang sama. Dengan hanya menghitung nilai angka dari huruf-huruf di dalam sesuatu gelar atau nama, kita akan menemukan banyak yang cocok, sebab itu kita harus mencarikan bukti Alkitab untuk membuat aplikasinya. Jika kita tidak membuktikan pendapat itu sedemikian ini, maka tidak akan tepat dan tidak adil mengaplikasikan simbol itu kepada seseorang pribadi.

 

Pendapat mengenai aplikasi simbolis dari nabi palsu pada Wahyu 19 : 20, perempuan yang mengendarai binatang merah kirmizi dari Wahyu 17, binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13, binatang merah kirmizi dari Wahyu 17, dan binatang tak tergambarkan dari Daniel 7, yang dikatakan sebagai simbol-simbol dari kepausan, adalah tidak berdasarkan Alkitab dan juga tidak logis.

 

“Maka aku tampak seekor binatang lain datang keluar dari bumi, yang bertanduk dua seperti tanduk anak domba, maka ia berbicara seperti seekor naga. Maka ia melakukan semua kekuasaan dari binatang yang pertama yang mendahuluinya, dan menyuruh bumi berikut semua orang yang diam di dalamnya supaya menyembah binatang yang pertama itu, yang luka parahnya telah sembuh. Maka ia melakukan berbagai tanda ajaib yang besar-besar sehingga ia menurunkan api dari langit ke atas bumi di hadapan mata orang banyak, dan menyesatkan mereka yang diam di bumi dengan perantaraan segala tanda ajaib itu yang diberi kuasa kepadanya untuk dilakukan di hadapan binatang itu; sambil mengatakan kepada mereka yang diam di bumi, bahwa mereka harus membuat sebuah patung bagi binatang itu yang sudah kena luka pedang, tetapi hidup. Maka ia pun diberi kuasa untuk memberi napas hidup kepada patung binatang itu supaya patung binatang itu berkata-kata, dan membuat seberapa banyak orang yang tiada menyembah patung binatang itu supaya dibunuh. Maka ia membuat sekalian orang, kecil besar, kaya miskin, merdeka atau pun hamba, supaya semuanya itu menerima suatu tanda dalam tangan kanan mereka atau dalam dahi mereka, dan supaya tiada seorang pun dapat berjual beli, terkecuali orang yang memiliki tanda itu, atau nama dari binatang itu, atau angka bilangan dari namanya. Disinilah hikmat. Hendaklah orang yang mengerti menghitung angka bilangan binatang itu, karena ia itu adalah angka bilangan dari seseorang; dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.” (Wahyu 13 : 11 – 18).

 

“Dan ia menyesatkan mereka yang diam di bumi oleh perantaraan tanda-tanda ajaib itu yang telah dikuasakan kepadanya untuk dibuat di hadapan mata binatang itu.” (Ayat 14). Binatang yang dibicarakan di sini ialah binatang yang bertanduk seperti tanduk anak domba. Tetapi ada seseorang yang lain yang telah diperkenalkan dengan kata pengganti “dia (he)”, yang “memiliki kuasa untuk melakukan berbagai keajaiban di hadapan mata binatang itu” (binatang yang bertanduk seperti tanduk anak domba). Firman berikut ini akan memperjelas siapa orang itu yang melakukan berbagai keajaiban itu: “Maka binatang itu tertangkaplah dan bersama dengan dia nabi palsu itu yang telah mengadakan berbagai tanda ajaib di hadapannya (di hadapan binatang yang bertanduk dua itu) dengan mana ia telah menyesatkan mereka yang telah menerima tanda binatang itu, dan mereka yang telah menyembah patungnya. Keduanya ini dicampakkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang bernyala-nyala yang bercampur belerang.” (Wahyu 19 : 20). Oleh sebab itu, maka tanda-tanda ajaib itu adalah dilakukan oleh nabi palsu itu di hadapan mata binatang yang bertanduk dua itu.
 

 

Ada banyak binatang yang dibicarakan di dalam Alkitab, tetapi binatang yang bertanduk dua ini ialah satu-satunya yang dapat disebut dengan kata-kata “seseorang.” Dapatlah dicatat, bahwa semenjak dari ayat 11 dan seterusnya, dari Wahyu pasal 13 itu, Injil terus berbicara mengenai binatang yang bertanduk dua dan mengakhiri dengan kata-kata: “Karena ia itu adalah angka bilangan dari seseorang; dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam.” Oleh sebab itu, maka bilangan mistik “666” itu tak lain adalah kepunyaan binatang yang bertanduk dua itu. Tetapi bagaimanapun juga, kita tidak mungkin menyimpulkan begitu saja, bahwa tidak ada seorang pun sebelumnya yang dapat memiliki sebuah angka bilangan yang sedemikian itu.

 

Pendapat yang menyebut kepausan itu dengan binatang adalah sama sekali keliru. Kepausan telah dilambangkan dengan simbol-simbol pada dua binatang yang berbeda. Pertama, pada “binatang yang tak tergambarkan” dari Daniel 7, dilambangkan oleh “tanduk kecil yang memiliki mata seperti mata manusia, dan sebuah mulut yang membicarakan perkara-perkara besar”; kedua, pada “binatang yang menyerupai harimau kumbang” dari Wahyu 13, dilambangkan oleh kepala yang telah “terluka membawa mati.” Binatang- binatang ini adalah universal, melambangkan seluruh dunia dalam sejarah mereka, baik sipil maupun agama. Oleh sebab itu, tidak mungkin dapat dikatakan terhadap salah satu binatang itu dengan kata-kata, “ia itu adalah seseorang.” Kepausan hanya merupakan sebagian dari pada kedua binatang (tanduk – kepala pada binatang yang satu, dan hanya sebuah kepala yang terluka pada binatang yang lainnya) tidak mungkin dapat disebut binatang itu“.Binatang yang bertanduk dua itu adalah satu-satunya binatang yang melambangkan sebuah pemerintahan agama politik setempat. Oleh sebab itu, maka dia sajalah yang dapat disebut dengan kata-kata, ia itu adalah seseorang“. Dengan demikian siapapun saja yang kelak berdiri pada pucuk pimpinan dari kuasa penganiaya itu seperti yang digambarkan di dalam pasal ini, dan yang dilambangkan oleh binatang itu, maka dialah orang itu yang kelak membawa angka bilangan mistik 666 itu. Roh Nubuat juga menegaskan, bahwa “Raja dari Utara yang dikemukakan di dalam Daniel 11 : 45, dan binatang bertanduk dua dari Wahyu 13, ialah penguasa yang sama dan bahwa ialah yang akan membawa angka bilangan mistik 666 ini. Kami mengutipnya sebagai berikut: “Penguasa ini adalah yang terakhir yang menginjak-injak sidang Allah yang benar; maka sementara sidang yang benar itu masih diinjak-injak dan dibuang oleh seluruh dunia Kristen, menyusul lagi bahwa kuasa penindasan yang terakhir itu belum “mencapai ajalnya”; dan Mikhail belum berdiri. Kuasa yang terakhir ini yang menginjak-injak umat kesucian adalah dikemukakan di dalam Wahyu 13 : 11 – 18. Angka bilangannya ialah 666.” – A Word to the Little Flock, pp. 8, 9. Kami telah membuktikan kebenaran angka bilangan itu dengan satu cara, maka kini kami akan membuktikannya dengan cara yang lain.

 

Kebinasaan Dari Binatang Dan Nabi Itu

 

Kebinasaan dari kedua “nabi palsu” dan “binatang” itu adalah jelas diramalkan sebagai berikut: “Maka binatang itu tertangkaplah, dan bersama dengan dia nabi palsu itu yang telah melakukan berbagai tanda ajaib di hadapannya….. Keduanya ini dicampakkan hidup-hidup ke dalam lautan api … Maka mereka yang lagi tinggal itu dibunuh dengan pedang dari dia yang duduk di atas kuda, pedang mana telah keluar dari dalam mulutnya; maka semua burung kenyanglah dengan daging mereka itu.” (Wahyu 19 : 20, 21). Nasib mereka yang terakhir diselesaikan dengan cara dicampakkan hidup-hidup ke dalam suatu lautan api. Tetapi dunia selebihnya (“mereka yang lagi tinggal itu’‘) sekaliannya dibunuh dengan “pedang yang keluar dari dalam mulutNya; maka segala burung kenyang dengan daging mereka itu.”

 

Lautan api ke dalam mana binatang dan nabi palsu itu dibuang, tidak mungkin terjadi pada kedatangan Kristus di dalam awan-awan, sebab orang-orang jahat itu bukannya dibinasakan oleh api pada waktu itu, melainkan ‘Dengan roh dari mulut-Nya, dan Ia akan membinasakan dengan cahaya kedatangan-Nya.’ (2 Tesalonika 2 : 8). Binatang dan nabi palsu itu dibuang ke dalam lautan api sesudah bela yang ke enam dan sebelum akhir dunia ini. Kebinasaan ‘mereka yang lagi tinggal’ itu, yaitu orang-orang yang tertinggal setelah kebinasaan binatang dan nabi palsu itu, bukanlah sesudah seribu tahun millenium itu, karena orang-orang jahat pada waktu itu bukannya dibinasakan dengan pedang  yang ‘keluar dari dalam mulut-Nya’, melainkan oleh api yang ‘turun dari Allah dari dalam sorga yang menelan mereka itu.’ (Wahyu 20 : 9). Sesudah seribu tahun millennium dan kebinasaan orang jahat tidak ada satu pun mahluk hidup yang akan memakan sesamanya. (Lihat Yesaya 11 : 6 – 9). Oleh karena itu, maka binatang dan nabi palsu itu dibuang ke dalam lautan api pada sebelum seribu tahun millenium; dan bahwa lautan api itu menjadi sebuah contoh dari kebinasaan orang-orang jahat pada seberang sana dari seribu tahun millenium itu — kematian yang kedua, karena kebinasaan terakhir dari keseluruhan orang banyak itu digambarkan dalam kata-kata berikut ini : “Maka kematian dan neraka dicampakkan ke dalam suatu lautan api. Inilah kematian yang kedua. Maka barangsiapa yang tidak didapati namanya tersurat di dalam kitab hayat dicampakkan ke dalam lautan api itu.” (Wahyu 20 : 14, 15). Demikianlah kepada dunia akan diberikan suatu contoh mendahului seribu tahun millennium itu, mengenai kebinasaan yang jadi sesudah berakhir masa seribu tahun itu. Contoh dari binatang dan nabi palsu itu akan menunjukkan, bahwa semua orang jahat kelak akan dicampakkan hidup-hidup ke dalam suatu lautan api, dan itulah kematian yang kedua. Berbicara mengenai kebinasaan kekal dari Iblis, Firman menegaskan sebagai berikut: “Maka Iblis yang telah menyesatkan mereka itu dicampakkan ke dalam suatu lautan api dan belerang, dimana binatang dan nabi palsu itu berada.” (Wahyu 20 : 10). Artinya, binatang dan nabi palsu itu tidak akan bangkit keluar dalam kebangkitan yang kedua, dan ini memberi contoh bahwa tidak ada kebangkitan apapun lagi dari kematian yang kedua. Kembali kita saksikan adanya sebuah contoh bagi setiap peristiwa, maka janganlah seorangpun meremehkan contoh-contoh, karena dimana tidak ada contoh, disanapun tidak terdapat kebenaran. Angka bilangan 666 itu selanjutnya dibuktikari dengan

 

Kebinasaan Dari “Orang Durhaka” Itu

 

Tandailah dengan seksama, bahwa sesuai dengan tulisan kesaksian berikut ini, kebinasaan dari kepausan adalah pada suatu kesempatan yang lain dan dengan proses yang berbeda. “Paulus mengatakan dengan jelas, bahwa orang durhaka itu akan berlangsung terus sampai kepada kedatangan Yesus yang kedua kali. Sampai kepada menjelang akhir sejarah ia akan memajukan pekerjaan penipuannya.” – The Great Controversy, p. 579. Dengan demikian kepausan akan tetap bertahan sampai kepada kedatangan Kristus yang kedua kali, pada waktu mana orang-orang jahat akan dibinasakan oleh cahaya kedatangan-Nya. Oleh sebab itu, maka kepausan adalah masalah tersendiri, dan nabi palsu itu adalah masalah lain, dan binatang itu masalah lain lagi. Binatang “666” dan nabi palsu yang akan dibuang ke dalam lautan api, adalah orang-orang yang akan mengembangkan patung dari binatang itu – yaitu suatu ibadah yang sama dengan yang berlaku selama masa periode 1260 tahun yang lalu.

 

Zaman kesesatan yang menyeluruh itu sudah dekat sekali di ambang pintu. Untuk melepaskan diri dari jerat terkuat yang pernah dipasang oleh kebesaran penipuan Setan, maka diperlukan pengetahuan theology luas yang lebih lagi. Tanda-tanda ajaib yang mentaajubkan akan sangat meyakinkan, dan roh peribadatan yang terlihat murni akan menanamkan keyakinan yang mendalam pada diri orang-orang yang menjadi mangsa untuk disesatkan. Sementara orang-orang besar dunia menyatakan benar peribadatan dari ajaran palsu itu, maka beribu-ribu orang akan menyambut keputusan-keputusan mereka itu tanpa melakukan penyelidikan pribadi. Sebagai tambahan kepada semuanya ini adalah deklarasi dari penguasa-penguasa sipil berikut yang berbunyi: “Seberapa banyak orang yang tidak mau menyembah patung binatang itu harus mati dibunuh,” maka kita memiliki suatu kuasa di atas segala-galanya yang kekuatan manusia tak dapat melawan barang sekejap pun. Hanya dengan memiliki suatu pengetahuan kebenaran nubuatan, disertai keyakinan dalam suatu “demikianlah firman Tuhan,” dan dalam kuasa Roh Suci, dapatlah seseorang melepaskan diri dari pada jerat-jerat iblis yang licik itu.

 

Ibu Dari Segala Sundal Bukan Binatang Itu

 

Telah dijelaskan, bahwa kepausan akan tetap tinggal sampai terakhir. Jika perempuan yang menunggangi binatang merah kirmizi itu (Babil yang Besar) mencapai ajalnya pada suatu masa yang berbeda dan dengan cara yang lain, maka ia tidak mungkin merupakan simbol dari kepausan seperti yang disangka sebagian orang. Wahyu 17 : 16, dalam membicarakan perempuan itu dan tanduk-tanduk dari binatang merah kirmizi, mengatakan: “Maka sepuluh tanduk yang engkau lihat pada binatang itu, semuanya ini akan membenci perempuan sundal itu, dan mereka akan membuatnya sunyi dan bertelanjang, dan mereka akan makan dagingnya, dan membakarnya dengan api.” Perhatikanlah, ia tidak dibuang ke dalam lautan api seperti halnya binatang dan nabi palsu itu, melainkan mereka (tanduk-tanduk itu) akan membuatnya sunyi dan bertelanjang dan akan memakan dagingnya.” Dengan demikian kebinasaan perempuan itu adalah pada suatu masa yang berbeda, dan dengan cara yang lain dari pada yang dialami kepausan, nabi palsu, dan binatang itu. Oleh karena apa yang telah dikatakan itu tidak mungkin dapat dibantah, maka jelaslah “binatang” itu adalah masalah tersendiri, nabi palsuadalah masalah lain, dan kepausan masalah lain lagi, dan “perempuan” itu pun adalah masalah lain pula. Adalah penting sekali agar segala perkara ini dapat dipahami dengan tepat, karena hanya oleh pengetahuan akan kebenaran, dapatlah Allah mernbawa umat-Nya sampai kepada kemenangan.

 

Saat Dari Kebinasaan Perempuan Itu

 

Untuk menentukan saat dari kebinasaan Babil (perempuan itu), maka adalah perlu untuk menunjuk kepada Daniel 7 : 11, 12 yang berbunyi: “Maka aku melihatnya, karena bunyi perkataan-perkataan besar yang diucapkan tanduk itu; aku melihat sampai binatang itu dibunuh, dan tubuhnya dibinasakan, dan diserahkan kepada api yang bernyala-nyala. Mengenai binatang-binatang yang lainnya, pemerintahan mereka itu telah dicabut, namun kehidupan mereka diperpanjang untuk selama satu musim dan masa.Mengenai binatang-binatang yang lainnya itu – yaitu singa, beruang, dan harimau kumbang, pemerintahan mereka itu telah dicabut, tetapi mereka masih tetap hidup, sebalik-nya binatang yang tak tergambarkan itu telah sampai kepada ajalnya. Binatang-binatang yang masih hidup itu melambangkan keturunan-keturunan dari tiga kerajaan kuno itu. Sementara pemerintahan mereka dicabut, penduduk-penduduknya (binatang-binatang) ada di sini sekarang. Ajal dari sekalian binatang ini akan berarti berakhirlah dunia.

 

Binatang yang tak tergambarkan itu bukanlah binatang yang terakhir dari sejarah dunia ini, karena ia diikuti oleh binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13 : 1, dan binatang merah kirmizi dari Wahyu 17 : 3. Yangterakhir inilah merupakan simbol yang terakhir dari peristiwa-peristiwa sejarah, oleh mana dunia yang sekarang ini dan dunia sesudah seribu tahun millenium yang akan datang akan dibawa kepada ajalnya, sesuai yang dijelaskan terdahulu. Oleh sebab itu, kebinasaan binatang yang tak tergambarkan itu adalah sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali. Jika kehidupan dari tiga binatang sebelumnya itu “diperpanjang”, maka masa hidup mereka itu tidak mungkin diperluas melewati kedatangan Kristus yang kedua kali. Daniel mengatakan: “Kehidupan mereka itu diperpanjang untuk selama satu musim dan masa.” Oleh sebab itu, maka semenjak dari saat tubuh binatang yang tak tergambarkan itu dibinasakan, akan terdapat satu musim dan satu masa,” sampai kepada akhir dunia yang ada sekarang.

 

Jika Daniel mengartikan masadengan tahun, dan “setengah masa” dengan setengah tahun, di dalam ayat 25 dari pasal yang sama, maka ia harus mengartikan juga yang sama di dalam ayat 12. Jika interpretasi itu dipegang teguh pada ayat yang satu, maka tak dapat tiada harus demikian pula dengan ayat lainnya. Oleh sebab itu, maka masa akan berarti satu tahun, dan satu “musim” berarti seperempat bagian dari setahun, sehingga dengan demikian berjumlah seluruhnya satu tahun dan tiga bulan“. Tetapi, masa periode di dalam ayat 25 itu memiliki suatu perkataan nubuatan dari 1260 hari (tahun), tetapi “masa” di dalam ayat dua belas tidak mungkin berupa perkataan nubuatan, sebab nanti akan berarti 450 tahun yang sebenarnya. Jadi jelaslah bahwa semenjak dari saat binatang itu dibinasakan sampai kepada akhir sejarah akan terdapat lima belas bulan yang sebenarnya.  

 

Dapatlah dicatat, bahwa kebinasaan dari “binatang” itu adalah bersifat nubuatan dari hal kebinasaan “perempuan” itu. Kami mengutip Injil yang menunjuk kepada keduanya itu sebagai berikut: “Aku melihat sampai binatang itu dibunuh dan tubuhnya dibinasakan, dan diserahkan kepadaapi yang bernyala-nyala.” (Daniel 7 : 11). “Maka sepuluh tanduk yang engkau Iihat pada binatang itu, mereka ini akan membenci perempuan sundal itu, dan mereka akan membuatnyasunyi dan bertelanjang, dan mereka akan makan dagingnya, dan membakarnya dengan api.” (Wahyu 17 : 16). Kebinasaan itu adalah sama bagi keduanya (binatang dan perempuan itu). Selanjutnya, itu adalah periode di bawah simbol perempuan yang menunggangi binatang yang membuat sebuah patung dari binatang yang menyerupai harimau kumbang dalam tahap pertamanya (sebelum terluka) atau dari binatang yang tak tergambarkan itu dalam tahap keduanya; sebab, periode 1260 tahun itu telah dilambangkan oleh kedua binatang itu. Patung itu ialah suatu agama palsu yang didirikan secara internasional. Oleh sebab itu, yang satu adalah kesamaan dari pada yang lainnya. Dengan demikian kebinasaan dari pada yang asli (binatang yang tak tergambarkan) ialah suatu nubuatan tentang kebinasaan “perempuan” itu, maka kebinasaan dari pada yang satu, ialah kebinasaan dari pada yang lainnya. Ia itu menunjukkan secara nubuatan bahwa patungitu (perempuan yang menunggangi binatang itu – gabungan dari pada bentuk organisasi agama – politik itu), akan binasa lima belas bulan (“musim dan satu masa”) mendahului mereka yang lagi tinggalitu (dunia selebihnya). Hendaklah diingat; bahwa khayal dari Daniel ialah suatu nubuatan, dan khayal oleh Yahya ialah suatu wahyu. Oleh sebab itu, maka kebinasaan binatang yang tak tergambarkan itu ialah nubuatan, dan kebinasaan perempuan itu ialah kegenapan dari pada nubuatan itu.

 

Injil berikut ini yang menunjuk kepada saat dari kebinasaan perempuan itu, mengatakan: “Maka kemudian dari pada segala perkara ini aku dengar suatu suara  besar dari banyak orang di dalam sorga yang mengatakan, Halleluya, Selamat, dan kemuliaan, dan hormat, dan kuasa, bagi Tuhan Allah kita; sebab segala hukuman-Nya adalah benar dan adil; karena Ia telah menghukumkan sundal besar itu yang telah merusak bumi dengan persundalannya, dan Ia telah membalas darah segala hamba-Nya ke dalam tangan perempuan itu. Lalu kembali mereka mengatakan, Halleluya. Maka asap apinya naik untuk selama-lamanya. Maka dua puluh empat tua-tua itu dan empat binatang itu bersujudIah menyembah Allah yang duduk di atas tahta, sambiI mengatakan, Amin, Halleluya. Maka kedengaranlah suatusuara dari dalam tahta itu mengatakan, Pujilah Allah kita, hai kamu sekalian hamba-Nya, dan kamu yang takut akan Dia, baik kecil maupun besar.” (Wahyu 19 : 1 – 5).

 

Perempuan itu dibinasakan dan asap apinya telah naik untuk selama-lamanya,” sementara para tua-tua” itu dan binatang-binatangitu berada di hadapan tahta. Ini membuktikan bahwa pehukuman di dalam ruangan Yang Maha Suci itu belum berakhir, atau sedikit-dikitnya sidang pengadilan itu belum Iagi mengosongkan tempat pehukuman itu, (dijelaskan di dalam Bab yang lain) karena setelah orang-orang suci dihitung dan dimeteraikan, maka dosa-dosa mereka dihapuskan di dalam sidang pehukuman tersebut di atas, masa kasihan akan berakhir, dan kaabah kesucian dimana pehukuman itu diadakan akan dikosongkan dari para tua-tua itu, dan dari binatang-binatang itu, maupun dari “Anak Domba” itu, berikut seluruh malaikat yang banyak itu. Sesudah itu “tidak seorang pun dapat memasuki kaabah itu sampai kelak tujuh celaka yang terakhir itu digenapi. (Lihat Wahyu 15 : 5 – 8). Dengan demikian jelaslah bahwa perempuan itu telah dibinasakan sebelum tujuh celaka yang terakhir dituangkan ke bumi.

 

Mengutip Wahyu 19 : 6 yang berbunyi : “Maka aku dengar seolah-olah bunyi suara orang ramai, dan seperti bunyi banyak air yang menderu, dan seperti bunyi guntur yang besar, mengatakan : Haleluyah, karena Tuhan Allah yang maha kuasa memerintah.” Selagi Kristus berada di dalam kaabah kesucian dan pehukuman berlangsung, Ia tidak memerintah, melainkan ia adalah seorang Imam dan Pembela, yang menghapuskan dosa orang-orang benar. Tetapi setelah Ia selesai mengikuti sidang pemeriksaan hukum itu, maka Ia dimahkotai menjadi Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuan. (Lihat ayat 16).

 

Sesudah “asap api dari perempuan itu naik untuk selama-lamanya,” maka bala tentara sorga yang banyak itu berserulah, “Haleluya, karena Tuhan Allah Yang Maha Kuasa memerintah.” Oleh karena itu, semua orang suci diadili mendahului kebinasaan dari “perempuan” itu, dan setelah dibakar dengan api, maka Kristus akan dimahkotai menjadi Raja atas segala raja dan Tuhan atas segala tuan; kemudian kaabah akan dikosongkan dan tujuh celaka yang terakhir itu dituangkan ke bumi.

 

Firman berikut ini membawakan bukti selanjutnya. Bala tentara sorga yang banyak itu mengatakan: “Marilah kita bersukacita dan bergembira, dan hendaklah kita memberi Dia hormat, karena saat perkawinan Anak Domba itu sudah tiba, dan isterinya pun telah mempersiapkan dirinya. Maka kepadanya telah dikaruniakan supaya ia boleh menghiasi dirinya dengan kain khasah halus, yang putih dan bersih; karena kain khasah halus itu ialah kebenaran dari orang-orang suci. Maka katanya kepadaku, Suratkanlah demikian ini, Berbahagialah segala orang yang diundang kepada perjamuan kawin Anak Domba itu.” Malaikat itu selanjutnya menambahkan, ‘Marilah kemari, aku hendak menunjukkan kepadamu pengantin perempuan itu, yaitu isteri Anak Domba itu … dan menunjukkan kepadaku kota yang besar itu, yaitu Yerusalem yang suci, yang turun dari sorga dari pada Allah.” (Wahyu 19 : 7 – 9; 21 : 9, 10). Oleh sebab itu, maka isteri dari Anak Domba itu ialah Kota Suci, dan bukan sidang, dan orang-orang yang diundang ke perjamuan kawin itu (orang-orang suci) ialah para tamu.(Lihat buku The Great Controversy, halaman 427). Mereka yang berada di hadapan tahta itu mengatakan dari hal Yerusalem Baru sebagai berikut: “Isterinya telah mempersiapkan dirinya. Dan kepadanya telah dikaruniakan (masuk ke kota itu) supaya ia boleh menghiasi dirinya dengan kain khasah halus, yang putih dan bersih … karena kain khasah halus itu ialah kebenaran dari orang-orang suci.” (Wahyu 19 : 7, 8). Oleh sebab itu, maka isteri Anak Domba itu akan siap pada akhir masa kasihan pada waktu orang-orang suci dihitung bilangannya, karena mereka itulah “kain khasah-nya.” Karena pada masa perempuan itu (Babil) dibakar, rnaka orang-orang suci (kain khasah) siaplah sudah. Kebinasaan perempuan itu akan merupakan suatu tanda, bahwa masa kasihan telah berakhir. Kemudian dari pada itu sebagian orang akan sadar akan nasib celakanya lalu mereka akan mengatakan: “Masa penuaian sudah lewat, musim panas telah berakhir, dan kita belum juga selamat.” (Yeremiah 8 : 20). Orang-orang lainnya akan “rnengembara dari laut ke laut, dan dari utara sampai ke timur, mereka akan berlarian ke sana kemari mencari firman Tuhan, tetapi tidak akan menemukannya.” (Amos 8 : 12). Apabila umat Allah kelak mengakhiri tugas karunia Allah mereka, maka jawaban mereka kelak berbunyi: “Kami tidak memiliki apa-apa lagi bagimu, penuaian telah berlalu, keselamatan telah berhenti, anda sudah sangat terlambat.”

 

Siapakah Nabi Palsu Itu ?

 

Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu nabi palsu itu bukanlah kepausan atau pun binatang yang bertanduk dua itu, ia juga bukan Iblis, sebab kita baca: “Maka Iblis yang menyesatkan mereka itu tercampaklah ke dalam lautan api dan belerang, di mana binatang dan nabi palsu itu berada.” (Wahyu 20 : 10). Oleh sebab itu, nabi palsu itu ialah seseorang yang akan mendahului munculnya Setan sendiri. Rasul itu mengatakan: “Maka janganlah heran, karena Setan sendiri akan merupakan dirinya seperti seorang malaikat suci.” (2 Korinthi 11 : 14).

 

Karena ajaran-ajaran yang diajarkan oleh nabi palsu itu tidak mungkin sepenuhnya ditunjang oleh Alkitab, maka tanda-tanda keajaiban akan dipertunjukkan untuk menarik kepercayaan orang banyak. Oleh karena orang-orang besar dan para pemimpin agama menyatakan kepada umum, bahwa apa yang disebut agama yang benar itu ialah kebenaran dari Kristus, dan bahwa nabi palsu itu adalah hambaNya, maka beribu-ribu orang akan jatuh ke dalam jerat Setan. Ramalannya yang palsu mengenai kedatangan Tuhan akan digenapi oleh Setan sendiri karena ia akan muncul seperti seorang malaikat yang suci. Cahayanya yang mempesona, dan kegenapan paIsu dari ramalan nabi, ditambah Iagi dengan penipuan-penipuan yang merajalela yang sudah ada, akan menjerat sejumlah besar orang-orang yang jauh lebih besar lagi dari pada yang pertama. “Sambil muncul di depan anak-anak manusia sebagai seorang tabib besar yang dapat menyembuhkan segala macam penderitaan mereka, ia akan mendatangkan penyakit dan malapetaka, sehingga kota-kota yang padat penghuninya akan susut binasa dan menjadi sunyi.” The Great Controversy, halaman 589.

 

Perempuan Itu Duduk Di Atas Kepala-Kepala

 

Kata malaikat itu: “Tujuh kepala itu ialah tujuh buah gunung pada mana perempuan itu duduk.” (Wahyu 17 : 9). Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kepala-kepala itu melambangkan dunia Kristen murtad yang ada sekarang, (Lihat halaman 107-124). Mereka itu disebut “gunung-gunung” (organisasi-organisasi gereja), tujuh jumlahnya yang berarti semua. Karena perempuan sundal itu duduk di atas sekalian tujuh kepala, maka simbol itu secara nyata yang tak mungkin keliru mengungkapkan, bahwa Dunia Kristen akan menyerahkan dirinya untuk diperintah oIeh satu pimpinan yang dilambangkan oleh perempuan itu. (Lihat The Great Controversy, halaman 588).

 

Mendahului kuasa yang melakukan keajaiban-keajaiban itu, maka Protestantisme, Katholikisme, dan spiritualisme, sudah akan terlebih dulu berjabatan tangan satu dengan yang lainnya oleh perantaraan sebuah federasi gereja. Perbedaan pendapat dalam masalah-masalah doktrin akan dianggap tidak lagi penting bagi keselamatan. Mereka akan menyaksikan di dalam penggabungannya yang terlihat suci itu suatu pergerakan besar baik bagi penyelesaian berbagai perbedaan maupun bagi pertobatan dunia. Dengan datangnya nabi palsu itu, dan dengan datangnya Setan sendiri, maka yang mereka harap-harapkan itu kelak akan menjadi kenyataan, dan masuknya masa seribu tahun millenium yang penuh damai yang telah lama dinantikan itu akan diberitakannya sebagai sudah dekat sekali di depan pintu. Demikianlah dari Iuar ia itu akan terlihat seolah-olah krisis dunia sudah akan berakhir. Tetapi sebagaimana umat Allah telah diberi amaran mengenai sekaliannya itu, mereka menolak menyembah patung binatang itu, yaitu suatu agama internasional palsu, maka mereka akan dituduh sebagai pernberontak, pengacau-pengacau ketertiban, dan pembuat gaduh. Hal ini akan mendatangkan aniaya besar seperti yang diramalkan di dalam Wahyu 12 : 17.

 

Terhadap mereka itu akan dikatakan: “Engkaukah dia yang mengacau Israel?” Karena orang-orang suci itu menanggapi mereka menurut cara nabi Eliyah: “Tidak tetapi … karena kamu telah meninggalkan perintah Tuhan, dan kamu telah mengikuti Dewa,” maka ini akan menimbulkan kemarahan orang jahat lalu membuat mereka itu naik amarahnya melawan orang-orang yang tak bersalah itu.

 

Perempuan Itu Duduk Menunggangi Binatang

 

Sementara Pewahyu menyaksikan dalam khayal binatang yang berangka bilangan 666 itu, dan nabi palsu yang memaksakan suatu agama palsu melalui hukum dan tanda-tanda keajaiban di dalam batas lingkungan pemerintahan yang dilambangkan oleh binatang bertanduk dua itu, maka kepadanya telah diperlihatkan sebuah pemandangan menarik yang lain lagi: “Maka aku tampak,” katanya, “seorang perempuan duduk menunggangi seekor binatang merah kirmizi, yang penuh nama-nama hojat, yang memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk. Dan perempuan itu telah berhias dalam warna ungu dan merah kirmizi, dan dihiasi dengan emas dan batu-batu permata dan mutiara, sambil memegang sebuah cawan emas di dalam tangannya yang penuh dengan kekejian-kekejian dan kenajisan persundalannya.” (Wahyu 17 : 3, 4). Simbol ini mengungkapkan, bahwa sesudah perempuan itu duduk di atas “kepala-kepala” (mempersatukan gereja-gereja) ia juga berhasil duduk menunggangi binatang itu. Binatang itu ialah simbol dari seluruh dunia yang ada sekarang – baik sipil (sepuluh tanduk) maupun agama (tujuh kepala). Karena duduknya perempuan itu di atas kepala-kepala menunjukkan gabungan gereja-gereja, maka demikian itu pula duduknya dia menunggangi binatang itu melambangkan gereja dan pemerintah secara internasional yang diperintah oleh pemimpin yang sama (perempuan). Oleh sebab itu, suatu bentuk organisasi agama internasional dan suatu kombinasi gereja dan negara. Dalam bentuk organisasi yang sedemikian ini orang-orang besar dunia akan menyaksikan suatu gambaran penyelesaian berbagai krisis dunia, mendorong orang-orang dan bangsa-bangsa ke dalam suatu persaudaraan luas di seluruh dunia, yang dipenuhi oleh perantaraan agama, 1 Tesalonika 5 : 3, “Karena bilamana mereka itu kelak mengatakan, Damai dan sejahtera; maka tiba-tiba kebinasaan menimpa mereka itu, … dan mereka tidak akan dapat meloloskan diri.” Walaupun maksud mereka ialah untuk memperkecil kejahatan dan peperangan-peperangan, namun harapan rnereka kelak akan sia-sia.

 

Cawan, Perhiasan-Perhiasan, Dan Warna-Warna

Yang Mencolok

 

Cawan di dalam tangan perempuan itu terbuat dari logam yang sangat mahal, dan karena ia menghiasi dirinya dengan emas dan batu-batu permata, maka ini menunjukkan suatu godaan yang sangat menarik – sepenuhnya direalisasikan dalam kuasa melakukan tanda keajaiban oleh nabi palsu itu dan oleh Setan sendiri. Cawannya (buku-buku) berisikan ajaran-ajaran palsu, dan karena kelihatan “terbuat dari emas,” maka ia itu menunjukkan bahwa semuanya itu dilapisi dengan Kekristenan. Dengan demikian kata-kata nubuatan berikut ini akan menemukan kegenapannya sebagai berikut: “Maka ia memiliki kuasa untuk memberikan nyawa kepada patung binatang itu, supaya patung binatang itu dapat berbicara dan membuat sebanyak mungkin orang yang tidak mau menyembah patung binatang itu supaya dibunuh. Maka ia memaksa semua orang, baik kecil, besar, kaya, miskin, orang merdeka atau pun hamba, untuk menerima suatu tanda di dalam tangan kanan mereka atau di dalam dahi mereka; dan bahwa tidak seorang pun dapat berjual beli, terkecuali orang yang memiliki tanda, atau nama binatang itu, atau angka bilangan dari namanya.’ (Wahyu 13 : 15 – 17).

 

Sedemikian inilah kelak akan menjadi pengalaman-pengalaman umat Allah dalam perjuangan mereka yang terakhir melawan penguasa-penguasa jahat. …. Setan memimpin banyak orang untuk percaya, bahwa Allah akan mengabaikan kelalaian mereka dalam masalah-masalah kehidupan yang kecil; tetapi Tuhan menunjukkan dalam hubungan-Nya dengan Yakub, bahwa Ia sekali-kali tidak membenarkan ataupun mentolerir kejahatan. Semua orang yang berusaha untuk memaafkan atau menyembunyikan dosa-dosa mereka, lalu mengijinkan dosa-dosa itu tetap berada dalam buku-buku sorga, tanpa diakui dan tanpa dimaafkan, mereka akan dikalahkan oleh Setan. – Patriarchs and Prophets, p. 202. “Barangsiapa yang berada tanpa perlindungan Allah tidak akan menemukan satupun tempat atau posisi yang aman dimanapun juga.” – Testimonies for the Church, vol. 8, p. 50. Dari hal masa yang sukar sulit ini Kristus mengatakan: “Barangsiapa yang memberikan nyawanya “demi untuk memenangkan restu manusia, ‘ia akan kehilangan nyawa ; dan barangsiapa yang kehilangan nyawanya oleh sebab Aku, ia akan mendapatkannya.” (Matius 10 : 39). Masa itu kelak akan mengungkapkan barangsiapa yang berbakti kepada Allah dan barangsiapa yang tidak berbakti kepada-Nya. Kemudian dari pada itu dunia akan dibagi ke dalam dua kelas besar – “Domba-domba pada sebelah kanan dan kambing-kambing pada sebelah kiri.” (Matius 25 : 33). Jelaslah terlihat kelak, bahwa umat Allah tak dapat tiada harus binasa, atau harus menyerahkan diri kepada tuntutan orang jahat, tetapi malaikat-malaikat perkasa yang unggul kekuatannya akan merubah aliran kebinasaan itu.

 

“Maka seorang malaikat perkasa mengangkat sebuah batu yang bagaikan sebuah batu kilangan besar, lalu mencampakkannya ke dalam laut, sambil rnengatakan: ‘Dengan kekerasan yang sedemikian inilah kelak negeri Babil yang besar itu akan dilemparkan ke bawah, sehingga sekali-kali tiada ia akan ditemukan lagi. Maka bunyi orang yang bermain kecapi, dan para musisi, dan orang-orang yang meniup suling dan trompet, sekali-kali tiada akan terdengar lagi di dalammu; dan tidak seorang pun ahli kesenian atau apapun keahliannya akan ditemukan lagi di dalammu, dan bunyi kilangan tidak akan kedengaran lagi di dalammu, dan cahaya lampu tidak akan lagi bersinar-sinar di dalammu, dan suara mempelai lelaki dan perempuan tidak akan kedengaran lagi di dalammu; karena segala pedangmu adalah orang-orang besar di bumi, karena oleh semua ilmu sihirmu segala bangsa telah disesatkan.” (Wahyu 18 : 21-23).

 

Sementara orang banyak jatuh ke dalam jerat-jerat iblis dan karena ia sedang berusaha untuk menyapu bersih sidang, maka “Pekabaran Malaikat Ketiga” akan menerobos ke mana-mana dengan kuasa besar dan dengan suatu “seruan keras yang mengatakan: “Keluarlah dari padanya hai umat-Ku, supaya tidak kamu terbabit dengan segala dosanya, dan supaya tidak kamu menerima segala celakanya.” (Wahyu 18 : 4). Dan karena “Seruan” malaikat itu (utusan) menggema di seluruh bumi suatu rombongan besar orang banyak dari segala bangsa akan meninggalkan sistem peribadatan palsu yang populer itu, lalu menentang semua restu duniawi dan mengambil pendirian yang berpihak kepada orang-orang suci di bawah lindungan kuasa ilahi. Inilah yang akan menaikkan amarah ular naga itu.

 

Ringkasan

(Ikutilah Gambar Bagan Masa Penuaian dan Berakhir Masa Kasihan)

 

Tabel peristiwa-persitiwa di dalam Bab ini sepenuhnya melukiskan kejadian-kejadian besar nubuatan yang akan jadi dengan cepat secara berurutan seperti yang diperlihatkan di dalam gambar. Gabungan gereja-gereja yang dilambangkan dengan “perempuan” itu duduk di atas “kepala-kepala” tak dapat tiada harus jadi sebelum kuasa kombinasi antara “binatang” dan “nabi palsu” itu sepenuhnya menjadi kenyataan. Simbol-simbol itu (“nabi palsu” dan “binatang itu”) mengungkapkan bahwa akan ada suatu aliansi nasional antara gereja dan negara. Tetapi perempuan yang menunggangi binatang itu menunjukkan suatu organisasi gereja dan negara internasional yang dipaksakan oleh undang-undang sipil, dan kekuasaan keajaiban. Pada saat berakhirnya masa kasihan, gabungan yang dilambangkan oleh simbol “binatang yang merah kirmizi” itu akan bubar karena binasanya “perempuan” itu atau pemimpin dari gabungan itu seperti yang digambarkan pada titik balik pada bagan itu. Dunia pada masa itu, seperti yang dilambangkan oleh tanduk-tanduk binatang itu, akan “membenci” perempuan sundal itu, mereka akan menjatuhkannya dan “membakarnya dengan api”; yang tak dapat tiada merupakan suatu revolusi melawan pemimpin dari organisasi agama-politik itu. Kemudian nubuatan dari Wahyu 16 : 19 akan menemui kegenapannya: “Maka negeri yang besar itu (Babil) dibagi menjadi tiga bagian. “Artinya, gabungan Protestanisme, Katholikisme, dan Spiritualisme itu akan bubar. Perhatikanlah akan kata kerja, “was”, karena tertulis dalam past tense, maka menunjukkan bahwa negeri babil yang besar itu telah dibagi sebelum tujuh celaka dituangkan; yaitu, pada penutupan masa kasihan, pada waktu perempuan itu dijatuhkan dari kekuasaannya. “Dan negeri-negeri dari segala bangsa robohlah, dan Babil yang besar itu (dalam keadaannya yang terbagi-bagi) datang terkenang di hadapan Allah, untuk memberikan kepadanya cawan air anggur dari kehangatan murkaNya.” (Ayat 19, bagian terakhir). Kehangatan murka Allah akan dituangkan ke atas Babil dalam keadaannya yang terbagi-bagi dalam masa tujuh celaka.

 

Kepala dari binatang yang tak tergambarkan dari Daniel tujuh, di dalam api yang bernyala-nyala bersama-sama dengan “perempuan” itu sebagaimana digambarkan di dalam bagan, adalah melambangkan peristiwa yang sama. “Binatang itu” adalah sebuah nubuatan, dan “perempuan” itu ialah wahyu dari nubuatan itu. Kemudian empat malaikat dari Wahyu tujuh, yang sedang “memegang empat mata angin di bumi (bangsa-bangsa dalam pengawasan”, supaya angin itu tidak akan bertiup di bumi atau di Iaut, atau pada ‘sesuatu pohon kayu,’ mereka akan membiarkan angin itu “bertiup”; maka karena tidak ada lagi apapun yang tinggal untuk menahan bangsa-bangsa dan orang banyak itu bersama-sama serta untuk mencegah berbagai permusuhan, maka pertikaian di dalam dan di luar akan berakibat dalam perang “Armageddon” yang terakhir. (Wahyu 16 : 14, 16). Dari titik itu pada bagan (berakhirnya masa kasihan) sampai kepada kedatangan Kristus yang kedua kali dan permulaan dari seribu tahun milenium itu, akan ada lima belas bulan yaitu “satu musim dan satu masa.” (Daniel 7 : 11, 12).

 

Kira-kira pada masa celaka yang ke-tujuh binatang dan nabi palsu itu akan dicampakkan ke dalam lautan api. Suatu peristiwa kegenapan yang sebenarnya, dan ini akan merupakan sebuah contoh dari kebinasaan terakhir orang-orang jahat sesudah seribu tahun milenium, yaitu kematian yang kedua. Kebinasaan perempuan yang menunggangi binatang merah kirmizi itu, dan nabi palsu bersama-sama dengan binatang bertanduk dua yang dicampakkan hidup-hidup ke dalam lautan api, rnenunjukkan bahwa badan organisasi agama-politik ini secara internasional akan dibubarkan.

 

Pada kedatangan Tuhan, orang-orang suci akan dihimpunkan (Matius 24 : 30), dan orang-orang jahat akan dibinasakan. (2 Tesalonika 2 : 8). Bangsa-bangsa dilambangkan oIeh “binatang-binatang,” “orang durhaka” itu dilambangkan oleh “tanduk kecil yang memiliki mata manusia dan sebuah mulut yang membicarakan perkara-perkara besar.” (Daniel 7 : 25).

 

Patung besar dari Daniel dua, berkaitan dengan binatang-binatang dari Daniel tujuh. Binatang-binatang ini pun dilambangkan oleh binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu tiga belas – mulutnya dari pada singa, kakinya dari pada beruang, tubuhnya dari pada harimau kumbang, dan sepuluh tanduk itu. Binatang merah kirmizi dari Wahyu.tujuh belas ialah suatu kelanjutan dari binatang yang menyerupai harimau kumbang setelah lukanya yang mematikan itu sembuh kembali. Demikianlah ia digambarkan pada bagan itu menunjukkan, bahwa ia memiliki ciri-ciri dari semua binatang yang mendahuluinya. Oleh sebab itu, kebinasaan dari binatang-binatang dari Daniel tujuh adalah juga kebinasaan dari binatang-binatang yang ditunjukkan kepada Yahya dalam khayal; maka ajal dari pada semua binatang itu, berarti akhir sejarah dunia.

 

Batu besar dari Daniel dua, yang menghantam patung itu pada kakinya, ialah sebuah simbol tentang kedatangan Kristus; maka pecahnya patung itu menunjukkan pecahnya segala bangsa. Sebagaimana binatang merah kirmizi itu akan menghantarkan dunia yang ada ini kepada ajalnya, maka ia juga melambangkan dunia pada seberang sana dari seribu tahun milenium itu, yaitu setelah kebangkitan yang kedua.

 

Api yang turun dari langit ke atas binatang itu, menunjukkan kematian yang kedua dari orang-orang jahat, yaitu seratus tahun sesudah kebangkitan yang kedua. Kemudian nubuatan dari Enoch akan menemui kelengkapan kegenapannya: “Tengoklah, Tuhan datang ….. hendak memutus hukum atas sekalian orang” ,dan untuk meyakinkan semua orang yang tidak beragama … terhadap semua perbuatannya yang fasik yang telah dilakukannya dengan jahatnya, dan terhadap semua pembicaraannya yang kasar yang telah dibicarakan oleh orang-orang berdosa yang fasik itu melawan Dia,” (Yehuda 14, 15). Jika ayat 14 dari Yehuda itu berlaku terhadap kedatangan Kristus ke ruangan Yang Maha Suci di dalam kaabah di sorga, dan ayat 15 terhadap kedatangan-Nya yang kedua kali, maka kelengkapan dari kata-kata itu akan menemui kegenapannya sesudah seribu tahun millenium, karena hanya pada waktu itulah dapat Ia melaksanakan “penghukuman yang terakhir atas semua orang yang fasik,” semenjak dari Kain sampai kepada akhir dunia yang sekarang ini.

 

Bagian pertama dari bagan itu, dari tahun 1929 sampai ke garis tikungan, yang ditandai Yehezkiel 9, ialah masa periode dimana 144.000 itu dimeteraikan – yaitu pemisahan lalang-lalang daripada gandum – pembersihan sidang. Karena 144.000 itu adalah ‘buah-buah pertama’, maka kegenapan dari Yehezkiel 9 dan pemeteraian hamba-hamba Allah itu (144.000 itu), akan menandai permulaan dari penuaian yang terakhir, atau sebagaimana juga ia itu disebut, ‘Seruan Keras.’ Pada waktu itu rombongan besar orang-orang dari Wahyu 7 : 9  itu akan dikumpulkan di dalam sidang oleh hamba-hamba Allah (144.000 itu). (Lihat Jesaya 66 : 19, 20.)

 

Perkara-perkara dari semua orang yang dimeteraikan semenjak dari tahun 1929 sampai kepada penutupan masa kasihan yang terakhir akan diperiksa di depan tahta di dalam kaabah sorga selagi masih hidup. Pemeriksaan itu dimulai setelah kegenapan Yeheskiel 9. Mereka yang dimeteraikan semenjak tahun 1929 sampai kepada kegenapan Yeheskiel 9 (berakhirnya masa kasihan bagi sidang), adalah orang-orang suci yang hidup, 144.000 jumlahnya, yang tidak akan pernah mati – mereka akan diobahkan tanpa merasai kematian. Kelas orang-orang yang melalaikan kesempatannya telah ditinggalkan tanpa meterai untuk binasa dibawah kehancuran dari Yeheskiel 9; Yesaya 63; dan Yesaya 66 : 15 – 17. Contoh kebinasaan orang-orang berdosa didalam sidang ini, ialah sebuah contoh (type) dari kebinasaan orang-orang berdosa di Dunia sesudah berakhir masa kasihan. Rombongan besar orang-orang dari Wahyu 7 : 9 yang hidup pada masa penutupan masa kasihan bagi dunia, mereka juga tidak akan pernah mati, karena mereka adalah contoh saingan dari 144.000 itu. Tetapi semua orang jahat yang sudah ditinggalkan tanpa meterai akan binasa. “Sampai disinilah berakhir masalah itu; “Takutlah akan Allah (bukan manusia) dan peliharakanlah semua perintah-Nya, karena inilah keseluruhan tugas manusia.” (Alkatib 12 : 13).

 

 23 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart