MATIUS PASAL DUA PULUH EMPAT DAN TANDA-TANDA DARI KEDATANGAN KRISTUS
<< Go Back


MATIUS PASAL DUA PULUH EMPAT

DAN TANDA – TANDA DARI

KEDATANGAN KRISTUS

 

 

“Tatkala la duduk di atas bukit Zaitun, maka murid-murid itu datang kepada-Nya secara diam-diam, lalu mengatakan: ‘Nyatakanlah kiranya kepada kami masa manakah perkara ini berlaku kelak, dan apakah alamat kedatanganMu dan kesudahan alam ini?’ Maka jawab Yesus kepada mereka itu: ‘Ingatlah baik-baik, jangan barang seorang pun menyesatkan kamu. Karena banyak orang akan datang dengan nama-Ku, katanya: ‘Aku inilah Kristus!’, maka mereka itu menyesatkan banyak orang. Maka kamu akan mendengar dari hal peperangan dan kabar-kabar peperangan. Ingatlah, janganlah kamu terkejut, karena tak dapat tiada segala perkara itu akan jadi, tetapi itu pun belum sampai kepada kesudahan itu. Karena bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan; maka akan jadi bela kelaparan dan gempa bumi di sana sini. Tetapi semuanya itu hanya permulaan dari sengsara. Pada masa itu kamu akan diserahkan orang untuk disengsarakan, dan kamu akan dibunuh orang, dan kamu akan dibenci oleh segala bangsa sebab nama-Ku. Dan kemudian dari pada itu banyak orang mendurhaka, dan mereka akan saling mengkhianati, dan saling membenci akan sesamanya. Maka banyak nabi palsu akan datang, dan mereka akan menyesatkan banyak orang. Dan karena makin bertambah kejahatan, maka kasih dari banyak orang akan menjadi dingin. Tetapi barangsiapa yang tekun sampai kepada akhirnya, ia akan diselamatkan. Maka Injil kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia untuk menjadi suatu kesaksian bagi segala bangsa, baharulah datang kesudahan itu.” (Ayat 3 – 14).

 

Pertanyaan yang langsung disampaikan kepada Kristus dan jawaban-Nya yang memberi jaminan tentang kedatangan-Nya, dan akhir dari dunia yang sekarang ini, adaIah cukup jelas dan sudah jelas dengan sendirinya, sehingga tidak mungkin dapat diragukan lagi. Ia tidak mengatakan bahwa akhir dari dunia berdosa yang sekarang ini tidak akan ada, tetapi ditegaskan-Nya dengan jeIas bahwa ia itu akan terjadi. Tetapi bagaimanapun Ia mengatakan bahwa sebelum akhir dunia itu tiba, maka “Injil kerajaan ini (tanda-tanda kedatangan-Nya yang kedua kali seperti yang diramalkan di dalam pasal ini) akan diberitakan di seluruh dunia untuk menjadi suatu kesaksian bagi segala bangsa (bukan supaya semua bangsa kelak dapat ditobatkan, melainkan untuk menjadi suatu kesaksian) dan kemudian akan datang kesudahan.” Barangsiapa yang mengajar bertentangan dengan penegasan Tuhan yang jelas ini adalah orang-orang yang dikatakan-Nya: “Banyak nabi palsu akan bangkit dan mereka akan menyesatkan banyak orang.” Selanjutnya Tuhan mengatakan: “Karena seperti kilat memancar dari timur, dan bercahaya sampai ke barat; demikian itu pula kelak kedatangan Anak Manusia.” (Ayat 27).

 

Sementara sebagian dari nabi-nabi palsu ini selengkapnya menyangkal akan kedatangan-Nya itu, orang-orang lainnya dengan berani mengatakan: “Ia sudah datang.” Yang lainnya lagi mengatakan, bahwa tak seorang pun akan kelak melihat Dia pada kedatangan-Nya, tetapi, Ia akan mendirikan kerajaan-Nya di bumi, dan dunia ini tidak pernah akan sampai kepada ajalnya, dan sebagainya. Kami ingin bertanya: Apakah Kristus sedang menceriterakan sebuah ceritera bohong, ataukah semua nabi palsu itu sedang menggenapi kata-kata ramalan-Nya dengan cara mencoba menyesatkan orang-orang suci mengenai kedatangan-Nya, lalu meruntuhkan kepercayaan mereka kepada kata-kata Firman Tuhan, lalu dengan demikian merampas dari mereka mahkota kehidupannya? Jika sekiranya mereka ini bukanlah para penyesat itu yang teIah dibicarakan-Nya, maka siapakah sesungguhnya mereka itu?

 

Kalau saja para pelaku kejahatan yang sedemikian ini berani mencoba memutar-balikkan bahasa-Nya yang jelas itu seperti dalam contoh ini, maka tidakkah dapat diharapkan, bahwa mereka juga akan kelak mencoba untuk meruntuhkan seluruh kebenaran Alkitab?

 

Apabila Kristus datang kelak” seperti kilat yang memancar keluar dari sebelah timur, lalu bercahaya sampai ke sebelah barat,” nabi-nabi palsu ini akan kelak malu. Pewahyu juga menyatakan: “Tengoklah, Ia datang dengan awan-awan, dan setiap mata akan memandang Dia, dan juga mereka yang telah menusuk Dia: (Artinya, mereka yang dulu menusuk Dia itu akan bangkit mendahului kedatanganNya. (Lihat Daniel 12 : 2) dan semua suku bangsa di bumi akan meratap karena-Nya. Bahkan demikianlah, Amin.” (Wahyu 1 : 7). Benar, Kristus kita akan datang dan kita akan melihat Dia seperti ada-Nya, “Maka akan dikatakan pada masa itu, Inilah Allah kita; sudah lama kita menungguNya, maka Ia akan menyelamatkan kita; inilah Tuhan, sudah lama kita menantikan-Nya, kita akan bergembira dan bersukacita dalam keselamatan-Nya.” (Yesaya 25 : 9).

 

Walaupun semua nabi palsu dan orang-orang berdosa ini tidak berniat untuk menjumpai Dia pada kedatanganNya; mereka tak dapat tiada harus: “Dan segala raja di bumi dan orang-orang besar, dan orang-orang kaya, dan para panglima, dan orang-orang perkasa, dan setiap hamba, dan setiap orang merdeka, sekalian mereka itu menyembunyikan dirinya di dalam gua-gua dan di dalam batu-batu gunung; sambil mengatakan kepada gunung-gunung dan batu-batu karang itu: “Timpalah kami, lindungilah kami dari pada wajah Dia yang duduk di atas tahta itu, dan dari pada murka Anak Domba itu.’ Karena hari besar murka-Nya itu sudah tiba, maka siapakah yang mampu tahan berdiri? (Wahyu 6 : 15 – 17). Maka demikianlah kelak akhirat itu tiba bagi orang-orang berdosa, tetapi bukan bagi umat Allah: “KarenaTuhan sendiri akan turun dari sorga dengan suatu seruan, dengan suara penghulu malaikat, dan dengan sangkakala Allah; maka orang-orang yang mati dalam Kristus akan bangkit dahulu. Kemudian kita yang hidup dan yang masih tinggal ini akan diangkat bersama-sama dengan mereka di dalam awan-awan, untuk menjumpai Tuhan di angkasa, maka demikianlah kita kelak akan tinggal bersama-sama dengan Tuhan untuk selama-lamanya.”(1 Tessalonika 4 : 16, 17).

 

Bagi orang-orang berdosa hari itu kelak merupakan suatu hari yang mengerikan, maka kepada mereka Ia akan datang seperti seorang pencuri pada malam hari,” tetapi tidaklah demikian halnya bagi orang-orang yang menanti-nantikan kedatangan-Nya. Karena, berbicara mengenai aniaya besar yang telah menyekap umat-Nya dalam masa kegelapan selama 1260 tahun dari Daniel 7 : 25 itu, Ia berfirman sebagai berikut: “Segera setelah masa sengsara itu matahari akan digelapkan, dan bulan tidak akan memberikan cahayanya, dan bintang-bintang akan gugur dari langit, dan segala kekuatan di langit akan di goncangkan. Lalu kemudian akan kelihatan anak manusia di langit, maka segala bangsa manusia di bumi akan meratap, dan mereka akan melihat Anak manusia datang di dalam awan-awan di langit dengan kuasa dan kemuliaan besar. Maka Ia akan mengutus malaikat-malaikat-Nya dengan suatu bunyi sangkakala besar, maka mereka akan menghimpunkan bersama-sama umat pilihannya dari seluruh empat mata angin, dari ujung langit yang satu sampai kepada ujung langit yang lainnya.” (Matius 24 : 29 – 31).

 

Tuhan dalam memandang ke depan kepada generasi sekarang ini, mengatakan: “akan ada tanda-tanda pada matahari, dan pada bulan, dan pada bintang-bintang,” (Lukas 21 : 25). Dengan demikian, maka “segera sesudah masa kesusahan itu” (aniaya besar itu) matahari akan digelapkan. Pada tanggal 19 Mei 1780 nubuatan ini telah digenapi. Mengutip dari buku The Great Controversy berbunyi sebagai berikut: “Hampir saja kalau boleh disebut sesuatu yang luar biasa yang sangat rahasia dan yang belum terpecahkan, ………, yaitu  hari gelap pada tanggal 19 Mei 1780 – yaitu suatu kegelapan yang sangat tidak dimengerti yang meliputi seluruh pandangan di semua langit dan atmosfir di New England.” Seorang saksi mata yang tinggal di Massachusetts melukiskan peristiwa itu sebagai berikut:

 

‘Pada pagi hari matahari naik dengan cerah, tetapi tak lama kemudian cuaca mendung. Awan-awan menjadigelap, dan dari sekaliannya itu seperti yang tak lama kemudian tampak, yaitu hitam dan aneh, kilat sambar menyambar, guntur menderu-deru dan sedikit hujan turun’. Sampai jam sembilan awan-awan itu menjadi makin tipis, lalu kelihatan berwarna merah kekuning-kuningan, maka tanah, batu-batu karang, pohon-pohon, bangunan-bangunan, air, dan orang-orang menjadi berubah oleh cahaya aneh yang bukan dari bumi ini. Beberapa menit kemudian, sebuah awan tebal yang hitam rnembentang menutupi seluruh langit, terkecuali suatu tepi yang sempit di khatulistiwa, dan ia itu samasaja gelapnya seperti biasanya pada jam sembilan pada sesuatu malam musim panas ……

 

“Ketakutan, kegelisahan, dan perasaan ngeri perlahan-lahan memenuhi pikiran orang banyak. Wanita-wanita berdiri di pintu, memandang keluar pada pandangan yang gelap itu; kaum pria kembali dari tugas-tugasnya di padang; tukang kayu meninggalkan peralatannya; tukang besi meninggalkan ruang kerjanya; para pedagang meninggalkan tokonya. Sekolah-sekolah dibatalkan dan dengan gemetar murid-murid berlarian pulang. Orang-orang pejalan kaki berhenti pada rumah-rumah perkebunan yang terdekat. ‘Apakah yang akan terjadi?’ nyeletuk setiap bibir dan perasaan. Tampaknya seolah-olah sebuah angin puyuh sedang akan menghembus melewati tanah itu, atau seolah-olah itu adalah hari kebinasaan dari pada segala perkara …….

 

“Luasnya kegelapan itu adalah luar biasa. Ia itu terlihat sampai jauh di sebelah timur sampai di Falmouth. Arah ke sebelah barat ia itu sampai ke bagian yang terjauh di Connecticut dan sampai ke Albany. Ke selatan, ia itu terlihat sepanjang pesisir pantai, dan ke utara adalah sejauh daerah-daerah kependudukan orang-orang Amerika.

 

“Pekatnya kegelapan hari itu disusul satu atau dua jam sebelum malam hari, oleh sebagian langit yang cerah, lalu matahari muncul, walaupun ia itu masih digelapkan oleh kabut pekat yang gelap. ‘Setelah matahari masuk, awan datang kembali di atas kepala, dan ia itu meningkat menjadi gelap dengan cepat sekali.’ Juga kegelapan malam itu tidak kurang anehnya dan menakutkan dari pada kegelapan pada siang hari; walaupun pada waktu itu sudah hampir bulan penuh, tidak satupun obyek yang dapat dilihat terkecuali dengan bantuan suatu terang buatan, yang mana, apabila. terIihat dari rumah-rumah tetangga dan tempat-tempat lainnya pada sesuatu jarak, maka ia itu terlihat melalui sejenis kegelapan Mesir yang tampaknya hampir-hampir tidak tembus cahaya.’ Kata salah seorang saksi mata, mengenai pemandangan itu: ‘Saya tidak dapat menolong menggambarkan pada waktu itu, karena kalau pun setiap badan pemberi cahaya di dalam alam ini telah diselimuti dalam bayangan-bayangan yang tidak tembus, atau di buang keluar dari tempatnya, kegelapan itu belum juga mungkin melebihinya.’ Walaupun pada jam sembilan malam itu bulan telah naik mencapai penuh, ‘ia itu sedikitpun tidak ada efeknya untuk mengusir bayangan-bayangan yang bagaikan kematian itu.’ Setelah tengah malam kegelapan itu berlalu, maka bulan, pada saat pertama kali terlihat, kelihatannya seperti darah.

 

“Tanggal 19 Mei 1780 tercatat didalam sejarah sebagai ‘Hari Gelap.’ Semenjak dari jaman Musa, belum ada satu pun masa kegelapan yang sama pekatnya, sama hebatnya, dan sama lamanya, yang pernah ada tercatat. Gambaran dari peristiwa ini, seperti yang diberikan oleh saksi mata, hanyalah sebuah gema dari kata-kata Firman Tuhan yang  dicatat oleh Nabi Yoel dua ribu lima ratus tahun sebelum kegenapannya sebagai berikut: “Matahari akan berubah menjadi gelap, dan bulan menjadi darah, sebelum datang hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu.”

 

“Dalam tahun 1833, dua tahun sesudah Miller memulai menyampaikan di depan umum bukti-bukti kedatangan Kristus yang segera itu, maka yang terakhir dari tanda-tanda itu telah terlihat, yaitu yang telah dijanjikan oleh Juruselamat sebagai tanda-tanda dari kedatangan-Nya yang kedua kali. Yesus mengatakan: “Bintang-bintang akan gugur dari langit. Dan Yahya di dalam buku Wahyu menyatakan, sebagaimana yang la saksikan dalam khayal pemandangan peristiwa-peristiwa itu yang akan memberitakan hari Allah itu: “Bintang-bintang di langit gugur ke bumi, sama seperti sebatang pokok ara yang membuang buah-buahnya yang muda, bilamana ia itu digoncangkan oleh angin kencang.’ Nubuatan ini telah digenapi dengan tepat dan mengesankan pada waktu hujan meteor yang hebat pada tanggal 13 November 1833. Itu adalah pertunjukan bintang-bintang gugur yang ajaib dan sangat besar yang pernah dapat dicatat. “Seluruh langit, yang meliputi seluruh Amerika Serikat, pada waktu itu berjam-jam lamanya berada dalam kegemparan api. Belum pernah ada tanda keajaiban di langit yang pernah jadi di negeri ini (Amerika Serikat), semenjak pertama kali negeri itu dihuni, yang telah disaksikan dengan sedemikian dalam perasaan kagum oleh kelas masyarakat yang satu, atau dengan sedemikian takut dan tegang oleh kelas rnasyarakat yang lainnya.’ Kehebatan dan kengerian dari keindahannya itu masih tetap ada di dalam banyak ingatan orang …….. Belum pernah hujan turun dengan setebal itu seperti halnya hujan meteor yang berguguran ke bumi; baik disebelah timur, di sebelah barat, di sebelah utara, – maupun di sebelah selatan, sekaliannya sama saja. Dengan sebuah perkataan saja, seluruh langit tampaknya dalam keadaan genting ….. Pertunjukan itu, seperti yang dilukiskan di dalam majalah Professor Silliman, ia itu terlihat di seluruh Amerika Utara. …….. Semenjak dari jam dua sampai kepada siang hari, langit dalam keadaan tenang dan tidak berawan, sebuah permainan yang tak henti-hentinya dari sumber-sumber cahaya yang memancarkan cahayanya dengan gemerlapan berlangsung di segala langit.’

 

‘Benar-benar tidak ada bahasa yang dapat melukiskan keindahan dari pada permainan yang besar itu; ….. tidak seorang pun yang tidak menyaksikannya dapat memberikan bentuk konsep yang cukup mengenai kemuliaannya. Tampaknya seolah-olah seluruh langit yang berbintang-bintang itu telah berhimpun pada satu titik dekat kepada zenith, lalu secara serentak memancarkan cahayanya, dengan kecepatan kilat, menuju ke seluruh bagian dari khatulistiwa; tetapi pun sekalian itu tidak berkurang kekuatannya – beribu- ribu menyusuli dengan cepatnya mengikuti jejak-jejak dari beribu-ribu yang mendahuluinya, seolah-olah diciptakan untuk kesempatan itu.’

 

Di dalam New York Journal of Commerce terbitan 14 November 1833, telah muncul sebuah artikel yang panjang mengenai tanda keajaiban yang indah ini, yang berisikan pernyataan sebagai berikut: “Saya pikir, tidak ada satupun ahli falsafah atau sarjana yang pernah menceriterakan atau mencatat sesuatu peristiwa yang seperti pada kemarin pagi itu. Seorang nabi seribu delapan ratus tahun yang lalu telah meramalkannya dengan tepat, jika kita akan kacau mengartikan bintang-bintang jatuh dengan kejatuhan bintang-bintang …. dalam arti satu-satunya dimana mungkin ia itu dapat benar-benar terjadi.

 

“Dengan demikian telah diperlihatkan tanda yang terakhir dari sekalian tanda-tanda kedatangan-Nya, terhadap mana Yesus telah meminta perhatian para murid-Nya sebagai berikut: “Apabila kamu kelak menyaksikan semua perkara ini, maka ketahuilah bahwa ia itu sudah dekat, bahkan sudah di depan pintu.’ Sesudah semua perkara ini, Yahya melihat, sebagai peristiwa besar berikutnya yang akan datang, segala langit tergulung bagaikan sehelai surat, sementara bumi bergempa, gunung-gunung dan pulau-pulau berpindah keluar dari tempatnya, dan orang-orang jahat dalam ketakutan berusaha lari dari hadapan Anak Manusia.”- The Great Controversy, halaman 306 – 308, 333, 334.

 

“Kristus telah menghimbau kepada umat-Nya supaya berjaga-jaga terhadap tanda-tanda kedatangan-Nya, dan supaya bersuka cita sementara mereka memandang kepada tanda-tanda dari kedatangan Raja mereka. Ia katakan, “Maka apabila segala perkara ini mulai jadi, maka pandanglah ke atas dan angkatlah kepalamu, karena kelepasanmu sudah dekat.” (Lukas 21 : 28). Ia mengarahkan para pengikutNya kepada pohon-pohon yang bertunas dalam musim bunga, lalu katanya: “Sekarang belajarlah sebuah perumpamaan dari pohon ara. Pada ketika carangnya lembut, dan mengeluarkan tunas, maka ketahuilah olehmu bahwa musim panas sudah dekat. Demikianlah juga kamu, apabila kamu kelak menyaksikan semua perkara ini, maka ketahuilah bahwa ia itu sudah dekat bahkan sudah di depan pintu.” (Matius 24 : 32, 33). Sementara Penebus menunjukkan dengan jelas betapa dekatnya kedatangan-Nya kepada generasi yang kelak akan menyaksikan semua tanda keajaiban ini, Ia tidak membiarkan kita dalam kegelapan mengenai berapa lama jaraknya antara kegenapan tanda-tanda ini dan peristiwa besar dan mulia itu, karena ia menambahkan lagi: “Generasi ini (generasi yang menyaksikan tanda-tanda) tidak akan berlalu sebelum segala perkara ini digenapi.” (Ayat 34). Karena generasi yang dibicarakan oleh Tuhan itu sedang akan berlalu, dan kerajaan dari kehidupan kekal itu sudah dipersilahkan masuk, maka penyelidik kebenaran hendaknya tidak melalaikan kesempatan dengan membiarkan perkara-perkara yang kurang penting menguasai pikirannya, atau menguasai waktunya.

 

Diperuntukkan Bagi

Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh

 

Injil tentang kedatangan Kristus dalam generasi ini, dan tanda-tanda zaman seperti yang terdapat di dalam Matius 24, adalah diperuntukkan bagi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh semenjak tahun 1844. Tidak ada satupun organisasi umat yang memiliki beban tanggung jawab pekabaran yang diajarkan di dalam Bab ini (tanda-tanda dan akhir sejarah dunia), dan penyampaiannya yang mendesak dengan cepat dalam generasi ini. Oleh karena itu, apapun pujian atau hukuman yang telah dituliskan kepada “hamba” yang terdapat di dalam Matius 24, ia itu tak mungkin berlaku bagi umat yang lain. Selanjutnya, karena dunia Kristen yang lainnya telah jatuh semenjak tahun 1844 karena mereka menolak pekabaran-pekabaran yang telah dikirimkan kepadanya, maka demikianlah Allah tidak mau membiarkan terang itu bercahaya melalui mereka semenjak dari waktu itu, sehingga jelaslah bahwa injil dari Matius pasal 24 tidak mungkin dapat dikhotbahkan oleh sesuatu umat yang lain. Oleh sebab itu, maka ucapan mengenai hamba itu di dalam ayat berikut ini adalah hanya berlaku bagi sidang yang lalu.

 

“Siapakah kelak hamba yang setia dan berbudi, yang telah ditetapkan oleh tuannya menjadi pemimpin atas isi rumahnya (isi rumah Tuannya), untuk memberi kepada mereka (kepada dunia) makanan pada waktunya” – kebenaran sekarang? (Ayat 45). Perhatikan, bahwa ada sebuah pertanyaan mengenai siapa yang kelak menjadi hamba yang setia ini, Jika sekiranya umat itu kepada siapa injil ini terutama diperuntukkan telah didapati setia, maka janji yang berikut ini sudah akan menjadi milik mereka: “Berbahagialah hamba itu, yang apabila tuan-Nya tiba, didapatinya sedang berbuat yang demikian itu. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, bahwa Ia akan menetapkan dia menjadi pemimpin atas segala sesuatu milik-Nya.” (Ayat 46, 47). Arti daripada segala sesuatu milik-Nyaialah penyelesaian injil, membawakan kebenaran yang kekal, dan menghantarkan masuk kerajaan Kristus. Alangkah indahnya janji itu! Tetapi, perhatikanlah bagairnana bahayanya kehilangan kemuliaan yang kekal ini: “Tetapi dan jikalau hamba yang jahat itu berpikir dalarn hatinya, Tuanku memperlambat kedatanganNya; lalu kelak rnulailah ia rnemukul teman-teman sesama hambanya, serta makan dan minum bersama-sama dengan orang pemabuk.” (Ayat 48, 49). “Hamba” itu (tunggal) yang kelak akan “mulai memukul teman-teman sesama hambanya” (jamak) menunjukkan kepemimpinan – yaitu “malaikat” dari sidangnya orang-orang Laodikea – mereka yang berkuasa atas “isi rumah itu.” Tetapi “hamba-hamba (jamak) itu berlaku terhadap pihak pelayanan yang berada dibawah kepemimpinan itu. Karena kelalaian dari “hamba itu,” maka injil telah tertunda; generasi ini sudah akan berlalu, sedangkan pekerjaan bertahun-tahun ketinggalan di belakang. Akibatnya ialah, bahwa keterlambatan itu bukan saja ditunjukkan melalui tindakan, tetapi ia itu juga diucapkan dengan kata-kata, “Tuanku memperlambat kedatangan-Nya.” Dan sebagaimana dosa yang satu rnembawa kepada dosa yang lainnya, rnaka ajaran “Reformasi Kesehatan,” telah dilanggar, rnereka memakan makanan yang merusak kesehatan karena hasil-hasil ciptaan modern, yaitu “makanan-makanan lezat” dari Babil, dan sebagainya – pemanjaan terhadap nafsu-nafsu daging, dengan demikian rnenggenapi kata-kata, “makan dan minum bersama-sama dengan orang pemabuk.”

 

Ajaran reformasi kesehatan disebut sebagai tangan kanan dan lengan dari Pekabaran Malaikat Yang Ketiga“, dan bahwa pekerjaan obat-obatan ialah tangan kanan dari pada pekabaran itu.” Pendapat mengenai reformasi kesehatan ialah suatu perkara masa lalu sejauh yang berkenan kepada sidang sebagai sebuah badan, dan pihak kepemimpinan sedikit sekali memperhatikannya. Tetapi itu pun belum merupakan yang terburuk; hamba Allah yang tidak setia ini bahkan dengan beraninya merentangkan tangannya melewati selat untuk membentuk aliansi terlarang lembaga-lembaga medis gereja dengan lembaga-lembaga yang sama dari dunia, yaitu mereka yang dengan gigihnya menentang pendapat tentang reformasi kesehatan – yaitu tangan kanan dan lengan dari “pekabaran Malaikat Yang Ketiga.” Satu-satunya saluran yang telah dilembagakan untuk menegakkan dan meneruskan bagian dari pekerjaan itu, sedang berada terikat oleh suatu konfederasi; maka kini untuk rnempertahankan aliansi ini ia itu terpaksa mengorbankan prinsip utamanya untuk mana ia telah diorganisir. Dengan begitu, maka perwakilan dari Allah untuk menangani orang-orang sakit dan untuk mencegah penyakit melalui hidup yang sehat dan penyembuhan secara ilahi melalui penurutan kepada kebenaran, telah diganti dengan obat-obatan.

 

Dengan demikian Iblis telah memotong putus tangan kanan dan lengan dari Pekabaran Malaikat Yang Ketiga itu, lalu oleh perantaraan cara yang licik ini ia berhasil merampok sidang Allah dari pada lembaga-lembaga medisnya. Betapa celakanya! Alangkah ruginya ! Tidakkah umat Allah yang setia pada masa yang sedemikian ini mau datang kepada bantuan Tuhan melawan mereka yang berkuasa? Bagaimana mungkin sebuah organisasi umat dengan begitu banyaknya terang telah menjadi sedemikian buta melampaui faham pengertian manusia; inilah suatu rahasia!

 

Kalau saja mereka (orang-orang yang dibebani dengan tanggung jawab yang besar ini) telah didapati setia kepada kepercayaan yang telah diberikan kepada mereka, maka berkat-berkat yang kekal yang terdapat di dalarn ayat yang berikutnya sudah akan menjadi milik mereka: “Bahwa Ia akan menjadikan dia pemimpin atas semua harta milikNya.” Tetapi kepada orang yang melalaikan tugas yang diberikan oleh Tuannya. “Tuan dari hamba itu akan tiba pada sesuatu hari yang tiada disangkakannya, dan pada sesuatu saat yang tidak diketahuinya, maka Ia akan menyusahkan dia teramat sangat, dan akan menetapkan bagiannya bersama-sama dengan orang-orang munafik; disanalah kelak ada tangisan dan keretak-gigi.” (Ayat 50, 51). Kalau saja mereka telah mematuhi pekabaran terakhir yang penting itu yang telah dikirimkan kepada mereka, yang memanggil mereka kepada perubahan-perubahan yang menentukan dalam semua perkara ini, maka pasal yang berikut ini (Matius 25) sudah akan berbeda secara nubuatan.

 

Sepuluh Anak Dara Itu – Matius 25

 

“Pada ketika itu kerajaan sorga kelak seumpama sepuluh anak dara yang membawa pelita-pelitanya, lalu pergi keluar hendak mengelu-elukan pengantin laki-laki. Maka dari antara mereka itu ada lima orang yang bijaksana dan lima orang yang bodoh. Mereka yang bodoh itu membawa pelita-pelitanya, tetapi tidak membawa minyak sertanya; tetapi mereka yang bijaksana itu membawa minyak di dalam botol-botol mereka bersama-sama dengan pelita-pelitanya. Sementara pengantin laki-laki itu terlambat datang, maka sekalian rnereka itu mengantuklah dan tertidur. Maka pada tengah malam kedengaranlah suatu suara yang menyerukan: “Tengoklah, pengantin itu datang! Keluarlah kamu menyambut dia! Kemudian sekalian anak dara itu bangun lalu mempersiapkan pelita-pelita mereka. Maka kata yang bodoh itu kepada yang bijaksana, ‘Berilah kepada kami minyakmu, karena pelita-pelita kami hendak padam.’ Tetapi jawab yang bijaksana itu sambil mengatakan: “Jangan begitu, sebab nanti tidak akan cukup bagi kami maupun kamu. Baiklah kamu pergi kepada orang-orang yang berjualan, lalu belilah bagi dirimu sendiri. Maka sementara mereka itu pergi membeli minyak, datanglah pengantin laki-laki itu; lalu mereka yang telah bersedia itu masuklah bersama-sama dengan dia ke perjamuan kawin itu; dan pintu pun tertutuplah. Kemudian dari pada itu datanglah pula anak-anak dara yang lainnya itu, sambil mengatakan, Ya Tuan, Ya Tuan, bukakanlah kiranya kami pintu. Tetapi ia menjawab dan mengatakan: ‘Sesungguhnya aku mengatakan kepadamu, Tiada aku kenal  kamu.’ Oleh sebab itu berjaga-jagalah kamu, karena tiada kamu ketahui baik hari maupun jamnya apabila Anak Manusia akan datang.” (Ayat 1 – 13).

 

Perhatikanlah, bahwa pasal 25 ialah kelanjutan dari pada pasal 24. Tandailah akan perkataan, “pada ketika itu,” yang berarti saat mereka itu menggenapi kata-kata nubuatan yang terkandung di dalam ayat-ayat 48 – 51. Anak-anak dara itu adalah simbol dari sidang. Angka bilangan “sepuluh”, memiliki arti simbolis terhadap keseluruhan (universal) (sidang sebagai suatu badan). Perhatikanlah bahwa sekalian mereka itu adalah “anak-anak dara.” Mereka yang 144.000 itu pun ditunjukkan dengan kata-kata yang sama. (Lihat Wahyu 14 : 4). Kata-kata “anak-anak dara,” menunjukkan bahwa kelas orang-orang yang dilambangkan oleh mereka itu (sepuluh), bukanlah orang-orang yang dipanggil keluar dari Babil (gereja-gereja yang jatuh itu) pada masa “seruan” dibuat. Sebab, jika sekiranya mereka itu harus keluar dari Babil oleh panggilan “Keluarlah dari padanya, hai umat-Ku” (Wahyu 18 : 4), maka mereka sudah akan tercemar dengan – “Perempuan-perempuan” (gereja-gereja yang jatuh itu), dan karena itulah, mereka tidak mungkin dapat disebut “anak-anak dara.” Dengan demikian, maka pekabaran “Seruan Tengah Malam” tak dapat tiada harus mendapatkan mereka itu di dalam rumah Allah saja – yaitu anak-anak dara itu.

 

“Seruan Tengah Malam” pertama kalinya telah diberitakan sebelum tahun 1844, dan kedatangan “Pengantin Laki-Laki” itu ialah kedatangan Kristus ke tempat Yang Maha Suci di dalam kaabah kesucian sorga bagi pemeriksaan hukum orang-orang suci. Pemeriksaan itu adalah dalam dua bagian; pertama pemeriksaan hukum terhadap orang-orang mati, dan yang kedua terhadap orang-orang hidup, maka seruanitu tak dapat tiada harus diulangi, sebab jika tidak, maka kita tidak akan memperoleh kebenaran sekarang bagi masa pehukuman terhadap orang-orang hidup. “Seruanbagi orang-orang hidup itu adalah jauh lebihpenting kepada dunia dari pada seruan bagi orang-orang mati, dan sebagaimana halnya “anak-anak dara” itu melambangkan sidang yang hidup, maka perumpamaan ini tak dapat tiada harus berlaku langsung terhadap sidang pada sekarang ini, – kedatangan pengantin laki-laki bagi pehukuman orang-orang hidup. Tetapi secara tidak langsung ia itu menunjuk ke belakang kepada permulaan dari pada “Seruan Tengah Malam” itu (pekabaran malaikat pertama – pehukuman bagi orang mati). Pekabaran-pekabaran itu adalah mengenai peristiwa yang sama, yaitu pehukuman, baik (terhadap orang-orang hidup maupun terhadap orang-orang mati) keduanya disebut “Seruan Tengah Malam.” Seruan ini dibuktikan sendiri oleh perumpamaan itu.

 

“Sementara pengantin laki-laki itu tertunda datang, maka sekalian mereka itu mengantuk dan tertidur. Dan pada tengah malam terdengarlah bunyi suara, Tengoklah, pengantin itu datang, keluarlah kamu mengelu-elukan dia. Kemudian sekalian anak dara itu bangun, lalu mempersiapkan pelita-pelita mereka.” Perhatikanlah, bahwa mereka itu “mengantuk dan tertidur” sebelum bunyi suara itu datang. Dalam musim panas tahun 1844, di pertengahan jalan antara pertama kali masa 2300 hari itu disangka berakhir (pada tanggal 21 Maret), dan pada tanggal yang kedua (22 Oktober dari tahun yang sama), periode ini mereka aplikasikan sebagai “masa tertunda” itu. Tetapi tandailah, bahwa seruanitu sudah keluar beberapa tahun (pekabaran oleh Miller), dan masa penundaan itu telah diaplikasikan pada penutupannya, setelah mereka menemukan kekeliruan perhitungan mereka; yang mana bertentangan dengan aplikasi yang sebenarnya dari perumpamaan itu; karena menurut perumpamaan itu mereka itu bertunda-tunda sebelum seruan itu datang. Oleh karena itu, maka waktu penundaan itu tak dapat tiada harus berupa pehukuman kepada orang mati, sebelum pengantin laki-laki itu datang ke pemeriksaan terhadap orang-orang hidup; dalam waktu mana “kesepuluh anak dara” itu berkembang. Dengan demikian, maka itulah waktu dimana mereka itu mengantuk dan tertidur. Pengaplikasian ini jugatepat sejalan dengan pekabaran kepada orang-orang Laodikea. (Lihat Wahyu 3 : 14 – 19; Yesaya 52 : 1, 2).

 

Jika aplikasi yang terdahulu itu benar, maka pada akhir dari masa penundaan itu, atau tepatnya menjelang permulaan pehukuman terhadap orang-orang hidup, harus ada sebuah pekabaran – “seruan”; dan jika “anak-anak dara” itu melambangkan sidang sebagai sebuah badan organisasi dalam masa “seruan” itu, maka pekabaran itu harus diperuntukkan hanya bagi sidang saja. lni pun dibuktikan di dalam buku The Great Controversy, halaman 425. Karena adanya suatu “seruan” yang sedemikian ini yang dikemukakan di dalam buku Tongkat Gembala Jilid 1, maka ia itu tidak saja menunjukkan bahwa aplikasi dari perumparnaan itu adalah benar, tetapi juga membuktikan sidang itu sebagai “Rumah Allah”.

 

Sekalian mereka itu mengantuk dan tertidur.” Ucapan ini dari Tuhan menunjukkan, bahwa sidang sebagai sebuah badan organisasi sudah tidur – sejalan dengan penjelasan terdahulu terhadap Matius pasal 24. Lima orang adalah bodoh dan lima orang bijaksana. Angka bilangan “sepuluh” merupakan sebuah lambang dari sidang sebagai sebuah badan organisasi, angka bilangan lima dan lima, berarti setengah dan setengah. Jumlah keanggotaan gereja pada sekarang ini (kira-kira tahun 1930 – 1932) adalah sedikit di atas 300.000 jiwa; setengah dari jumlah ini ada kira-kira 150.000 jiwa. Jika sekiranya kita harus mengeluarkan beberapa materi yang mati (misalnya orang-orang murtad, tetapi namanya masih tetap terdaftar di dalam buku-buku sidang), maka angka yang ditemukan setelah pengurangan sedemikian ini, akan berkisar kira-kira 144.000 jiwa. Dengan demikian kembali lagi terbukti bahwa mereka yang 144.000 itu adalah lima anak dara yang bijaksana itu; dan lima anak dara yang bodoh itu ialah orang-orang yang akan jatuh ke bawah senjata-senjata pembinasa yang terdapat di dalam tangan “lima orang” itu.

 

“Tetapi mereka yang bijaksana itu membawa minyak di dalam botol-botol mereka bersama-sama dengan pelita-pelita mereka.” “Minyak”adalah lambang dari Roh Allah dalam bentuk sebuah pekabaran (kebenaran); karena, ialah alat yang memberikan terang (nubuatan Firman Allah). Pelita harus merupakan lambang dari hati ke dalam mana Firman (minyak) akan ditampung. Penyiapan pelita-pelita mereka itu, ialah “penyiapan” hati mereka; artinya, dengan bangkitnya kesadaran mereka; mereka mulai memperlihatkan perhatian. Tetapi hanya lima orang dari antara mereka itu yang memiliki tambahan persediaan minyak di dalam botol-botol mereka. Sementara mereka itu bergegas-gegas keluar hendak mengelu-elukan pengantin laki-Iaki, maka pelita-pelita dari mereka yang bodoh itu padam; dan karena mereka mendapatkan diri mereka dalam kegelapan, maka ini membuat kemajuan mereka menjadi tidak mungkin lagi. Sekarang timbullah pertanyaan: Apakah yang membuat pelita-pelita mereka itu padam? Dan mengapakah mereka sampai berjalan kembali ke belakang, tetapi tidak maju ke depan? Karena pekabaran pehukuman bagi orang-orang mati telah merupakan kebenaran sekarang semenjak tahun 1844, maka pada permulaan pehukuman bagi orang-orang hidup (apabila seruan itu datang), itu tidak lagi menjadi kebenaran sekarang. Dengan sendirinya pelita-pelita mereka itu padamlah. Mereka tidak lagi dapat bergerak maju karena mereka adalah bodoh; artinya, mereka tidak menerima terang itu – pehukuman bagi orang hidup. Apakah “minyak” itu berada jauh dari jangkauan mereka? Kata-kata dalam perumpamaan membuktikan, bahwa sekalian mereka itu mendengar akan “seruan” itu, sekalian mereka “bangkit, lalu menyiapkan pelita-pelita mereka.” Lima orang dari antara mereka gagal memperoleh tambahan minyak, sebab mereka adalah bodoh,” – mereka tidak belajar bagi dirinya sendiri. Mereka membiarkan orang-orang lain berpikir bagi mereka; mereka memilih pihak yang mudah dan yang terkenal, lalu menerima saja keputusan-keputusan dari para pemimpin, mereka meniru kesalahan-kesalahan orang-orang lain, sehingga dengan demikian mereka dibiarkan tanpa suatu tambahan minyak, – mereka dirampas kebenarannya, mereka disesatkan oleh kemuliaan, dan tertinggal dalam kegelapan.

 

“Maka kata yang bodoh itu kepada mereka yang bijaksana: Berikanlah kami minyakmu, karena pelita-pelita kami hendak padam.” Pada akhimya dara-dara yang bodoh itu menyaksikan diri mereka sendiri dalam kegelapan. Kemudian mereka pergi kepada dara-dara yang bijaksana itu lalu memintakan minyak sebagai suatu hadiah; “Tetapi mereka yang bijaksana itu menjawab sambil mengatakan, Janganlah begitu; nanti tidak akan cukup bagi kami dan bagimu; tetapi sebaiknya pergilah kamu kepada mereka yang berjualan, dan belilah bagi dirimu sendiri.” Minyak itu dijual dan harus ada sesuatu diberikan sebagai pengganti untuk memperoleh tambahan minyak. Harga yang harus dibayar oleh mereka itu ialah “berkeluh kesah dan menangis karena segala kekejian yang dibuat ditengah-tengahnya,” berhenti berbuat dosa dan mematuhi kebenaran. Tanda terima mereka itu untuk nilai tukarnya nanti ialah meterai dari Allah yang hidup di dalam dahi-dahi mereka.

 

“Maka sementara mereka itu pergi membeli, pengantin laki-laki itu datang; lalu mereka yang sudah siap itu masuklah bersama-sama dengan dia ke pesta perkawinan itu; lalu pintu pun tertutuplah. Kemudian dari pada itu datang pula anak-anak dara yang lain itu, sambil mengatakan, Ya Tuan, Ya Tuan, bukakanlah kiranya pintu. Tetapi ia menjawab sambil mengatakan: ‘Sesungguhnya aku mengatakan kepadamu, tiada aku kenal kamu.’ Karena anak-anak dara yang bodoh itu pada akhirnya datang sampai ke pintu, maka jelaslah bahwa mereka telah memperoleh minyak itu (telah mengetahui pekabaran itu), tetapi sudah terlambat – pintu sudah tertutup, dan mereka telah ditinggalkan. Sekarang,mengapakah mereka pada mulanya tidak menaruh perhatian, tetapi pada akhimya mereka sangat bersemangat? Pengalaman dalam contoh ini adalah kira-kira sama seperti pengalaman air bah dahulu. Sementara Nuh memberitakan kedatangan air bah itu, dunia telah menaruh sedikit sekali perhatian kepada pekabarannya; tetapi mereka yang percaya, mereka itulah yang masuk ke dalam bahtera pada saat yang ditentukan dan pintu pun tertutuplah. Tetapi tak lama kemudian, tanda-tanda dari ramalan Nuh itu mulai tampak; lalu sementara butir-butir hujan mulai berjatuhan rombongan besar orang jahat itu menjadi gempar lalu berIarian menyerbu bahtera itu, tetapi pintu telah tertutup sehingga mereka tertinggal di luar. Pintu yang “tertutup”, itu ialah sebuah lambang yang menunjukkan, bahwa masa kasihan bagi sidang telah berakhir tak lama setelah anak-anak dara yang bodoh itu menjadi gempar. Pada akhirnya mereka rela untuk membayar harga dan membeli minyak itu; tetapi ia itu bukanlah suatu perubahan hati, melainkan hanya takut kehilangan. Perbuatan mereka itu telah meninggalkan mereka tanpa meterai – “orang yang membawa botol tinta penyurat itu” telah berjalan melewati mereka itu. Betapa bahayanya kesalahan mereka itu! Alangkah kecewanya! Nyaris saja selamat, tetapi seluruhnya binasa!

 

Kedatangan Kristus sebagai imam besar kita ke tempat yang maha suci, bagi pembersihan kaabah kesucian itu, seperti yang dikemukakan di dalam Daniel 8 : 14; kedatangan Anak Manusia kepada Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu seperti yang dikemukakan di dalam Daniel 7 : 13; dan kedatangan Tuhan ke kaabah-Nya, yang diramalkan oleh Maleakhi, adalah gambaran-gambaran dari peristiwa yang sama dan  inipun dilambangkan oleh kedatangan
pengantin laki-laki itu ke pesta perkawinan, yang digambarkan oleh Kristus dalam perumpamaan sepuluh anak dara dari Matius pasal 25.” – The Great Controversy, p. 426.

 

Gambaran dari Daniel itu berlaku terhadap permulaan pehukuman terhadap orang-orang mati; tetapi gambaran oleh Maleakhi 3 : 1 – 3 berlaku bagi pehukuman terhadap orang-orang hidup – sekaliannya dari peristiwa yang sama – yaitu hari grafirat (pengampunan dosa) – pembersihan kaabah kesucian.

 

“Kedatangan pengantin laki-laki itu yang dikemukakan di sini terjadi sebelum perkawinan. Perkawinan itu melambangkan penerimaan Kristus akan kerajaan-Nya. Kota Suci, Yerusalem Baru itu, yang mana adalah ibu kota dan perwakilan dari kerajaan itu, adalah disebut ‘pengantin perempuan, yaitu isteri dan Anak Domba itu.’ Kata malaikat itu kepada Yahya, “Marilah kemari, aku akan tunjukkan kepadamu pengantin perempuan itu, yaitu isteri dari Anak Domba itu.’ ‘Ia telah menghantarkan daku keluar dalam roh,’ demikian kata nabi itu, ‘dan telah diperlihatkannya kepadaku kota yang besar itu, yaitu Yerusalem yang suci, yang turun dari sorga dari pada Allah.’ Maka jelaslah, bahwa pengantin perempuan itu melambangkan kota suci, dan anak-anak dara yang pergi keluar mengelu-elukan pengantin laki-laki adalah melambangkan sidang. Di dalam buku Wahyu umat Allah dikatakan menjadi tamu-tamu pada perjamuan kawin itu. Jika sebagai tamu-tamu, maka mereka tidak mungkin dilambangkan juga sebagai pengantin perempuan. Seperti yang dikemukakan oleh nabi Daniel, Kristus akan menerima dari Dia Yang Tiada Berkesudahan Hari-Nya itu di dalam sorga, ‘pemerintahan, dan kemuliaan, dan sebuah kerajaan’; Ia akan menerima Yerusalem Baru itu, yaitu ibu kota dari kerajaan-Nya, ‘yang tersedia sebagai seorang pengantin perempuan yang dihiasi bagi suaminya.’ Setelah menerima kerajaan itu, maka Ia akan datang dalam kemuliaan-Nya sebagai Raja atas segala raja, dan Tuhan atas segala tuan, bagi penebusan semua umat-Nya, yaitu mereka yang akan ‘duduk bersama-sama dengan Ibrahim, Ishak, dan Yakub,’ di meja-Nya di dalam kerajaan-Nya, untuk mengambil bagian dalam perjamuan kawin Anak Domba.” – The Great Controversy, pp. 426, 427.

 

Anak-anak dara itu dipanggil untuk menemui Dia, dan dengan demikianlah oleh iman mereka itu masuk bersama-sama dengan Dia untuk datang ke hadapan Bapa – Hakim Yang Agung itu. Meterai ialah ijin; ia itu menempatkan nama-nama mereka di dalam kitab Hayat Anak Domba, dan dengan demikian ia itu menganugerahkan kepada mereka hak untuk datang ke hadapan Bapa di dalam pehukuman; bukan secara pribadi, melainkan secara simbolis; demikianlah dosa-dosa mereka itu dihapuskan. Matius 24 : 36, 50 adalah gambaran-gambaran mengenai peristiwa yang sama. “Sebab itu hendaklah kamu berjaga-jaga, karena tiada kamu ketahui akan hari atau pun jam kapan Anak Manusia akan datang.” (Matius 25 : 13). lni menunjuk kepada masa pehukuman itu, dan bukan dari hal kedatangan-Nya ke bumi; sebab, orang-orang suci akan mengetahui hari dan jam dari kedatangan Kristus di dalam awan-awan untuk menyambut orang-orang tebusan, karena ia itu akan diumumkan oleh Bapa tak lama menjelang kedatangan-Nya. (Lihat “The Great Controversy, p. 640”).

 

Ringkasan Dari Sepuluh Anak Dara Itu

 

Angka bilangan “sepuluh” adalah sebuah simbol dari universal, ia itu melambangkan sidang sebagai sebuah badan organisasi yang ada mendahului permulaan dari pehukuman terhadap orang-orang hidup – dalam masa pemeteraian mereka yang 144.000 itu, dan sebelum “Seruan Keras” dari Pekabaran Malaikat Yang Ketiga; merupakan masa periode dari buah-buah pertama hasil penuaian. Kelima anak  dara yang bijaksana itu ialah mereka yang menaruh harap kepada Allah dan firman-Nya saja; mereka sama sekali tidak menaruh percaya pada manusia, dan yang lapar akan kebenaran, yang terus mencarikan terang, dan dengan gembira menyambut terang itu apabila ia itu datang. Dengan demikian mereka memperoleh meterai perkenan Allah, dosa-dosa mereka dihapuskan, dan kehidupan mereka itu dibuat menjadi pasti – mereka berjalan melewati hukuman dan kematian masuk ke dalam kemuliaan dan hidup kekal. Mereka adalah hamba-hamba Allah, raja-raja dan imam-imam – berjumlah 144.000 jiwa.

 

Kelima anak dara yang bodoh itu adalah orang-orang yang menaruh percaya kepada manusia; mereka dengan rela mengharapkan orang lain untuk berpikir dan belajar bagi dirinya. Cinta mereka kepada dunia ini berikut segala perkara yang ada di dalamnya, adalah melebihi cinta mereka kepada Kristus dan kepada dunia yang akan datang. Mereka tidak memiliki kesadaran yang sungguh-sungguh terhadap akibat yang mengerikan dari pada dosa. Semangat mereka terhadap diri sendiri telah menenggelarnkan semangat mereka terhadap rumah Allah dan kehormatan-Nya. Mereka telah merasa puas dengan pelita-pelita mereka yang menyala itu, walaupun hanya dengan sedikit saja minyak yang terisi di dalamnya. Mereka tidak lagi merasa perlu untuk mendapatkan lebih banyak lagi terang – nabi-nabi, kebenaran atau pekabaran. Mereka mengatakan dalam hatinya, kami adalah kaya dan sudah bertambah kekayaan kami dan kami tidak memerlukan apa-apa lagi. Mereka mencurigai terhadap terang yang menyinari firman Allah, dan tidak mau menyambut kebenaran, sebab kebenaran itu datang bukan melalui saluran pilihan mereka.

 

Pengetahuan akan kebenaran sekarang yang dimiliki oleh kelima anak dara yang bodoh itu semenjak tahun 1844 ialah pehukuman terhadap orang mati, dan itulah satu-satunya minyak yang terdapat di dalam pelita-pelita mereka. Bilamana pehukuman terhadap orang-orang hidup dimulai, dan “seruannya terdengar,” mereka didapati tanpa minyak tambahan ini di dalam pelita-pelita mereka. Mereka telah melalaikan perintah Tuhan mereka yang berbunyi: “Sebab itu hendaklah kamu berjaga-jaga, karena tiada kamu ketahui akan hari dan jamnya dimana Anak manusia akan datang.” Dengan demikian pada waktu kelima anak dara yang bijaksana itu mulai keluar mengelu-elukan pengantin laki-Iaki, maka pelita-pelita dari dara-dara yang bodoh itu padamlah,sebab, pehukuman terhadap orang-orang mati telah berlalu. Oleh sebab itu, maka itu bukan lagi kebenaran sekarang, sehingga dengan demikian mereka tertinggal dalam kegelapan. Pada permulaan pemeriksaan-pemeriksaan hukum Allah terlihatlah oleh mereka akan kesalahan-kesalahannya, lalu mereka berlarian menyerbu bahtera keselamatan, tetapi ia itu telah berada di luar jangkauan mereka, karena mereka sama sekali tidak mengetahui akan pekabaran itu, dan pada masa mereka memperolehnya (mengisi pelita-pelita mereka dengan minyak), hal itu telah terlambat, malaikat itu telah berjalan lalu “melalui negeri itu, melalui Yerusalem,” yaitu sidang – pemeteraian telah selesai, dan masa kasihan bagi sidang telah berakhir – pintu telah tertutup. Dengan demikian mereka tertinggal di luar. Kemudian datanglah mereka itu dengan kata-kata sebagai berikut: “Ya Tuan, Ya Tuan, bukakanlah kiranya kami pintu. Tetapi Ia menjawab dan mengatakan, Sesungguhnya aku mengatakan kepadamu, tiada aku kenal kamu.” “Tentukanlah bagiannya bersama-sama dengan orang-orang munafik; disana akan ada tangisan dan keretak gigi.” Alangkah kecewanya kelak nanti.

 

Dapatlah dicatat, bahwa berakhirnya masa kasihan bagi sidang dan berakhirnya masa kasihan bagi dunia adalah dua peristiwa yang berbeda. Peristiwa yang pertama itu adalah bentuk mini dari pada peristiwa yang kedua. Firman mengenai peristiwa yang pertama itu terdapat di dalam Matius 25 : 11, 12; tetapi firman mengenai peristiwa yang terakhir itu adalah terbaca sebagai berikut: “Maka orang yang jahat biarlah langsung ia melakukan kejahatan, dan orang yang cemar biarlah langsung ia menjadi cemar, dan orang yang benar biarlah langsung ia mengerjakan kebenaran, dan orang yang suci biarlah langsung ia menjadi suci. Maka, ingatlah, Aku datang kelak dengan segeranya, dan pahala dari pada Aku ada menyertai Aku, untuk diberikan kepada setiap orang sesuai dengan perbuatannya kelak.” (Wahyu 22 : 11, 12). Pada waktu ini mereka yang sama seperti halnya kelima anak dara yang bodoh itu, akan mengatakan: “Penuaian telah berlalu, musim panas telah berakhir, dan kami tidak juga selamat.” (Yeremiah 8 : 20). “Maka mereka akan mengembara dari laut yang satu ke laut yang lain, dan dari utara sampai ke timur, mereka akan berlarian kesana kemari mencarikan firman Tuhan, tetapi tidak akan menemukannya.” (Amos 8 : 12).

 

 

 117 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart