GANDUM DAN JELAI MASING-MASING SEDINAR HARGANYA
<< Go Back


GANDUM DAN JELAI MASING-MASING SEDINAR HARGANYA

 

 

Dalam pelajaran kita mengenai “Tujuh Meterai” kita telah mencadangkan bagi penjelasan yang akan datang kata-kata firman berikut ini: “Dan aku dengar suatu suara di tengah-tengah empat binatang itu mengatakan, Secupak gandum sedinar harganya, dan tiga cupak jelai sedinar harganya.” (Wahyu 6 : 6). Kembali lagi kami mengarahkan perhatian pembaca kepada kenyataan, bahwa bunyi suara itu telah keluar dari tahta. (Lihat pasal 5, ayat 11). Oleh karena itu, maka harga dari biji-bijian itu ditentukan oleh Hakim Agung itu sendiri.

 

Tak dapat tiada harus ada sesuatu yang sangat penting dalam simbol-simbol ini, karena Yehovah Yang Agung sendiri yang sedang berbicara. Apakah maksudnya ? Weymouth menterjemahkan uang dinar itu sebagai suatu upah sehari kerja. Kami yakin kata-kata Kristus akan membenarkan hal ini: “Karena kerajaan sorga itu adalah bagaikan seorang tuan rumah yang keluar pada pagi-pagi sekali hendak mengupah orang untuk bekerja di dalam kebun anggurnya. Dan setelah itu bersetuju dengan orang-orang upahan itu untuk sedinar sehari, maka disuruhnya mereka itu masuk ke kebun anggurnya. (Matius 20 : 1, 2). Sedinar ialah upah harian yang tetap dari tuan rumah pemilik kebun anggur itu.

 

Perhatikanlah bahwa jelai itu hanyalah sepertiga dari harga gandum; dengan kata lain, seseorang masuk ke kebun dan mengumpulkan hanya secupak gandum lalu menerima upah sehari penuh, tetapi orang lain yang bekerja sepanjang hari mengumpulkan tiga cupak jelai, maka diterimanya tidak lebih dari pada upah sehari – “sedinar.” Simbol-simbol itu berkaitan erat dengan perumpamaan ini yang diberikan oleh Kristus. Oleh sebab itu, hendaklah pembaca memusatkan perhatian pada masalah ini, karena disinilah terdapat suatu kebenaran yang patut mendapatkan perhatian kita yang sungguh-sungguh.

 

“Dan keluarlah ia kira-kira jam tiga (jam sembilan pagi), maka dilihatnya orang-orang lain sedang berdiri-diri dengan menganggur di pasar. Lalu katanya kepada mereka itu:  ‘Pergilah kamu juga ke kebun anggur itu, maka apapun yang pantas akan ku berikan kepadamu.’ Lalu orang-orang itu pun pergilah. Dan kembali lagi ia keluar pada kira-kira jam enam dan jam sembilan (jam dua belas dan jam tiga petang), maka diperbuatnya demikian pula. Dan kira-kira jam sebelas (jam lima petang) ia kemudian keluar lagi, dan didapatinya orang-orang lain berdiri-diri saja dengan menganggur, lalu katanya kepada mereka itu: ‘Mengapakah kamu berdiri disini sepanjang hari menganggur saja?’ Kata mereka kepadanya: ‘Karena tak ada orang yang mengupah kami.’ Maka katanya kepada mereka itu: ‘Pergilah kamu juga ke dalam kebun anggur itu; maka apapun yang pantas, itu akan kamu peroleh.” (Matius 20 : 3 – 7).

 

“Tuan rumah” itu dalam perumpamaan ini dimaksudkan kepada Allah Bapa, karena perumpamaan ini akan mengungkapkan kerajaan sorga. Oleh karena itu, maka kebun anggur ialah dunia ini dan orang-orang yang dikirim untuk bekerja di dalamnya adalah sidang. Perumpamaan ini tidak mungkin menunjuk kepada satu hari yang sebenarnya yang terdiri dari dua belas jam, dimana Allah telah mengeluarkan lima panggilan kepada para pekerja untuk bekerja di dalam kebun anggur (dunia); sebab tidak ada catatan apapun dimana Allah telah membangun lima organisasi gereja dalam satu hari, dan menyuruh mereka itu sekaliannya bekerja pada waktu yang sama. Oleh sebab itu, maka panggilan-panggilan itu di dalam perumpamaan ini tak dapat tiada harus meliputi suatu masa periode dari sejarah dunia dalam kaitannya dengan sidang, dan masa periode itulah yang Yesus secara kiasan memperbandingkannya kepada satu hari dua belas jam, ke dalam mana ia telah mengupah pekerja-pekerja pada lima kesempatan yang berlainan. Jika kita dapat mengetahui waktu yang dimaksudkan oleh masing-masing panggilan ini, maka kita akan memahami sepenuhnya pelajaran ini dan waktu dimana kita hidup sekarang. Kami akan berusaha membuktikan, bahwa perumpamaan itu adalah menunjuk kepada “gandum dan jelai,” masing-masing “sedinar” harganya.
 


 

Perhatikanlah bahwa tuan rumah itu hanya melakukan tawar-menawar dengan orang-orang upahan yang pertama. Juga supaya diperhatikan, bahwa mereka itu pergi bekerja di pagi hari. Ia telah mengupah pekerja-pekerja itu dalam lima giliran waktu. Empat dari antaranya adalah berjarak masing-masing tiga jam; tetapi panggilan yang kelima dan terakhir itu hanyalah dua jam kemudian dari pada panggilan yang ke empat, yaitu pada jam ke sebelas – tepat satu jam menjelang matahari masuk.

 

Penunjuk Waktu Zaman Dahulu

 

Takut kalau-kalau sebagian orang mungkin tidak mengerti akan penunjuk waktu zaman dahulu itu, maka pada hemat kami suatu penjelasan singkat mungkin diperlukan. Untuk membuatnya lebih jelas dipahami kami mengundang perhatian pembaca kepada gambar bagan yang terdapat pada judul pelajaran Memperkenalkan Kristus Penebus Kita. Di zaman Kristus, dan juga sekarang di beberapa negara, waktu diatur oleh matahari masuk pada jam dua belas. Dekat dengan khatulistiwa dimana siang dan malam senantiasa sama panjang, matahari masuk pada jam dua belas dan terbit juga pada jam dua belas. Oleh sebab itu, maka jam enam akan jadi pada tengah hari di bagian yang terang, sesuai dengan gambar bagan itu, dan jam enam pada bagian yang gelap akan jadi pada tengah malam. Inilah jenis waktu yang Yesus gunakan dalam perumpamaan itu.

 

Oleh sebab itu, maka panggilan pertama kepada orang-orang dengan siapa tuan rumah pemilik kebun anggur itu telah sepakat untuk sedinar upah sehari, ialah pada jam dua belas pagi – matahari terbit. Panggilan kedua, yaitu pada “jam tiga,” adalah tiga jam sesudah matahari terbit. Panggilan ketiga, pada ‘jam enam,” ialah pada tengah hari. Panggilan ke empat, pada “jam sembilan,” adalah tiga jam sesudah tengah hari, atau jam tiga menurut waktu masa kini. Panggilan ke lima, dua jam kemudian, pada “jam sebelas,” ialah jam lima menurut waktu masa kini, dan hanya sejam sebelum matahari masuk.

 

Dengan penjelasan terdahulu mengenai Wahyu 6 : 6, (“Secupak gandum sedinar harganya dan tiga cupak jelai sedinar harganya”), kami akan berusaha membuktikan, bahwa simbol-simbol itu menunjuk ke belakang kepada perumpamaan tentang tuan rumah pemilik kebun anggur itu, dan Yesus secara kiasan memandang ke depan kepada khayalnya Yahya. Jika penjelasan ini benar-benar cocok dengan perumpamaan dan khayal itu, sejalan dengan buku dan hukum Allah, dan suatu pelajaran kebenaran sekarang dapat diambil dari padanya, maka patutlah kita menyambutnya sebagai kebenaran.

 

Panggilan di Pagi Hari

 

Matius 20 : 1, 2 berbunyi: “Karena kerajaan sorga itu adalah bagaikan seorang tuan rumah yang keluar pada pagi-pagi sekali hendak mengupah orang untuk bekerja di dalam kebun anggurnya. Dan setelah ia bersetuju dengan orang-orang upahan itu untuk sedinar sehari, maka disuruhnya mereka itu masuk ke kebun anggurnya.” Yesus tidak mungkin menunjuk kepada sesuatu bangsa manapun yang lain dari pada Israel badani, karena mereka itulah orang-orang dengan siapa Allah telah melakukan tawar-menawar dan telah menugaskan mereka ke dalam kebun anggur-Nya – dunia. Tugas mereka terdiri dari mewakili Khalik atau tuan rumah, dan memberikan kepada kita Alkitab itu. Pemazmur membuat catatan tentang kesepakatan itu sebagai berikut: “Maka pada selama-lamanya Ia ingat akan perjanjian-Nya, yaitu firman yang diperintahkan-Nya kepada seribu keturunan. Perjanjian mana telah dibuat-Nya dengan Ibrahim, dan sumpah setia-Nya kepada Ishak; dan yang telah diteguhkan-Nya itu bagi Yakub menjadi suatu hukum, dan kepada Israel sebagai suatu perjanjian yang kekal.” (Mazmur 105 : 8 – 10).

 

Perjanjian itu telah dibuat dengan Ibrahim, yang mana hanya sebuah janji kepadanya dan kepada benihnya, tetapi Ibrahim tidak menerima janji itu. “Sumpah setia-Nya kepada Ishak”; artinya mengatakan, Allah dengan sungguh-sungguh menyatakan, bahwa Ia akan melaksanakan persetujuanNya. Tetapi seperti halnya bapaknya Ishak pun “tidak menerima perjanjian itu.” Ia “mengukuhkan” perjanjian itu kepada “Yakub”; artinya, Ia membukukan, menyelesaikan, atau meneguhkannya. Perjanjian yang dibuat dengan Ibrahim itu telah direalisasikan oleh Yakub sebagai suatu hukum. Tetapi “bagi Israel, menjadi suatu janji yang kekal.” Karena itulah Israel yang menerima janji itu. Oleh sebab itu, maka Israellah yang pergi bekerja di kebun anggur setelah mereka meninggalkan Mesir. “Sesuai dengan perkataan yang sudah Aku berjanji dengan kamu tatkala kamu keluar dari Mesir, maka demikianlah roh-Ku akan tetap tinggal di antara kamu; janganlah takut.” (Hajai 2 : 5). Yesaya berbicara tentang kebun anggur yang mana ia itu sendiri adalah lambang dari dunia. (Yesaya pasal 5). Oleh sebab itu, maka panggilan tuan rumah itu pada pagi-pagi sekali untuk mengupah orang bekerja di dalam kebun anggur-Nya, berlaku terhadap panggilan kepada Israel keluar dari Mesir. Mengapa ia itu dipanggil “pada pagi-pagi sekali ?” Pada zaman itu Musa sedang menulis Alkitab, yaitu terang bagi dunia. Oleh karena itu, maka “pagi-pagi” sekali, karena Injil itu baharu saja mulai ditulis. Dengan demikian, maka masa periode semenjak dari Alkitab datang adalah disebut siang hari, sesuai dengan perumpamaan itu, yang berarti bahwa firman Allah yang tertulis ialah terang dunia.

 

Panggilan Kedua Pada Jam Tiga

“Dan setelah ia bersetuju dengan orang-orang upahan itu untuk sedinar sehari, maka disuruhnya mereka itu masuk ke kebun anggurnya.” (Ayat 12). Upah yang disepakati oleh kedua belah pihak itu ialah janji Allah kepada Israel. “Dan keluarlah ia kira-kira jam tiga, maka dilihatnya orang-orang lain sedang berdiri-diri dengan menganggur dipasar. Lalu katanya kepada mereka itu: ‘pergilah kamu juga ke dalam kebun anggur itu, maka apapun yang pantas akan kuberikan kepadamu. Lalu orang-orang itu pun pergilah.” (Ayat 3, 4). Setelah mengukuhkan panggilan yang pertama, maka kelak tidak akan sukar lagi untuk menentukan panggiIan yang kedua. Perhatikanlah, bahwa panggilan-panggilan ini bukan hanya terhadap rombongan orang-orang yang sama, melainkan terhadap “orang-orang lain,” yaitu mereka yang menganggur. Kalau bukan Israel, maka itu tak dapat tiada hanya para Rasul-Rasul dan Orang-Orang bukan Israel pada permulaan sejarah Kristen, sebagaimana yang tercatat di dalam Kisah Segala Rasul 13 : 46 yang berbunyi: “Maka Paulus dan Barnabas menjadi makin berani, lalu mengatakan: “Adalah perlu firman itu dibicarakan terlebih dulu kepada kamu, tetapi karena kamu menolaknya dan mengirakan dirimu sendiri tiada berlayak bagi hidup yang kekal, maka berpalinglah kami kepada orang-orang Kapir.”

 

Perhatikanlah bahwa tidak ada tawar-menawar dengan rombongan yang kedua. Mereka itu langsung pergi karena percaya pada kata-kata “Orang Baik itu” bahwa apa saja yang pantas ia itu akan mereka terima. Panggilan terhadap orang-orang Kapir itu bukan didasarkan pada sesuatu kesepakatan khusus. Mereka menyambut, dengan percaya pada janji Allah yang murah itu kepada Israel, seperti yang tercatat di dalam Injil. Oleh sebab itu, maka panggilan kepada para Rasul-Rasul dan orang-orang Kapir itu telah dilambangkan dengan “panggilan jam tiga.”

 

Panggilan Jam Enam dan Jam Sembilan

 

“Dan kembali lagi ia keluar pada kira-kira jam enam dan jam sembilan, maka diperbuatnya demikian pula.” (Matius 20 : 5). Masing-masing panggilan itu adalah secara bergiliran yang sampai meliputi seluruh hari, maka jelaslah bahwa mereka itu harus datang yang satu menyusul yang lainnya pada masa-masa periode yang berbeda, Pada setiap kesempatan harus terdapat suatu panggilan – pekabaran. Jika demikian, maka ia itu tidak mungkin hanya berupa suatu panggilan reformasi – patuh kepada suatu pekabaran yang terdahulu. Oleh sebab itu, maka reformasi oleh Luther itu tidak mungkin dapat dimasukkan di sini, karena ia itu hanya suatu pembangunan kembali kepada pekabaran yang sudah ada sebelum masa hidupnya. Luther mengatakan: “Orang benar akan hidup oleh iman.” Knox, Wesley, dan Campbell tidak mungkin masuk dalam perumpamaan ini, karena mereka pun hanya memiliki suatu panggilan bagi reformasi (patuh) kepada pekabaran (ajaran-ajaran) yang telah disampaikan kepada orang-orang Kapir – Gereja Kristen yang mula-mula. Ajaran tentang Roh Suci oleh Knox, Karunia oleh Wesley, Baptisan secara diselamkan oleh Campbell telah diajarkan sebelumnya oleh para rasul. Kami akan memberikan bukti selanjutnya dari segi lain untuk menunjukkan bahwa para reformator yang disebutkan di atas tidak termasuk dalam perumpamaan ini.

 

Karena Israel dan orang-orang Kapir dalam panggilan yang pertama dan kedua adalah terdiri dari sidang Allah di dalam kebun anggur, maka panggilan-panggilan yang ketiga, ke empat, dan ke lima harus melambangkan juga sidang di dalam kebun anggur. Kami mengarahkan perhatian pembaca kepada “perempuan” yang bermahkota dengan dua belas bintang dari Wahyu 12 : 1, 6, 14. Ia yang merupakan simbol dari sidang itu, telah dikaruniakan sayap-sayap dari burung garuda untuk terbang ke dalam padang belantara untuk selama 1260 hari – tahun. Oleh sebab itu, selagi ia masih berada di padang belantara tidak akan ada sidang apapun juga di dalam kebun anggur. Periode nubuatan yang panjang itu sudah pasti dan telah diterima merupakan masa periode semenjak dari tahun 538 T.M. sampai tahun 1798 T.M. Oleh sebab itu, selama perjalanan “perempuan” itu di padang belantara, tidak mungkin ada panggilan apa pun juga kepada orang-orang upahan untuk bekerja di dalam “kebun anggur.” Dengan demikian, maka tiga panggilan yang terakhir di dalam perumpamaan itu tak dapat tiada harus menemui kegenapannya sesudah tahun 1798, pada waktu mana “perempuan” itu akan kembali dari “padang belantara”. Dengan sendirinya pertanyaan berikut ini akan timbul: ‘Jika sidang (“perempuan”) itu berada di padang belantara di antara tahun 538 dan tahun 1798, dalam periode mana para reformator tersebut di atas telah melakukan pekerjaan mereka yang gilang gemilang menghasilkan reformasi oleh mematuhi Injil, bukankah mereka itu telah dipanggil keluar dan diutus oleh Allah?’ Jawabnya – Memang mereka. Tidak mungkin diragukan lagi hal ini. Pekerjaan, sifat, dan pengorbanan mereka itu akan menjawab pertanyaan ini. Bayangkan saja Luther, bapa pendiri dari Protestantisme itu, ia telah mempertaruhkan hidupnya sama seperti kehidupan hamba-hamba Allah yang besar di masa lalu. Oleh tangan Luther Allah telah memecahkan semua pintu kegelapan, mengakhiri aniaya yang mengerikan itu dan pertumpahan darah orang-orang suci dari Dia Yang Maha Tinggi, lalu membuat terang di dalam firman tertulis-Nya itu bercahaya ke dalam hati orang banyak. Kalau bukan karena usaha yang bersungguh-sungguh dan penuh semangat dari para reformator yang alim ini, maka perempuan itu (sidang) sudah akan tetap berada di padang belantara sampai kepada hari ini, dan tidak mungkin ada Protestantisme. Demikianlah, jasa mereka yang tidak mementingkan diri itu telah menghancurkan kuasa kelaliman sehingga dengan dipenjarakannya Paus berakhirlah periode nubuatan yang panjang itu. Oleh karena itu, oleh jasa orang-orang ini Allah menghantarkan kembali “perempuan” (sidang) itu dari padang belantara lalu mempersiapkan jalan bagi panggilan yang ketiga, pada jam enam.

 

Panggilan-panggilan pada jam enam, jam sembilan, dan jam sebelas, harus sama dengan panggilan-panggilan yangterdahulu – dibuat oleh suatu pekabaran khusus, yangdihotbahkan untuk pertama kalinya – yang sudah akan membuatnya perlu pada setiap kesempatan bagi rombongan yang lain – “orang-orang upahan.” Keadaan dari pekabaran-pekabaran ini pun sudah harus meluas di seluruh dunia, sebab sekaliannya itu dikirim ke dalam kebun “anggur-Nya” — dunia. Oleh sebab itu, maka panggilan yang ketiga, yang dilambangkan oleh jam enam itu, sudah harus datang pada sesuatu waktu sesudah tahun 1798, pada waktu mana “perempuan” itu harus kembali. Justru suatu pekabaran yang sedemikian ini telah disampaikan kepada dunia setelah tahun 1798 dan mendahului tahun 1844 dalam khotbah-khotbah yang disampaikan oleh William Miller mengenai nubuatan 2.300 hari dari Daniel 8 : 14. Oleh sebab itu, maka pekabaran oleh Miller itu telah dilambangkan oleh rombongan orang-orang upahan pada “jam enam.”

 

“Dan kembali lagi ia keluar pada kira-kira jam enam dan jam sembilan, maka diperbuatnya demikian pula.” (Ayat 5). Perhatikanlah, bahwa kata-kata ini menggabungkan secara erat panggilan-panggilan “jam enam dan jam sembiIan” itu, pada hal panggilan-panggilan yang lainnya adalah terpisah sendiri-sendiri. Artinya, kedua pekabaran ini yang dilambangkan oleh “jam enam dan jam sembilan,” akan erat tergabung satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu, maka panggilan jam sembiIan harus datang sesudah tugas Miller berakhir. Itu adalah kebenaran tentang kaabah Kesucian dan pemeriksaan hukum yang dihotbahkan semenjak tahun 1844, yang tergabung dalam pekabaran-pekabaran malaikat pertama, kedua dan ketiga dari Wahyu 14 : 6 – 11. Oleh sebab itu, maka Pekabaran-pekabaran Tiga Malaikat itulah yang membentuk panggilan itu dalam tahun 1844.

 

Panggilan Jam Ke Sebelas

 

Panggilan jam ke sebelas ialah yang terakhir pada catatan dan hanya sejam sebelum masuk matahari – millenium (masa seribu tahun). Masa bagi pelepasannya kepada dunia adalah lebih pendek dari pada sesuatu pekabaran universal mana pun yang pernah diberikan. Walaupun masanya itu adalah yang terpendek, namun luas daerah jangkauannya di permukaan bumi adalah jauh lebih besar dari pada setiap pekabaran lainnya. Kecepatan penyampaiannya adalah yang terpenting, karena olehnya juga dunia kelak akan diadili.

 

Hamba-hamba Allah kelak tidak mempunyai waktu atau kerinduan terhadap semua kepentingan dunia ini, karena ada sebuah kota yang tersedia bagi mereka yang pendiri dan pembuatnya adalah Allah sendiri. Karena kita kini memiliki cukup waktu untuk bersiap-siap bagi pengobahan, maka janganlah kita membiarkan musuh mencuri kesempatan-kesempatan kita yang berharga. Sebab tugas yang akan dikerjakan adalah demikian luasnya, dan kepentingannya adalah sedemikian besar, maka Allah telah mengilhami ilmu pengetahuan modern untuk menciptakan dan membangun peralatan yang cepat untuk segera menyelesaikan pekerjaanNya. “Tetapi akan dikau hai Daniel, tutuplah segala perkataan itu, dan meteraikanlah kitab itu, sampai kepada akhir zaman; maka banyak orang akan berlarian kesana kemari, dan pengetahuan akan dipertambahkan. Banyak orang akan disucikan, dan diputihkan, dan dicobai, tetapi orang-orang jahat akan makin melakukan kejahatan; dan tak seorang pun dari orang-orang jahat itu akan mengerti; tetapi orang-orang bijaksana akan mengerti.” (Daniel 12 : 4, 10).

 

Kenyataan dalam perumpamaan Kristus itu dengan jelas mengungkapkan suatu panggilan yang lain lagi bagi orang-orang upahan untuk bekerja di kebun anggur, di antara panggilan dalam tahun 1844 itu dan masa seribu tahun millenium; yaitu pada jam ke sebelas. Karena ini benar, maka mengapakah, bahwa pergerakan yang dipanggil keluar pada jam sembilan (dalam tahun 1844) itu tidak mengamarkan kepada sidang bahwa masih banyak lagi kebenaran akan menyusul berikut sebuah pekabaran yang lain, “panggilan”, akan datang ? Apakah Allah lalai memberikan amaran sehingga membiarkan umat-Nya dalam kegelapan ? Kami menjawab pertanyaan ini dengan mengutip tulisan kesaksian-kesaksian berikut ini: “Melihat kepada hari yang besar itu, maka Firman Allah dalam bahasa yang sangat serius dan berkesan memanggil umat-Nya untuk bangun dari pada tidur rohani mereka itu, dan supaya berusaha mencarikan wajah-Nya dengan pertobatan dan kerendahan hati: ‘Bunyikanlah olehmu nafiri di Sion, dan serukanlah suatu tanda bahaya di dalam gunung kesucian-Ku’ !” – The Great Controversy, halaman 311.

 

“Kemudian aku tampak seorang malaikat perkasa lainnya bertugas turun ke bumi, menggabungkan suaranya dengan malaikat yang ketiga, dan memberikan kuasa dan dorongan kepada pekabarannya ……. Pekabaran ini tampaknya merupakan suatu tambahan kepada pekabaran yang ketiga, yang bergabung dengannya seperti halnya seruan tengah malam bergabung dengan pekabaran malaikat yang kedua dalam tahun 1844.” – Early Writings, halaman 277. Kembali kita baca: “Yakinlah bahwa akan datang pekabaran-pekabaran dari lidah-lidah orang, yang diilhami oleh Roh Suci. ‘Serukanlah dengan suara besar, janganlah kamu menahaninya …… tunjukkanlah kepada umat-Ku segala pelanggaran mereka, dan kepada isi rumah Yakub segala dosanya’.” – Testimonies to Ministers, halaman 296. “Sebuah pekabaran Amaran yang lain dan petunjuk akan diberikan kepada sidang.” – The Great Controversy, halaman 425.

 

“Nubuatan harus digenapi. Tuhan berfirman: ‘Bahwasanya, Aku akan mengutus kepadamu Eliyah nabi itu dahulu dari pada datang hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu.’  S e s e o r a n g akan datang dalam roh dan kuasa Eliyah, dan apabila ia muncul, maka orang akan mengatakan: ‘Kamu terlalu bersungguh-sungguh, kamu tidak menginterpretasikan Injil itu dengan sepatutnya. Marilah kuceriterakan kepadamu bagaimana untuk mengajarkan pekabaranmu itu’.” – Testimonies to Ministers, halaman 475. “Bahwasanya, Aku akan mengutus kepadamu Eliyah nabi itu dahulu dari pada datang hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu.” (Maleakhi 4 : 5). Bukankah oleh perantaraan “Roh Nubuatan” maupun oleh Injil, Allah telah mengamarkan dengan jelas kepada umat-Nya, bahwa mereka harus menantikan pekabaran-pekabaran pada setiap saat ? “Sebagaimana belum pernah sebelumnya, kita hendaknya berdoa bukan saja agar orang-orang upahan dapat diutus ke dalam lapangan penuaian yang luas, melainkan supaya kita dapat memperoleh suatu faham kebenaran yang jelas, sehingga apabila utusan-utusan kebenaran itu kelak datang, kita boleh menyambut pekabaran itu dan menghargai juru kabarnya.”- Testimonies for the Church, vol. 6, halaman 420.

 

Jika amaran itu telah diberikan, maka mengapakah orang-orang dari atas mimbar sedemikian gigihnya menutup mata mereka terhadap Firman dari Dia Yang Maha Tinggi, lalu membuka mulut mereka membicarakan ceritera-ceritera dongeng kepada jemaatnya, oleh menyatakan bahwa mereka telah memiliki semua kebenaran sehingga tidak lagi memerlukan pekabaran atau pun nabi ? Bukankah kebohongan dan kemunafikan yang besar ini telah membuka jalan bagi suatu kesesatan yang luas di dalam sidang oleh menguatkan keyakinan mereka bahwa mereka tidak memerlukan apa-apa lagi dan mereka sedang dalam perjalanan ke sorga? Bayangkanlah akan keragu-raguan dan kesentausaan yang palsu yang harus diterobos oleh pekabaran itu. Bayangkanlah betapa banyaknya jiwa yang hilang jika orang banyak menerima saja keputusan dari para pemimpin. Bukankah justru jerat kesesatan yang mengerikan sedemikian inilah yang telah mengikat umat Allah dalam setiap pergerakan yang dianjurkan? Menaruh harap pada para pemimpin, dan menerima saja keputusan-keputusan mereka tanpa menyelidiki telah menyesatkan orang banyak dalam setiap zaman. Apakah yang merubah jalan itu kini ? Betapa ngerinya pemikiran seperti itu dan betapa besarnya tanggung jawab! Kiranya Allah menolong umat-Nya untuk mencarikan terang dan kebenaran bagi diri mereka sendiri, dan kiranya semangat mereka tetap menuntut suatu penjelasan dan suatu perhitungan dari semua perkara ini.

 

Apakah pekabaran itu? Pekabaran jam ke sebelas adalah tak lain dari Wahyu pasal 18 – yaitu seruan keras dari malaikat yang ketiga. Mengutip Testimonies to Ministers, halaman 59 berbunyi: “Pekabaran yang sama ini (“Pekabaran Malaikat yang Ketiga) akan diberitakan pada kedua kalinya. ‘Dan setelah segala perkara ini aku tampak seorang malaikat lain turun dari langit, dengan kuasa besar; maka bumi diterangi oleh kemuliaannya.’ Pekabaran ini adalah yang terakhir yang pernah akan diberikan kepada dunia, dan ia itu akan menyelesaikan tugasnya.” – The Great Controversy, halaman 390.

 

“Demikianlah pekabaran malaikat yang ketiga itu kelak diberitakan. Karena waktunya akan datang baginya untuk diberitakan dengan kuasa besar, maka Tuhan akan bekerja melalui alat-alat sederhana, mengendalikan pikiran orang-orang yang menyerahkan diri mereka bagi pelayanan-Nya. Para pekerja itu akan dibuat menjadi cakap bukan melalui Iatihan-latihan pada lembaga-lembaga pendidikan, melainkan oleh dorongan Roh-Nya. Orang-orang yang beriman dan berdoa akan didorong untuk pergi keluar dengan semangat yang suci, memberitakan firman yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka. Dosa-dosa dari Babil akan diungkapkan. Akibat-akibat yang menakutkan dari pada pemaksaan kepatuhan kepada gereja oleh penguasa sipil, serangan-serangan dari Spiritisme, kemajuan secara diam-diam tetapi cepat dari pada kekuasaan kepausan, – semuanya akan ditelanjangi. Melalui amaran-amaran yang serius ini orang banyak akan dibuat gempar. Beribu-ribu orang akan memperhatikan, yaitu mereka yang belum pernah mendengar kata-kata yang seperti ini. Dengan keheranan mereka mendengarkan kesaksian bahwa Babil ialah gereja yang telah jatuh karena kesalahan-kesalahan dan dosa-dosanya, karena penolakannya terhadap kebenaran yang disampaikan kepadanya dari sorga. Sementara orang banyak itu pergi kepada guru-guru mereka yang semula dengan menanyakan secara serius, ‘Benarkah segala perkara ini demikian?, maka para pendeta itu akan mengemukakan ceritera-ceritera bohong, mereka akan menubuatkan perkara-perkara yang menyenangkan, untuk menenangkan ketakutan-ketakutan mereka itu, dan untuk mendiamkan pikiran-pikiran yang sadar. Tetapi karena banyak orang menolak untuk dipuaskan dengan hanya kekuasaan manusia, lalu mereka menuntut mendapatkan sesuatu “Demikianlah firman Tuhan yang jelas,” maka pihak kependetaan umum itu, seperti halnya orang-orang Parisi di masa lalu, lalu dipenuhi dengan amarah karena kekuasaan mereka telah diragukan, maka mereka akan menuduh pekabaran itu sebagai berasal dari Setan, dan mereka akan membangkitkan orang banyak pencinta dosa itu untuk menista dan menganiaya orang-orang yang memberitahukannya.” – The Great Controversy, halaman 606, 607.

 

Panggilan jam ke sebelas itu sesungguhnya adalah sama dengan panggilan jam sembilan. Panggilan jam sembilan itu akan diulangi dengan tambahan sebutan mengenai penyelewengan-penyelewengan di dalam gereja-gereja; juga terang dan kekuatan akan dipertambahkan kepadanya.

 

Mengapa Kamu Berdiri-Diri Saja Menganggur ?

 

Para orang upahan itu disewa dari “pasar.” Pasar itu tak dapat tiada harus menunjuk kepada sidang dari mana Allah memanggil orang-orang upahan-Nya untuk bekerja. Perhatikanlah, orang-orang yang diupah itu pada setiap kesempatan adalah menganggur. Pengertiannya ialah, bahwa setiap pekabaran yang pernah datang ke dunia kita ini, ia itu tidak datang melalui orang-orang yang menduduki jabatan tinggi di dalam sidang. Ia itu disampaikan oleh orang-orang sederhana, yaitu mereka yang pelayanannya dianggap oleh kepemimpinan sidang sebagai tidak banyak dibutuhkan. Dalam setiap perkara pekabaran-pekabaran itu telah ditolak oleh orang-orang terkemuka di dalam sidang. Tandailah pertanyaan yang dikemukakan oleh tuan rumah pemilik kebun anggur itu. Mengapakah kamu berdiri-diri saja sepanjang hari dengan menganggur ?” Pengertiannya adalah, bahwa mereka itu seharusnya bekerja. Mereka mengatakan kepadanya, “Karena tidak seorang pun yang mempekerjakan kami.” Bilamana kepemimpinan sidang menyeleweng, maka pekerjaan akan diawasi oleh sesuatu kelas orang-orang, lalu suatu peraturan pembatasan akan digariskan kepada semua orang lainnya. Dengan demikian, maka orang-orang yang justru Allah hendak gunakan akan tersingkir sehingga tetap menganggur.

 

Para pekerja yang diupah oleh pemimpin-pemimpin yang sedemikian ini umumnya dipilih dari segi pandangan teknis pendidikan sebagai suatu ujian kwalifikasi, dan bukan berdasarkan pengetahuan Alkitab, penyerahan dan kepatuhan yang mutlak kepada seluruh kebenaran. Praktik-praktik yang sedemikian ini adalah bertentangan terhadap petunjuk Alkitab. Kami kutip sebagai berikut: “Olehnya itu seorang pemimpin harus tidak bercacad, suami dari seorang isteri saja, seorang yang awas, sederhana, berkelakuan baik, suka memberi tumpangan, mampu mengajar; bukan seorang pemabuk, bukan orang yang suka berkelahi, bukannya orang yang ingin akan uang yang keji, melainkan orang yang sabar, bukan orang yang suka berbantah-bantah, bukan orang yang gelojoh. Melainkan orang yang memerintah rumah tangganya sendiri dengan baik, dan yang memeliharakan anak-anaknya taat kepadanya dengan sopan; (karena jika seseorang tidak tahu bagaimana memerintah rumah tangganya sendiri, maka bagaimanakah kelak ia mengawasi sidang Allah?)” (1 Timotius 3 : 2 – 5). Para rasul dalam memilih orang-orang bagi jabatan-jabatan yang suci, mengatakan: “Oleh sebab itu, hai Saudara-Saudaraku, pilihlah dari antara kamu tujuh orang yang terkenal baik, yang penuh Rohul kudus dan hikmat, yang dapat kita tunjuk untuk mengawasi pekerjaan ini.” (Kisah Segala Rasul 6 : 3).

 

Musa teIah menghabiskan empat puluh tahun dalam sekolah Kristus. Sementara memelihara domba-domba ia telah menggantikan pengalaman latihannya di Mesir itu dengan pengetahuan dan hikmat dari Yang Maha Kuasa. Dengan demikian ia telah disiapkan untuk memimpin umatNya keluar dari Mesir. Kepada Paulus teIah diperlihatkan, bahwa kepandaian dunianya yang diperolehnya dari sekolah-sekolah manusia adalah berbahaya, dan tidak bermanfaat dalam pekerjaan Kristus, sehingga rasul itu mengatakan: “Demikian aku pun, tatkala aku sudah datang kepadamu, hai Saudara-Saudaraku, bukannya aku datang dengan fasih lidah atau dengan kepintaran dalam hal aku memberitakan kepadamu kesaksian Allah itu. Karena aku sudah memutuskan untuk tidak mau tahu apapun di antara kamu, terkecuali Yesus Kristus dan Dia yang tersalib itu. Maka pembicaraanku dan pemberitaanku bukannya dengan kata-kata menarik orang pandai, melainkan dalam mendemonstrasikan Roh dan kuasa itu.” (1Korinthi 2 : 1, 2, 4).

 

Paulus maksudkan, bahwa ia teIah memutuskan untuk menghotbahkan Alkitab dan hanya Alkitab saja, yang akan mengungkapkan Kristus dan Dia yang tersalib itu. Dihotbahkan di bawah kuasa Roh Allah, dan bukan oleh kepintaran manusia. Dengan demikian, maka rasul yang sangat terpelajar itu teIah merendahkan diri sampai serendah para nelayan itu yang bodoh dalam pengetahuan manusia, pada waktu yang sama itupun ia naik bersama-sama sebelas rasul yanglainnya dalam pengetahuan ilahi, yang jika diperbandingkan dengan kehormatan di bumi dan kebesaran manusia ia itu tenggelam menjadi tak berarti. Oleh karena itu, maka perkara yang suci tidak dapat dicampurkan dengan perkara biasa.

 

Tuan rumah itu mengatakan: “Pergilah juga kamu ke dalam kebun anggur itu, maka apa saja yang pantas, ia itu akan kamu peroleh.” Allah minta dari orang-orang laki-laki dan perempuan supaya bangkit dan pergi bekerja di kebun anggur itu, dan menaruh harap pada nilai dari Firman-Nya. “Janganlah kamu membawa emas, atau perak, atau tembaga di dalam ikat pinggangmu, atau sesuatu bekal bagi perjalananmu, atau pun dua helai baju, atau sepatu-sepatu, atau pun tongkat; karena orang yang bekerja itu berhak mendapatkan makanannya. Dan apabila kamu masuk ke dalam kota atau kampung manapun juga, tanyakanlah siapa yang pantas di sana; maka tinggallah di situ sampai kelak kamu pergi dari sana.” (Matius 10 : 9 – 11). “Maka kata Yesus kepada mereka itu, ‘Apabila Aku menyuruh kamu keluar dengan tiada membawa pundi-pundi dan bekal, dan sepatu, adakah kamu kekurangan barang sesuatu ?’ Maka jawab mereka, ‘Tidak’.” (Lukas 22 : 35).

 

Tandailah pokok berikut ini dengan seksama: semenjak dari jam sembilan dalam tahun 1844 sampai kepada jam dua belas, atau berakhirnya masa kasihan, hanya ada tiga jam penuh. Jumlah jam-jam itu secara simbolis menunjukkan bahwa hanya ada cukup masa kasihan semenjak dari tahun 1844 sampai kepada akhirnya, untuk satu pergerakan – yaitu tiga jam. Firman dari Wahyu 10 : 6 berlaku disini: “Bahwa tidak akan ada waktu lagi.” Setiap pergerakan yang Allah telah datangkan semenjak dari permulaan dunia, sedemikian jauh telah keluar, maka apabila Ia mengirimkan suatu pekabaran atau terang baru atas Firman-Nya, para pemimpin telah menolaknya, sehingga perlu lahir lagi suatu pergerakan yang baru.

 

Jika pemimpin di dalam sidang Allah pada sekarang ini mau menyambut panggilan jam ke sebelas, maka ini kelak berada di Iuar dari kebiasaan. Tetapi kalaupun mereka menoIaknya, maka Allah tidak mungkin memulaikan lagi sesuatu pergerakan yang baru, sebab tidak akan ada waktu lagi.” ‘Pergerakan-pergerakan baru pada umumnya memulai dengan hanya sejumlah kecil orang-orang dan memerlukan bertahun-tahun Iamanya untuk berkembang, dan sesudah suatu masa penyelewengan akan timbul. Akibatnya, Ia tidak pernah berhasiI menyelesaikan pekerjaan-Nya di bumi dengan rencana yang sedemikian ini. Kata-kata Tuhan itu menyatakan secara simbolis bahwa kepemimpinan dalam pergerakan yang dipanggiI dalam tahun 1844 itu akan menolak pekabaran jam ke sebelas, karena dikatakan-Nya bahwa orang-orang yang sedang akan diupahi itu, sedang “berdiri-diri saja dengan menganggur“; artinya, bukanlah mereka itu yang sedang bekerja yang akan diupahi-Nya.

 

Jika memang tidak ada waktu lagi bagi sesuatu pergerakan yang baru, maka hanya ada satu pemecahan bagi masalah yang membingungkan ini, dan itu adalah memisahkan “gandum” dari pada “lalang” dengan cara membunuh kelas orang-orang yang sedang menguasai pekerjaan dan menahan umat Allah dalam perhambaan dosa. OIeh sebab itu, maka musuh-musuh Allah akan dikeluarkan dari perjalanan oleh lima orang itu yang disebut di dalam Yeheskiel pasal 9. Pokok masalah ini adalah dijelaskan di dalam buku Tongkat Gembala, Jilid 1.

 

Yang Terakhir Menjadi Yang Pertama dan

Yang Pertama Menjadi Yang Terakhir

 

Kembali kepada ayat kita itu yang berbunyi: “Secupak gandum sedinar harganya, dan tiga cupak jelai sedinar harganya.” (Wahyu 6 : 6). Mengapakah gandum itu disebut Iebih dulu, dan jelai disebut kemudian ? Mengapa tidak sebaliknya? Mengapa jelai sebanyak tiga kali untuk sedinar harganya sama dengan gandum sebanyak hanya satu kali ? Ataukah mengapa tidak sebaliknya ? Injil adalah sempurna dan tidak satu pun kesalahan terdapat di dalamnya. Oleh sebab itu, maka tak dapat tiada harus ada alasannya bagi urut-urutan susunan yang sedemikian ini, sama seperti juga terhadap jumlah takaran dari masing-masing kacang-kacangan itu. Jelai umumnya masak jauh lebih cepat dari pada gandum. Oleh karena itu, maka orang-orang upahan yang pertama harus dilambangkan dengan jelai, sebab jika tidak, maka simbol ini akan tidak sempurna. Jadi, jelai itu melambangkan bangsa Yahudi, karena merekalah yang dipekerjakan lebih dulu. Dengan sendirinya gandum itu harus melambangkan orang-orang yang dipanggil pada jam ke sebelas. Adalah mentaajubkan bagaimana sempurnanya Injil itu.

 

Mengapa hanya dua jenis kacang-kacangan yang dikemukakan ? Mengapa tidak lima ? Kedua kacang-kacangan itu adalah cukup untuk melukiskan pemikiran itu dan menjelaskan pelajaran ini. Tetapi alasan yang terutama bagi adanya hanya dua ialah untuk menarik perhatian kita kepada panggilan-panggilan yang pertama dan yang terakhir, sebab petunjuk yang diberikan hanyalah mengenai dua Israel; yaitu Israel badani (para keturunan dari Ibrahim), dan Israel Rohani (mereka yang 144.000 itu). Tetapi tujuan dari pada pelajaran ini ialah bagi Israel yang kedua, yaitu orang-orang yang dipekerjakan pada jam ke sebelas, karena kebenaran dari perumpamaan ini belum pernah dimengerti oleh rombongan manapun yang lain.

 

Tandailah bahwa orang-orang yang dipekerjakan pertama kali, mereka itu telah bekerja sepanjang hari, tetapi orang-orang yang dipekerjakan terakhir bekerja hanya sejam saja lamanya. Karena alasan inilah suara itu mengatakan: “tiga cupak jelai” sebagai tandingan dari “satu cupak gandum” untuk sedinar harganya – yaitu upah sehari. Jarak waktu diantara masing-masing panggilan adalah tiga jam. “Ukuran takaran” itu menunjukkan jam-jam simbolis yang dihabiskan selama bekerja. Jarak-jarak waktu selama tiga jam di antara setiap panggilan ialah suatu lambang dari jangka waktu penuhyang diberikan kepada setiap pergerakan, atau pekabaran, tanpa pengertian khusus mengenai jumlah tahun-tahunnya. Mereka yang dipanggil terakhir itu bekerja hanya sejam lamanya, namun mereka juga menerima sama banyak upahnya. Kebaikan hati dari Orang Berbudi itu menunjukkan bahwa semua umat Allah adalah sama diberi pahala, bukan seimbang dengan perbuatan-perbuatan mereka, melainkan sesuai dengan kebajikan dari tuan rumah itu.

 

Sekarang akan dijawab pertanyaan mengapa suara itu datang dari tahta mengatakan: “Secupak gandum sedinar harganya,” pertama, dan “tiga cupak jelai sedinar harganya,” terakhir. Berbicara secara manusia ia itu seharusnya sebaliknya, karena oleh gandum dilambangkan pekabaran yang terakhir (panggilan jam ke sebelas) dan oleh jelai dilambangkan pekabaran yang pertama (panggilan pada pagi-pagi sekali – Israel keluar dari Mesir). Kalau saja suara itu menyebut sebaliknya urut-urutan kacang-kacangan itu, maka ia itu sudah akan keliru, karena Yesus mengatakan: “Maka bilamana malam tiba Tuan pemilik kebun anggur itu mengatakan kepada hamba-Nya: ‘Panggillah para pekerja itu, dan bayarkanlah upah mereka, mulai dari orang-orang yang terakhir masuk kerja sampai kepada yang pertama kali masuk. Maka bilamana mereka itu datang yang bekerja pada jam ke sebelas itu, masing-masing mereka menerima sedinar. Tetapi pada waktu para pekerja yang pertama itu datang, disangkanya mereka akan menerima lebih, tetapi mereka pun masing-masing menerima sedinar. Maka setelah mereka menerimanya, bersungut-sungutlah mereka terhadap tuan rumah yang baik hati itu, sambil mengatakan: “Mereka yang terakhir ini bekerja hanya sejam lamanya, dan tuan telah mempersamakan mereka dengan kami yang telah menanggung beban dan panas matahari sepanjang hari. Tetapi jawab tuan itu kepada salah seorang dari antaranya, mengatakan, Hai Kawan, Aku tidak berbuat salah kepadamu; bukankah kamu telah sepakat dengan Aku untuk sedinar ? Ambillah bagianmu itu dan pergilah; Aku hendak memberi kepada orang yang terakhir ini sama seperti kepadamu juga. Salahkah bagi-Ku untuk berbuat apa yang Ku kehendaki dengan kepunyaan-Ku sendiri? Atau jahatkah pada pemandanganmu, sebab Aku ini baik ? Demikianlah yang terakhir akan menjadi yang pertama, dan yang pertama akan menjadi yang terakhir; karena banyak yang dipanggil, tetapi hanya sedikit yang terpilih.” (Matius 20 : 8 – 16). Dengan demikian secupak gandum sedinar harganya, pertama, dan tiga cupak jelai sedinar harganya, terakhir. Mereka yang bersungut-sungut itu melambangkan sebagian dari bangsa Yahudi itu yang tidak patut, dan kata-kata berbunyi: “Hai Kawan, Aku tidak berbuat salah kepadamu……….. ambillah bagianmu, dan pergilah,” menunjukkan penolakan terhadap bangsa itu.

 

Bayarkanlah Upah Mereka

 

Perhatikanlah bahwa orang-orang yang dipekerjakan terakhir adalah yang pertama sekali dibayar, dan orang-orang yang pertama sekali dipekerjakan adalah yang terakhir dibayar. Karena sekaliannya itu adalah sama dihargai, maka orang-orang yang pertama kali dipekerjakan itu telah bersungut-sungut, walaupun mereka telah dibayar penuh. Tindakan mereka yang tidak berterima kasih itu menunjukkan bahwa bangsa Yahudi adalah tidak patut untuk mendapatkan pembayaran mereka, sehingga Tuan Rumah itu mengatakan kepada mereka: ‘Ambillah bagianmu, dan pergilah kamu.’ Karena Israel kuno yang lalu itu dilambangkan oleh panggiIan yang pertama, seperti yang dijelaskan terdahulu, maka kepada merekalah berlaku kata-kata ini, dan karena mereka adalah orang-orang yang bersungut-sungut itu, maka terbukti bahwa perumpamaan ini adalah benar.

 

Mengapakah mereka yang pertama kali, dibayar terakhir, dan mereka yang terakhir, dibayar lebih dulu? Jawabnya ialah – Upah yang diperoleh hamba-hamba Allah ialah hidup kekal, dan disamakan sifatnya dengan uang dinar. Oleh sebab itu, orang-orang yang pertama diberikan jaminan suatu kehidupan yang tidak pernah berakhir itu, ialah orang-orang yang dipekerjakan terakhir, dan sesuai dengan perumpamaan ini, mereka itu ialah rombongan orang-orang yang dipanggil pada jam ke sebelas. Mereka itu ialah orang-orang yang dibubuhi tanda atau dimeteraikan oleh orang yang membawa pena tinta penyurat dari Yeheskiel pasal 9, atau seperti yang disebut oleh Yahya, malaikat yang membawa meterai Allah itu; dan ia memeteraikan, atau membubuhi tanda kepada mereka yang 144.000 itu. (Lihat Wahyu pasal 7). Rombongan orang-orang yang mulia ini adalah yang pertama sekali dikaruniakan jaminan tidak pernah merasai kematian. (Lihat buku Tongkat Gembala, Jilid I BAB I judul paragraf Pernahkah 144.000 Orang Itu Merasai Mati? sampai judul paragraf Akan Terdapatkah Nyonya White Dengan Mereka Yang 144.000 Itu?). Demikianlah mereka itu telah dibayar pertama sekali, tetapi orang-orang yang dipanggil pada pagi-pagi sekali (Israel badani) akan dibangkitkan (orang-orang benar) apabila Kristus datang di dalam awan-awan, pada saat mana mereka akan dikaruniakan hidup yang kekal. “Demikianlah bahwa yang terakhir kelak akan menjadi yang pertama, dan yang pertama akan menjadi yang terakhir.” Karena alasan inilah, maka orang-orang yang telah dimeteraikan dan diselamatkan oleh Pekabaran Malaikat yang Ketiga semenjak dari tahun 1844, akan dibangkitkan dalam kebangkitan istimewa sebelum Kristus datang. (Lihat Daniel 12 : 2; Early Writings, halaman 285).

 

Mengapa Pada Pagi-Pagi Sekali ?

 

Kenyataan yang telah dikemukakan menunjukkan bahwa panggilan-panggilan (pekabaran-pekabaran) sebelum Israel keluar dari Mesir tidak dimasukkan dalam perumpamaan ini, dan bahwa panggilan kepada Israel itu adalah pada “pagi-pagi sekali”. Dalam contoh ini Yesus telah membagi sejarah sidang dalam dua bagian yang sama yang masing-masing terdiri dari dua belas jam. Dalam perumpamaan itu ia menunjuk hanya kepada bagian yang disebut hari, (siang hari), – masa periode Alkitab. “Yesus menjawab, ‘Bukankah ada dua belas jam dalam sehari? Jika seseorang berjalan pada siang hari, ia tidak akan terantuk, sebab ia melihat terang dari dunia ini.” (Yahya 11 : 9). Oleh sebab itu, maka masa periode sebelum Alkitab datang adalah disebut malam. Bukan karena umat Allah telah dibiarkan dalam kegelapan terhadap firman-Nya, melainkan karena firman itu diteruskan hanya secara lisan dari bapa kepada anak, sedangkan firman tertulis ialah suatu wahyu yang langsung – terang. Demikianlah Ia telah menggambarkan sejarah dari sidangNya pada suatu putaran lonceng dari 24 jam. Dapatlah lebih baik kita memahami pelajaran ini melalui suatu perincian singkat sementara kita mengikuti gambar bagan di atas.

 

Terdapat hanya lima panggilan dalam perumpamaan ini. Yang pertama, yaitu orang-orang yang dipanggil pada pagi-pagi sekali – Israel keluar dari Mesir. Kedua, orang-orang yang pergi bekerja di kebun anggur pada jam tiga – sidang Kristen yang mula-mula. Ketiga, panggilan jam keenam – William Miller dan pembantu-pembantunya. Keempat, panggilan jam ke sembilan – Malaikat yang Ketiga dalam seruannya yang pertama sesudah tahun 1844. Kelima, panggilan jam ke sebelas – Seruan Keras dari Pekabaran Malaikat Yang Ketiga. Karena angka bilangan “tujuh” digunakan dalam setiap kesatuan perbuatan Allah yang selesai untuk menunjukkan kelengkapan, maka tak dapat tiada sudah harus ada dua panggilan yang sedemikian ini sebelum sejarah Israel, sebab jika tidak, maka ini akan menunjukkan ketidak-lengkapan dalam pemberitaan lnjil. “Dan juga Enoch, keturunan yang ketujuh dari Adam itu, telah menubuatkan segala perkara ini, katanya, ‘Bahwasanya, Tuhan datang dengan puluhan ribu umat kesucian-Nya.” (Yehuda 14). Karena Enoch memiliki suara pekabaran yang luas di seluruh dunia mengenai kedatangan Tuhan, maka pekabarannya itu ialah panggilan yang pertama. Panggilan Nuh ialah yang kedua semenjak dari kejadian dunia. Oleh sebab itu, maka seIuruhnya “tujuh” yang berarti sempurna, selesai, berakhirnya Injil.

 

Tujuh Pergerakan Yang Universal

 

Sedemikian jauh kami telah menunjuk hanya kepada panggilan-panggilan itu saja, tetapi sekarang kita mengaIihkan perhatian kita kepada pergerakan-pergerakan itu. Permulaan dari pergerakan yang Pertama ialah semenjak dari saat Adam berdosa sampai kepada pekabaran dari Enoch. Kedua, semenjak dari Enoch sampai kepada Nuh. Ketiga, semenjak dari Nuh sampai kepada Musa. Keempat, semenjak dari Musa sampai kepada rasul-rasul. Kelima, semenjak dari rasul-rasul sampai kepada Miller. Keenam, semenjak dari Miller sampai kepada Ellen. G. White. Ketujuh, semenjak dari Ellen. G. White sampai kepada akhir. Dari panggilan yang terakhir sampai kepada akhirat, karena hanya satu jam, maka ini membuktikan bahwa tidak ada waktu lagi bagi sesuatu pergerakan yang baru. Maka suatu pergerakan baru akan membuang angka bilangan tujuh itu keluar dari pada pengertiannya. Oleh sebab itu, pergerakan yang lama itu harus dimurnikan lalu maju terus.

 

Waktu yang disediakan bagi setiap pergerakan ditandai pada putaran lonceng Allah sebagai tiga jam. Tiga jam yang pertama pada lonceng itu menunjuk kepada semenjak dari kejadian sampai kepada kejatuhan Adam; dengan sendirinya hanya tertinggal dua puluh satu jam simbolis lagi bagi masa pertobatan manusia. Tujuh kali tiga sama dengan dua puluh satu; maka sebab itu, kita mempunyai suatu alasan yang lain lagi mengapa malaikat itu mengatakan “Tidak akan ada waktu Iagi”.

 

Alasan Mengapa Tiga Jam

Bagi Setiap Pergerakan

 

Fakta berikut ini selanjutnya membuktikan, bahwa sejarah sidang dalam contoh ini dilambangkan oleh suatu putaran lonceng dari dua puluh empat jam. Jika memang panggilan itu datang kepada Israel pada pagi-pagi sekali, yaitu pada jam dua belas, dan hari itu berakhir pada jam dua belas berikutnya, disebut siang hari, karena firman Allah yang tertulis itu tersedia bagi terang kepada sidang, maka masa periode yang mendahului Alkitab itu secara simbolis disebut malam.

 

Sebagian orang mungkin meragukan kenyataan ini karena menggunakan tiga jam untuk setiap peristiwa – semenjak dari kejadian sampai kepada kejatuhan Adam, dan sekali lagi sampai kepada Enoch dan Nuh. Jika Allah bekerja mengikuti rencana tiga jam itu terhadap penyaliban Kristus (Lihat gambar bagan pada judul pelajaran Memperkenalkan Kristus Penebus Kita), dan peraturan yang sama ini pun diikuti dalam masa periode yang disebut “hari” (siang hari), maka Ia tentunya tidak akan mengikuti peraturan yang lain dalam masa periode yang disebut “malam.” Alasan mengapa Ia telah mengikuti peraturan yang satu itu ialah untuk menyampaikan kepada sidang-Nya waktu yang tepat dari sejarah sidang itu secara periode demi periode.

 

Marilah kita memeriksa kenyataan ini dari segi yang lain. Manusia pertama yang berdosa disebut Adam yang pertama. Sekarang lihatlah pada putaran lonceng itu; semenjak dari jam tiga pada bagian yang gelap itu (kejatuhan Adam) menghadap kepada jam tiga pada bagian yang terang, maka kita akan melihat Adam yang kedua (Kristus disalib). Kembali lagi, lihatlah pada jam enam pada bagian yang gelap dari putaran lonceng itu (Enoch menubuatkan dari hal kedatangan Kristus) berhadapan dengan jam enam pada bagian yang terang, dan disanalah kita akan melihat juga Miller yang menubuatkan peristiwa yang sama (kedatangan Kristus). Inilah salah satu dari alasan-alasan mengapa Allah membiarkan Miller memberitakan kedatangan Kristus itu dalam tahun 1844. Sekarang lihatlah pada jam sembilan,Nuh meramalkan akhir sejarah dunia dalam generasinya, dan berhadapan dengan jam sembilan pada bagian yang terang, kita melihat Ellen. G. White juga menubuatkan tentang akhir sejarah dunia dalam generasi ini. (Dan itu adalah dimana generasi ini mulai). Dan pada jam dua belas (Israel badani keluar dari Mesir) dan berhadapan dengan jam dua belas itu (matahari masuk), kita melihat Israel rohani (hasil-hasil yang selesai) keluar dari dunia (Mesir). Oleh sebab itu, tidak ada masalah terkecuali bagaimana kejatuhan Adam, nubuatan dari Enoch, dan Nuh, datang pada jam-jam itu sebagaimana yang terlihat pada gambar bagan itu.

 

Disini kita melihat suatu contoh (type) yang lain. Kebenaran Allah kepada dunia sebelum Alkitab datang, jatuh bersamaan waktunya dengan kebenaran-Nya dalam sejarah Alkitab, menunjukkan bahwa Allah memiliki hanya satu kebenaran, satu Kristus, dan satu Injil pada segala zaman. Oleh karena itu, pendapat yang diajarkan oleh para pendeta injil ciptaan sendiri, bahwa Allah mempunyai satu metode penyelamatan umat pada sebelum Alkitab datang, metode yang lain lagi dalam sejarah Wasiat Lama bagi keturunan-keturunan dari Ibrahim, dan masih metode yang lain lagi bagi sejarah Wasiat Baru dan orang-orang Kapir, dan sebagainya. Adalah penipuan dari Iblis dan tidak ada kebenaran dalamnya. Bukan saja perkara-perkara yang tertulis akan membuktikan kebenaran dan menelanjangi kepalsuan, tetapi bahkan juga cara berpikir biasa akan menceriterakan kepada kita bahwa tidak mungkin terdapat keadilan dalam metode penyelamatan yang terus berubah-ubah sedemikian itu – “Karena Akulah Tuhan, Aku adalah tidak berubah.”

 

Jam dua belas pada putaran lonceng itu, ke kiri, menunjukkan matahari naik dan pada sebelah kanan, matahari masuk. Jam enam pada bagian yang terang, adalah tengah hari, dan jam enam pada bagian yang gelap, ialah tengah malam. Pekabaran pada jam enam oleh Miller itu adalah disebut seruan Tengah Malam (lihat buku Early Writings, halaman 277), sebab ia itu berkaitan dengan pekabaran yang dari Enoch. Yesus mengatakan: “Maka pada tengah malam terdengarlah suatu seruan, Tengoklah, pengantin itu datang; keluarlah kamu mengelu-elukan dia.” (Matius 25 : 6). Jam enam pada bagian yang terang berdiri juga sebagai siang tengah hari apabila matahari berada dalam kekuatannya yang penuh. Alkitab mulai bangkit pada jam dua belas dan pada waktu pekabaran oleh Miller itu dihotbahkan, yang dilambangkan oleh panggilan jam enam, kedua Wasiat Lama dan Baru itu sudah disusun dan diterbitkan; dengan demikian ia itu pun menunjukkan siang tengah hari.

 

Pekabaran yang diberitakan oleh Enoch merupakan sebuah nubuatan yang memandang ke depan ke tahun 1844 pada waktu Yesus masuk ke dalam tempat yang maha suci bersama-sama dengan umat kesucian-Nya bagi pemeriksaan hukum. Oleh karena itu, maka khotbah oleh Miller itu adalah kegenapan dari nubuatan Enoch. Demikianlah ia itu telah disebut Seruan Tengah Malam. Karena pokok masalah pehukuman itu tidak akan dapat dimengerti sebelum sidang pehukuman itu dimulai, maka adalah tidak mungkin bagi Miller untuk dapat mengaplikasikannya dengan tepat terhadap peristiwa yang diharap-harapkan pada waktu itu. Perhatikanlah ungkapan gramatika yang digunakan oleh Kristus: “There was a cry made.” (Terdengarlah seruan). Kristus menggunakan past tense, yang membuktikan kenyataan itu, bahwa arti yang sebenarnya dari pekabaran Miller itu akan dimengerti sesudah panggilan itu dibuat. Kristus mengatakan, “There was“, ‘dan bukan, ‘there shall be a “cry”.    

 

Kenyataan dalam penyelidikan ini membuktikan keilahian Kristus, dan kuasa-Nya dalam khayal bahkan sampai kepada rincian-rincian yang sekecil-kecilnya, di masa lampau, sekarang, dan di masa depan. Jika suatu kebenaran sedemikian seperti ini, begitu jelas dan sederhana, begitu kuat dan pasti dalam pengungkapan keajaiban-keajaiban dari Firman tidak juga bisa mengubahkan hati pembacanya, maka kami berkesimpulan bahwa tidak ada lagi yang lebih besar dari pada ini yang memiliki sesuatu nilai. Kalaupun orang mati akan bangkit dari kubur, atau bahkan jika seorang malaikat akan turun dari sorga sekalipun, kelas orang-orang itu akan tetap tunduk kepada kuasa Iblis. Pemazmur melukiskan Kebesaran Firman Allah dalam bahasa berikut ini: “Aku hendak menyembah sujud mengarah ke kaabah kesucian-Mu, dan memuji nama-Mu karena sebab kemurahan-Mu dan karena sebab kebenaran-Mu; karena Engkau telah membesarkan firman-Mu melebihi semua namaMu.” (Mazmur 138 : 2). Yesus mengatakan: “Jikalau mereka itu tidak mau mendengar akan Musa dan para nabi-nabi, tiada juga mereka itu akan yakin, jika seseorang bangkit dari antara orang mati sekalipun.” (Lukas 16 : 31).

 

Jam yang satu itu dari Wahyu 17 : 12, dalam mana tanduk-tanduk dari binatang merah kirmizi menerima kuasa mereka sebagai raja-raja, ialah masa periode semenjak dari panggilan jam ke sebelas sampai kepada akhir sejarah dunia ini – dari jam sebelas sampai jam dua belas secara simbolis.

 

 16 total,  1 views today

 

<< Go Back

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart