Landasan dari pokok masalah yang terpenting ini secara luas telah diliput di dalam buku Tongkat Gembala Jilid I. Oleh sebab itu, kami bermaksud untuk menguraikan hanya tahap mana yang tidak terlihat di dalam jilid yang pertama itu. Pertanyaan-pertanyaan berikut akan dijawab di dalam Bab ini. Pada waktu Tuhan memerintahkan malaikat untuk memeteraikan mereka (144.000 itu) apakah mereka itu ditemukan oleh pekabaran itu di dalam dunia atau di dalam sidang? Pada waktu yang manakah mereka itu dimeteraikan? Mengapa mereka itu adalah “anak-anak dara”? Mengapa tidak terdapat tipu di dalam mulut mereka? Apakah mereka itu hanya kaum pria atau kedua-duanya pria dan wanita ? Mengapa mereka disebut “hamba-hamba Allah”? Mengapa mereka itu adalah Israel?
Kami kutip dari tulisan-tulisan Roh Nubuat sebagai berikut : “Inilah masa kesukaran Yakub itu. Maka semua orang suci berseru dengan penuh penderitaan, lalu mereka dilepaskan oleh suara Allah. Mereka yang seratus empatpuluh empat ribu itu berhasil menang. Wajah-wajah mereka bersinar-sinar dengan kemuliaan Allah.” – Life Sketches, halaman 117. Perhatikanlah, bahwa mereka yang 144.000 jumlahnya itu ada dalam “masa kesukaran Yakub itu” Menurut kutipan yang berikut ini, masa kesukaran itu dimulai segera setelah berakhir masa kasihan: “Bilamana kelak Kristus mengakhiri tugasnya sebagai perantara bagi rnanusia, maka masa kesukaran ini akan dimulai.” – Patriarchs and Prophets, halaman 201. Masa kesukaran itu adalah mendahului kebangkitan orang-orang suci, maka sebab itu mereka yang 144.000 itu tidak bangkit, melainkan mereka adalah orang-orang suci yang hidup yang tidak pernah merasai mati, dan mereka akan diobahkan pada kedatangan Kristus yang kedua kali.
Mereka Yang 144.000 Itu
Dimeteraikan Selagi Di Dalam Sidang
Untuk menjelaskan hal ini, maka kita harus mengomentari akan contoh hari grafirat itu. Hari yang terkenal itu dalam upacara bayangan adalah suatu hari penyucian, pehukuman, dan penyelimutan. Perintah telah diberikan agar dalam bulan yang ketujuh dan pada hari yang kesepuluh dari bulan itu (hari grafirat), setiap orang Israel harus menderitakan jiwanya, mengakui dosanya, dan membawakan suatu korban. Barang siapa yang lalai mematuhi panggilan ilahi ini akan dibunuh (dibinasakan) dari antara umat Allah. Oleh sebab itu, maka itulah hari pehukuman dan penyucian terhadap perkampungan Israel. Sementara orang berdosa binasa, maka orang-orang beriman dilindungi. Contoh yang hidup ini telah dikemukakan bagi kemanfaatan kita pada waktu sekarang ini terhadap siapa hari grafirat contoh saingan itu akan datang. Gambaran ini yang terdapat di dalam Tabernakel yang di bumi dimaksudkan untuk menunjukkan pekerjaan yang berlangsung di dalam tabernakel sorga.
Pada waktu pehukuman dibuka dalam tahun 1844, seperti yang dijelaskan terdahulu, maka pemeriksaan itu dimulai terhadap orang-orang mati, dan apabila bagian dari pekerjaan itu selesai, maka mulailah penghukuman terhadap orang-orang hidup. Sementara pemeriksaan terhadap perhimpunan orang-orang mati itu berlangsung, maka tidak mungkin ada pemisahan di antara perhimpunan orang-orang hidup. Tetapi apabila Imam besar kita kelak memulaikan grafirat itu terhadap orang-orang hidup, maka tak dapat tiada harus ada sebuah pekabaran kebenaran sekarang – peniupan trompet – yang menganjurkan kepada setiap orang untuk bergantung kepada Anak Domba Allah (Kristus saja), yang hanya oleh perantaraan-Nya dapatlah ia secara simbolis datang ke kaabah kesucian itu, mengakui dosanya dan mendapatkan hidupnya. Jika akhir penghukuman terhadap orang-orang mati dan permulaan penghukuman terhadap orang-orang hidup itu tidak diberitahukan kepada kita, maka kita tidak akan memiliki sesuatu kebenaran sekarang apapun selagi penghukuman terhadap orang-orang hidup itu berlangsung. Pehukuman yang sedemikian ini tidak akan sah dan juga tidak adil. Barang siapa yang lalai mematuhi undangan sorga ini akan dibiarkan tanpa meterai atau penyelimutan Allah itu, dan karena itulah ia harus ditumpas keluar dari antara umat Allah, sebagaimana yang dilambangkan melalui upacara-upacara dalam contoh hari grafirat itu.
Rasul itu mengatakan: “Karena masanya akan datang, bahwa pehukuman harus dimulai terhadap rumah Allah.” (1 Petrus 4 : 17). Dari kenyataan bahwa hanya kepada gereja Masehi Advent Hari Ketujuh telah datang suatu pekabaran yang sedemikian ini seperti yang disebutkan di atas, yang telah disampaikan kepada mereka di dalam buku Tongkat Gembala, Jilid I, ialah suatu bukti tambahan bahwa gereja yang satu inilah rumah Allah itu. Masa penghukuman ini juga disebut “masa penuaian.” “Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama sampai kepada masa penuaian,” demikianlah kata Yesus, “maka dalam masa penuaian itu Aku akan mengatakan kepada para penuai, “Kumpulkanlah dahulu olehmu lalang-lalang itu, dan ikatkanlah semuanya itu berberkas-berkas untuk dibakar; tetapi himpunkanlah gandum itu kedalam lumbung-Ku.” (Matius 13 : 30). Kata-kata dari Tuhan kita itu adalah sesuai sekali dengan contoh hari grafirat itu, yang meramalkan bahwa itu adalah suatu hari pemisahan lalang-lalang dari pada gandum, atau penumpasan orang-orang berdosa yang tidak bertobat dari antara umat Allah (penyucian sidang). Oleh sebab itu, maka penuaian itu dimulai dengan pekerjaan penghabisan bagi sidang. Kristus mengatakan: “Biarkanlah keduanya bertumbuh bersama-sama sampai kepada masa penuaian.” Di dalam Wahyu 14 : 4, berbicara mengenai mereka yang 144.000 itu kita baca sebagai berikut: “Mereka ini adalah buah-buah pertama bagi Allah dan Bagi Anak Domba itu.” Oleh karena itu, jelaslah bahwa pada penyucian atau pemisahan lalang-Ialang dari pada gandum di dalam sidang Allah, akan terdapat 144.000 orang yang telah mengakui dosa-dosa mereka; dan dengan demikianlah mereka dibuat menjadi putih dan bersih oleh darah Kristus yang mahal itu, karena mereka adalah “buah-buah pertama itu.” Ini juga dibuktikan oleh Roh Nubuat, karena kita baca: “Pemeteraian hamba-hamba Allah ini adalah sama dengan apa yang ditunjukkan kepada Yeheskiel dalam khayal.” – Testimonies to Ministers, halaman 445. Kami kutip dari buku Testimonies for the Church, vol. 3, p. 266 sebagai berikut: “Umat Allah yang benar, yaitu mereka yang memiliki Roh pekerjaan Tuhan dan roh penyelamatan jiwa-jiwa di dalam hati, akan senantiasa memandang akan dosa itu dalam tabiat dosanya yang sesungguhnya. Mereka akan selalu berdiri pada pihak penanganan yang jujur dan tegas terhadap dosa-dosa yang dengan mudah menguasai umat Allah. Terutama sekali dalam pekerjaan penghabisanbagi sidang, dalam masa pemeteraian mereka yang 144.000 itu.”
Sekali lagi pada halaman 267 (halaman bahasa Inggris) berbunyi: “Tandailah hal ini dengan saksama: mereka yang menerima tanda kebenaran yang murni, yang dikerjakan di dalam diri mereka oleh kuasa Rohulkudus, yang dilambangkan oleh suatu tanda yang diberikan oleh orang yang berpakaian kain khasah, ialah orang-orang yang berkeluh kesah dan menangis karena semua kekejian yang dibuat di dalam sidang …” Bacalah pasal yang ke sembilan dari buku Yeheskiel. Tetapi pembantaian umum terhadap semua orang yang tidak melihat sedemikian ini betapa besarnya perbedaan di antara dosa dan kebenaran, dan yang tidak merasakan seperti orang-orang yang berdiri mematuhi petunjuk Allah dan menerima tanda itu, adalah digambarkan dalam perintah yang diberikan kepada lima orang yang memegang senjata-senjata pembantaian itu sebagai berikut: “Pergilah kamu mengikuti dia ke dalam negeri itu, dan bunuhlah; janganlah matamu menaruh sayang, dan janganlah kamu menaruh kasihan; bunuhlah seluruhnya baik tua maupun muda, baik anak-anak gadis, anak-anak kecil maupun kaum wanita; tetapi janganlah kamu menghampiri setiap orang yang padanya terdapat tanda itu; dan mulailah pada tempat kesucian-Ku.”
Definisi dari kata “umum” ialah: “luas tetapi tidak universal.” Oleh sebab itu, maka itu bukan berarti kebinasaan dunia pada kedatangan Tuhan; melainkan ia itu menunjuk kepada orang-orang jahat di dalam sidang. Pembantaian ini adalah benar-benar akan jadi; ia itu akan memisahkan dan melepaskan umat Allah dari dosa dan dari orang-orang berdosa; sebab jika tidak, maka pembubuhan tanda itu akan sia-sia saja. Persoalan yang sama inipun kembali dikemukakan di dalam buku Testimonies for the Church, vol. 5, p. 211 sebagai berikut: “Disini kita saksikan, bahwa sidang – yaitu kaabah kesucian Tuhan – ialah yang pertama sekali rnerasakan pukulan dari murka Allah.” Murka Allah tidak mungkin, dan tidak pernah mempunyai arti rohaniah. Kita kembali diingatkan, bahwa mereka yang 144.000 itu adalah yang sisa: “Sekarangbenar-benar mereka yang sisa itu adalah “orang-orang yang dikagumi”. “Pada hari itu tunas Tuhan akan kelak indah dan mulia, dan buah dari bumi akan sempurna dan menarik bagi mereka yang luput dari Israel. Maka akan jadi kelak, bahwa barang siapa yang tertinggaldi Sion, dan barangsiapa yang menetap di YerusaIem, akan disebut suci, yaitu setiap orang yang tersurat namanya di antara orang-orang yang hidup di Yerusalem.” – Sda. p. 476. Dengan demikian mereka yang 144.000 itu adalah orang-orang yang dimeteraikan dalam pehukuman bagi sidang, dan terhadap merekalah pehukuman bagi orang-orang yang hidup dimulai. OIeh sebab itu, maka mereka adalah buah-buah pertama.
Apabila angka bilangan mereka ini dimeteraikan, maka masa kasihan akan berakhir bagi sidang, dan pehukuman bagi orang-orang yang ada di dunia akan di mulai. Sebagaimana “lalang-lalang” binasa pada saat bilamana masa kasihan berakhir bagi sidang, demikian itu pula kelak pada penutupan pehukuman bagi dunia orang-orang berdosa akan mencapai ajalnya. Yang satu merupakan contoh bagi yang lainnya. Adalah dikatakan dari hal mereka yang 144.000 itu sebagai berikut: “Inilah mereka yang tidak mencemarkan dirinya dengan wanita-wanita, karena mereka adalah anak-anak dara.” (Wahyu 14 : 4). “Wanita-wanita” yang disebutkan di dalam Firman ini adalah simbol-simbol dari gereja-gereja yang tidak suci. “Wanita-wanita” ini dikemukakan di dalam Wahyu 17, di bawah lambang perempuan itu yang menunggangi binatang merah kirmizi. Kami mengutip ayat 5 sebagai berikut: “Dan pada dahinya (perempuan itu) ada tertulis suatu nama, yaitu rahasia, Babil yang besar, ibu dari segala sundal dan kekejian di bumi.” Ibu ini berikut anak-anak gadisnya ialah “wanita-wanita” itu dengan siapa mereka yang 144.000 itu tidak mencemarkan diri, karena pekabaran tentang pemeteraian ini mendapatkan mereka itu di dalam sidang. Demikianlah karena berada di dalam sidang Allah pada waktu pemeteraian, maka mereka adalah “anak-anak dara” – “tidak tercemar dengan wanita-wanita” (dengan gereja-gereja yang jatuh itu).
Hamba-Hamba Allah Dalam Masa Penuaian
Didalam Wahyu 7 : 3, mereka yang 144.000 itu disebut “hamba-hamba dari Allah kita.” Jika disebut hamba, maka mereka tak dapat tiada harus mempunyai tugas untuk dilaksanakan. Mereka kembali lagi dikemukakan oleh nabi Yesaya dalam kaitan-Nya dengan penyucian sidang dan kebinasaan orang-orang jahat sebagai berikut: “Maka aku akan menaruh suatu tanda di antara mereka itu, dan aku akan mengutus orang-orang yang luput (144.000 itu) dari antara mereka itu kepada segala bangsa. Maka mereka akan menghantarkan semua saudaramu bagi suatu persembahan kepada Tuhan keluar dari segala bangsa, ….. di dalam sebuah bejana yang suci ke dalam rumah Tuhan” – Sidang. (Yesaya 66 : 19, 20). “Maka hasil dari bumi akan menjadi sempurna dan indah menarik bagi mereka yang sudahluput dari Israel.” (Yesaya 4 : 2). Oleh sebab itu, maka mereka yang 144.000 itu disebut “hamba-hamba.” (Untuk penyelidikan selanjutnya terhadap Yesaya 66, supaya melihat buku Tongkat Gembala, Jilid 1, Bab VI judul paragraf Pengumpulan dari segala bangsa kapir …).
Ada juga dikatakan mengenai rombongan yang mulia ini sebagai berikut: “Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat tipu.” (Wahyu 14 : 5). Firman ini mempertegaskannya, bahwa Injil yang mereka beritakan itu sepenuhnya adalah Firman Allah yang benar. Oleh karena itu, maka pekabaran yang mereka sajikan kepada dunia itu tidak mungkin lagi diragukan kemurniannya. Nabi dari Patmos itu, setelah berbicara mengenai pemeteraian mereka yang 144.000 itu, mengatakan: “Sesudah ini aku tampak, dan heranlah, dan suatu rombongan besar, yang tak seorangpun dapat menghitungnya, mereka berasal dari segala bangsa, dan suku-suku bangsa, dan umat, dan berbagai bahasa, mereka itu berdiri di hadapan tahta, dan di hadapan Anak Domba itu, dengan berpakaian jubah-jubah putih, dan pelepah-pelepah kurma berada di dalam tangannya.” (Wahyu 7 : 9). Oleh sebab itu, maka rombongan besar ini dihimpun dari segala bangsa, sesudah pekerjaan penghabisan bagi sidang berakhir, dan dalam masa penuaian yang besar. Pelepah-pelepah kurma di dalam tangan mereka itu menunjukkan kemenangan mereka atas binatang itu dan patungnya, kematian dan kubur. Salah seorang dari para tua-tua yang berada di hadapan tahta itu mengatakan dari hal mereka itu sebagai berikut: “Inilah orang-orang yang telah keluar dari masa kesusahan besar itu” (masa kesukaran Yakub itu). (Ayat 14). Hamba Tuhan juga menyaksikannya di dalam kutipan-kutipan berikut ini: “Dan langit itu lenyaplah seperti surat yang digulung, dan setiap gunung dan pulau telah berpindah keluar dari tempatnya. Dan segala raja di bumi dan orang-orang besar, dan orang-orang kaya, dan para panglima, dan orang-orang perkasa, dan setiap hamba dan orang merdeka, sekaliannya menyembunyikan diri di dalam gua-gua dan celah-celah batu karang; sambil mengatakan kepada gunung-gunung dan batu-batu karena itu, Timpalah kami, dan sembunyikanlah kami dari hadapan wajah Dia yang duduk di atas tahta itu, dan dari murka Anak Domba itu; karena hari besar murka-Nya itu telah sampai; maka siapakah yang dapat tahan berdiri?” Wahyu 6 : 14 – 17.
“Sesudah ini aku tampak, dan heranlah, ada suatu rombongan besar yang tak seorang pun dapat menghitungnya, mereka berasal dari segala bangsa, dan suku-suku bangsa, dan umat, dan berbagai bahasa, mereka itu berdiri di hadapan tahta, dan di hadapan Anak Domba itu, dengan berpakaian jubah-jubah putih, dan pelepah-pelepah kurma berada di dalam tangannya; maka mereka berseru dengan suatu suara besar, katanya: Selamatlah bagi Allah kita yang bersemayam di atas tahta, dan bagi Anak Domba itu. — Inilah mereka yang telah keluar dari kesukaran besar itu, dan mereka telah membasuh jubah-jubahnya, dan membuatnya menjadi putih di dalam darah Anak Domba itu” … Wahyu 7 : 9 – 4.
“Di dalam Firman ini ada dua rombongan yang dikemukakan. Rombongan yang satu telah membiarkan diri mereka disesatkan, dan mereka telah berpihak kepada orang-orang yang bermusuhan dengan Tuhan.” – Testimonies for the Church, voI. 9, pp. 267, 268. Sebagaimana diperlihatkan oleh Roh Nubuat kedua rombongan ini (yaitu mereka yang berseru-seru kepada batu-batu karang, dan mereka yang memiIiki pelepah kurma di dalam tangannya) hidup dalam masa kesukaran dan murka Allah itu, maka jelaslah bahwa rombongan besar orang-orang yang memiliki pelepah kurma di dalam tangannya itu adalah orang-orang suci yang hidup yang berhasiI dimenangkan oIeh Injil dalam masa penuaian oIeh usaha mereka yang 144.000 itu.
Adakah Mereka Yang 144.000 Itu
Laki-Laki Dan Perempuan ?
Perintah untuk membubuhi tanda pada rombongan ini supaya mereka tidak jatuh ke bawah senjata-senjata pembantai dari lima orang itu adalah terbaca sebagai berikut: “Maka kata Tuhan kepadanya, Masuklah kamu sampai ke tengah-tengah negeri itu, yaitu sampai ke tengah-tengah Yerusalem, dan bubuhlah suatu tanda pada dahi dari orang-orang (men) yang berkeluh-kesah dan menangis karena segala kekejian yang dibuat di tengah-tengahnya.” (Yeheskiel 9 : 4). Karena Firman mengatakan: “Bubuhlah suatu tanda pada dahi dari orang-orang (men),” maka beberapa orang berpendirian, bahwa seluruh rombongan itu terdiri dari hanya orang-orang laki-laki saja. Alasan kedua yang telah diberikan bagi pendapat yang kacau ini ialah, bahwa mereka akan menjadi raja-raja dan imam-imam sehingga karena itulah mereka harus terdiri dari kaum pria saja. Pendapat yang dibawa oleh jalan-jalan pikiran yang sedemikian ini tidak mungkin ditunjang oleh bagian-bagian Alkitab lainnya. Dengan demikian kita terpaksa menyelidiki lebih dalam lagi masalah ini.
Jika Yeheskiel menyebut mereka itu “orang-orang” (bahasa Inggris: men), maka Yahya mengatakan bahwa mereka itu adalah anak-anak dara.” (Wahyu 14 : 4). Sekarang, jika kita hendak berpendirian bahwa yang dimaksudkan oleh Yeheskiel itu hanya kaum pria (men) saja, maka dapat juga kita katakan, bahwa yang dimaksudkan oleh Yahya itu hanya kaum wanita saja. Mungkinkah itu bahwa penulis yang satu akan bertentangan dengan penulis yang lainnya? Tentu saja tidak. Jadi kita simpulkan dari Firman berikut ini, bahwa mereka yang 144.000 itu adalah pria dan wanita: “Ia telah datang menjadi saksi, untuk memberi kesaksian mengenai terang itu, supaya semua orang (bahasa Inggris: men) oleh perantaraannya dapat percaya.” (Yahya 1 : 7). “Semua orang,” tak dapat tiada harus meliputi pria dan wanita, sebab jika tidak, maka keselamatan itu akan berlaku bagi kaum pria saja. “Dan aku, jikalau aku ini dinaikkan dari atas bumi, aku akan menarik semua orang (bahasa Inggris: men) kepadaku.” (Yahya 12 : 32). Jika kata-kata semua orang (men) di dalam ayat ini tidak meliputi pria dan wanita, maka kaum wanita akan hilang. “Maka zaman kebodohan itu telah dibiarkan oleh Allah, tetapi sekarang Ia perintahkan kepada semua orang (men) dimana-mana untuk bertobat.” (Kisah Segala Rasul 17 : 30). Sekali lagi, jika kata-kata “semua orang“ (bahasa Inggris: all men) tidak meliputi pria dan wanita, maka berarti kaum wanita tidak diperintahkan untuk bertobat. Jadi jelaslah, bahwa kata benda, orang-orang (men) itu, adalah suatu kata Alkitab kolektif mengenai pria dan wanita. Kata-kata inipun adalah benar dari kejadian, karena Allah telah menjadikan wanita dari pria. Oleh sebab itu, ia adalah seorang wanita (woman). Kembali di dalam Galati 3 : 28 kita baca sebagai berikut: “Tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu sekalian menjadi satu di dalam Kristus Yesus.”
Karena tidak ada terdapat perbedaan diantara pria dan wanita di dalam Kristus, maka kita saksikan bahwa kaum wanita maupun kaum pria dapat menjadi raja-raja dan imam-imam. Pengertian yang sama ini dapat dibuktikan melalui pengalaman bangsa Yahudi sebagai berikut: “Maka Deborah, yaitu seorang nabiah (nabi wanita), isteri dari Lapidot, ia telah menghakimi Israel pada waktu itu …… Dan bani Israel telah datang kepadanya bagi urusan hukum.” (Hakim-Hakim 4 : 4, 5). Wanita ini menduduki suatu jabatan dari kaum pria, yaitu menjadi seorang hakim atas umat Allah, yang mana adalah sejajar dengan seorang raja. Bukan hanya sebagai raja, tetapi ia juga adalah seorang nabiah. Kembali kita baca di dalam Lukas 2 : 36, 37 sebagai berikut: “Maka ada pula seorang nabiah bernama Hanna, anak dari Panuil, berasal dari suku bangsa Aser; maka ia sangat lanjut usianya, dan ia telah bersuami tujuh tahun lamanya semenjak dari masa perawannya; dan ia telah menjadi janda sampai umur delapan puluh empat tahun; maka tiada ia meninggalkan Bait Allah, melainkan berbakti kepada Allah dengan berpuasa dan berdoa siang dan malam.” Juga isteri dari Shallum yang adalah seorang nabiah yang mengajar Israel dan yang menunggui sekolah. (Lihat Raja-Raja 22 : 14 – 16). Pilipus penginjil itu mempunyai empat anak wanita yang juga bernubuat. (Lihat Kisah Segala Rasul 21 : 8, 9).
Dari pernyataan Paulus di dalam 1 Timotius 2 : 12 yang berbunyi: “Aku tidak mengijinkan seorang perempuan mengajar atau mengambil kekuasaan atas orang laki-laki, melainkan supaya ia berdiam dirinya, “Saudara dapat mencatat pengertiannya disini, yaitu bahwa wanita harus tunduk kepada orang laki-laki sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah, tetapi bukan ia dilarang untuk menduduki jabatan seorang guru. Kembali kami kutip: “hendaklah semua wanitamu berdiam diri di dalam gereja-gereja; karena tidaklah diijinkan bagi mereka itu untuk berbicara; melainkan mereka diperintahkan untuk tunduk, seperti juga yang dikatakan oleh hukum.” (1 Korinthi 14 : 34). Bacalah pasal itu, maka saudara akan melihat bahwa Paulus ingin menegakkan ketertiban di dalam gereja-gereja, karena terdapat banyak kekacauan karena berbicara dalam bahasa-bahasa yang tidak dikenal. Oleh sebab itu, maka untuk mendiamkan kekacauan ia mengatakan: “Hendaklah kaum wanitamu berdiam diri di dalam sidang-sidang jemaat.” Ia tidak melarang mereka berbicara jika mereka mempunyai tugas untuk dilaksanakan. Jika ajaran ini dipatuhi dalam zaman ini, maka akan terdapat suatu perubahan besar bagi yang lebih baik di dalam rumah Allah.
Pada mula pertama Allah menciptakan laki-laki dan perempuan sama, bagaikan raja dan ratu. “Lalu Allah memberkahi mereka, dan Allah berfirman kepada keduanya, Berbiaklah, dan bertambah-tambahlah, dan penuhilah bumi, dan taklukkanlah dia, dan perintahkanlah segala ikan di laut, dan segala burung di udara, dan segala binatang hidup yang menjalar di bumi.” (Kejadian 1 : 28). Perhatikanlah, bahwa pemerintahan itu diberikan kepada mereka berdua. Tetapi sesudah mereka berdosa, maka perubahan terjadi: “Kepada perempuan itu Tuhan berfirman: ….. kerinduanmu kelak kepada suamimu, dan ia akan memerintah ataskamu.” (Kejadian 3 : 16). Dengan begitu, maka setelah perempuan itu berdosa ia lalu jatuh ke bawah pemerintahan orang laki-Iaki. Tetapi apa yang telah lenyap dari Hawa karena penipuan itu, ia itu akan dikembalikan oleh penebusan. Demikianlah persamaan dari keduanya itu akan kembali ditegakkan sebagai raja-raja dan ratu-ratu. Oleh sebab itu, “Maka tidak akan ada laki-laki ataupun perempuan di dalam Yesus Kristus.” Kristus sendiri mengukuhkan pendapat ini di dalam ucapan kata-kata berikut ini: “Karena apabila kelak bangkit mereka dari antara orang-orang mati, tiadalah mereka kawin atau dikawinkan, melainkan keadaan mereka itu seperti malaikat-malaikat yang di dalam sorga.” (Markus 12 : 25).
Dengan demikian kata benda “orang-orang”(men) yang digunakan oleh Yeheskiel, dan kata benda “anak-anakdara” (virgins) yang digunakan oleh Yahya ialah sebuah sebutan Alkitab kolektif yang mengandung arti kedua-duanya. Selanjutnya jumlah keanggotaan gereja pada waktu ini adalah sedikit di atas 300.000 orang. Hanya kira-kira sepertiga dari mereka itu adalah pria. Jika setiap pria dimeteraikan dan diperhitungkan sebagai salah satu dari 144.000 orang itu, maka kita masih kekurangan untuk mencapai jumlah keseluruhan mereka itu. Kembali kita catat pada masa paskah di Mesir darah yang terdapat pada ambang pintu itu adalah merupakan contoh dari pembubuhan tanda atau pemeteraian. (Tongkat Gembala, Jilid 1, judul paragraf Kematian Dari Anak Sulung sampai sebelum judul paragraf Laut Merah pada Bab IV).
Dalam malam itu dimana saja terlihat darah pada ambang pintu, maka anak sulung baik pria maupun wanita, tidak akan binasa; demikian pula halnya di waktu ini, mereka yang akan menerima pemeteraian, yaitu mereka yang telah memakaikan darah pada ambang pintu (dahi). Maka sebagai anak sulung dari kedua kelas orang-orang, yaitu mereka yang mati dan mereka yang tidak, mereka merupakan sebuah contoh dari keimamatan yang ada sekarang (kependetaan), jelaslah, bahwa contoh ini menunjuk ke depan kepada suatu dinas kependetaan contoh saingan yang dibentuk terdiri dari pria dan wanita – anak-anak sulung yang mati melambangkan kelas orang-orang yang akan jatuh ke bawah senjata-senjata pembantaian dari lima orang itu; dan anak-anak sulung yang luput dari kematian, melambangkan kelas orang-orang yang akan menerima tanda dari orang yang membawa tinta penyurat itu dan yang berjalan melewati kematian kepada kehidupan. Demikianlah anak-anak sulung yang hidup dan yang berjalan lalu melewati laut merah itu, adalah sebuah contoh dari mereka yang 144.000 itu. Buah-buah pertama dari penuaian itu adalah hamba-hamba Allah yang berada dalam masa “seruan keras” dari Pekabaran Malaikat yang Ketiga.
Setelah penyucian sidang dan setelah pemeteraian hamba-hamba Allah itu, maka pekabaran yang terdapat di dalam Wahyu pasal 18 akan mencapai puncaknya dengan sebuah “seruan keras” yang berbunyi: “Keluarlah dari padanya (perempuan itu), hai umat-Ku, supaya jangan kamu terbabit dengan segala dosanya, dan supaya tidak kamu menerima segala celakanya.” (Ayat 4). Karena orang-orang suci mendengar suara dari Gembala yang baik dalam pekabaran Injil, maka mereka akan memisahkan dirinya dari dunia lalu menggabungkan diri kepada mereka yang 144.000 itu. Sementara proses penyaringan ini berlangsung dalam gereja-gereja yang jatuh itu, maka orang yang membawa tinta penyurat itu akan memeteraikan mereka yang keluar memisahkan diri itu. Apabila semua umat kesucian kelak keluar meninggalkan Babil masuk ke dalam sidang, maka tugas orang yang membawa tinta penyurat itu akan berhenti dan masa kasihan akan berakhir. (Lihat buku Early Writings, p. 279). Oleh sebab itu, maka kegiatan dari lima orang pembawa senjata-senjata pembantaian itu akan terus berlangsung dan tugas mereka baharu akan selesai apabila Kristus datang menjemput segala umat kesucian-Nya, karena adalah mereka itu yang memegang kuasa atas negeri itu – sidang. (Lihat Yeheskiel 9 : 1; The Great Controversy, p. 656). Kemudian dunia yang ada ini akan berakhir, dan seribu tahun millenium kehancuran itu akan dimulai; dalam mana orang-orang suci akan mengadili orang-orang jahat.
Mereka yang 144.000 itu disebut Israel, sebab pengalaman mereka adalah sama dengan pengalaman Israel kuno keluar dari Mesir untuk menguasai tanah perjanjian. Mesir kuno adalah lambang dari dunia. Perhambaan di Mesir melambangkan perhambaan oleh dosa. Pergerakan exodus ialah sebuah contoh dari sidang memisahkan diri dari dosa dan dari orang-orang berdosa. Kebinasaan anak-anak sulung di Mesir dan tenggelamnya para prajurit Mesir di laut merah menunjukkan kebinasaan orang-orang jahat dalam pemisahannya dari orang-orang suci. Padang belantara melambangkan sidang berada terpisah dari dunia. Kebinasaan orang durhaka di padang belantara, ialah sebuah gambaran mengenai pemeliharaan terhadap sidang dalam keadaan bersih sesudah penyuciannya. Penguasaan atas tanah perjanjian ialah sebuah contoh dari Israel (orang-orang suci) menguasai dunia. Peperangan melawan orang-orang Kapir di tanah perjanjian menunjukkan kebinasaan orang-orang jahat di dunia. Kita sedang berjalan melewati jalan itu sekali lagi, maka dalam berbuat sedemikian ini, kita harus menjauhi kekeliruan-kekeliruan yang pemah dibuat dalam pengalaman yang terdahulu.