<< Go Back
RINGKASAN DARI HAL MEREKA YANG 144-OOO ITU
LUKA YANG MEMATIKAN ITU SEMBUH KEMBALI
“Maka aku tampak salah satu dari kepala-kepalanya itu rupanya seperti terluka yang membawa mati; tetapi lukanya yang mematikan itu sudah sembuh; maka seluruh dunia heran akan binatang itu.” Wahyu 13 : 3. Adalah dipahami secara umum di antara orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh, bahwa semenjak pemerintah Italia memberikan kekuasaan sipil kepada Paus pada tanggal 11 Pebruari 1929, ini merupakan peristiwa kegenapan nubuatan, maka kita akan menganggap bahwa interpretasi ini adalah benar, dan “luka yang mematikan” itu sudah sembuh. Perhatikan kata kerja “was” dan “healed” keduanya tertulis dalam masa yang sudah lampau (past tense). Karena demikian adanya, maka terbukti bahwa nubuatan yang khusus ini baru akan sepenuhnya dipahami setelah kegenapannya (mengenai kapan dan bagaimana ia itu selesai).
Jika peristiwa pada tanggal yang disebut di atas menggenapi nubuatan, maka kita tidak akan keliru jika kita harus menduga bahwa bagian yang terakhir dari ayat itu juga telah menemui kegenapannya. “Maka seluruh dunia heran akan binatang itu.” Mengutip Testimonies, jilid 6, halaman 14 ada tertulis: “Nubuatan Wahyu sedang digenapi, bahwa ‘seluruh dunia heran akan binatang itu.’ Wahyu 13 : 3“. Dunia yang ada sekarang pada waktu ini tidak lagi dalam kondisi kerohanian yang lebih baik, melainkan terburuk, maka kita dapat simpulkan bahwa Injil ini telah menemui kegenapannya sepenuhnya. Luka itu sudah “sembuh” sama seperti juga dunia “heran akan binatang itu.”
Kita tidak perlu berharap bahwa dunia harus mendaftarkan diri dalam keanggotaan dari badan persekutuan orang-orang itu untuk menggenapi nubuatan ini. Perhatikan bahwa dunia heran bukan terhadap kepala yang terluka itu melainkan terhadap binatang itu. Firman ini berbicara dalam hal masalah-masalah rohani. Kembali mengutip dari Testimonies, jilid 6, halaman 15 berbunyi: “Penyembahan Iblis ini telah diungkapkan kepadanya (Yahya), dan terlihat kepadanya seolah-olah seluruh dunia sedang berdiri pada jurang kebinasaan.” Dunia telah dihinggapi roh dari binatang itu, sehingga dengan demikian menggenapi ramalan ilahi itu.
“Maka aku berdiri di atas pasir di tepi laut, dan aku tampak seekor binatang buas keluar dari dalam laut, yang bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh, dan di atas tanduk-tanduknya itu bermahkota sepuluh, dan di atas kepala-kepalanya terdapat nama hojat.” Wahyu 13 : 1. Perhatikan bahwa binatang ini memiliki tujuh kepala dan sepuluh tanduk. Untuk memperoleh suatu pengertian yang menyeluruh tentang nubuatan ini kita harus memulai dari akarnya ke atas. (Untuk pertama kali sepuluh raja ini (tanduk-tanduk) telah dibawa oleh Injil kepada perhatian kita, terdapat di dalam Daniel 2 : 41, 42, yang dilambangkan oleh sepuluh jari kaki pada patung besar dalam mimpi Nebukadnezar). Sesudah mengungkapkan kepada raja itu mengenai berakhirnya kerajaan keemasannya itu, yang dilambangkan oleh kepala patung yang dari emas itu, dan turun sepanjang sejarah dunia sampai kepada kedatangan Kristus yang kedua kali, maka Daniel mengatakan: “Maka pada zaman raja-raja ini Allah di sorga akan mendirikan sebuah kerajaan yang tidak pernah dapat dibinasakan.” Daniel 2 : 44.
Di dalam Daniel pasal 7 nubuatan yang sama ini mengenai sejarah dunia kembali diulangi dalam lambang-lambang dari binatang buas. Raja-raja yang dilambangkan oleh jari-jari kaki dari patung besar itu di waktu ini dilambangkan oleh sepuluh tanduk dari binatang yang “keempat” dan “yang tak tergambarkan” di dalam ayat 7. Alasan bagi adanya salinan yang sama ini ialah untuk membawakan kebenaran tentang tanduk kecil itu (kuasa kepausan, ayat 8). Sepuluh tanduk itu (raja-raja) kembali diulangi di dalam Wahyu 13 : 1, untuk menunjukkan sejarah dari nubuatan itu seperti yang dijelaskan oleh Daniel, — yaitu “pada zaman raja-raja ini Allah di sorga akan mendirikan sebuah kerajaan.”
Perhatikan bahwa binatang (yang menyerupai harimau kumbang) ini dari Wahyu 13 : 1 – 3, bangkit keluar dari laut, sama caranya dengan empat binatang buas dari Daniel pasal 7. Oleh karena itu proses yang mendatangkan binatang ini ke atas pentas adalah sama dengan binatang-binatang yang melambangkan Babil, Medo Persia, Gerika, dan Romawi. Jika sepuluh tanduk dari binatang ini melambangkan raja-raja yang ada sekarang pada waktu mana “Allah di sorga akan mendirikan sebuah kerajaan” (mengutip kata-kata Daniel), maka binatang ini sendiri akan melambangkan periode sejarah selanjutnya dari Romawi, karena perpecahan dari kekaizaran Romawi itu telah mendatangkan adanya raja-raja ini. Ini juga disebut “Romawi dalam keadaan perpecahannya” yang dilambangkan oleh patung besar dari Daniel 2 : 42, yang kakinya dan jari-jarinya terbuat dari besi dan tanah liat. Besi adalah logam yang melambangkan Romawi; tanah liat, bagian yang hancur.
“Maka aku berdiri di atas pasir di tepi laut, dan aku tampak seekor binatang buas keluar dari dalam laut, yang bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh, dan di atas tanduk-tanduknya itu bermahkota sepuluh, dan di atas kepala-kepalanya terdapat nama hojat.” Wahyu 13 : 1. Simbol-simbol yang diberikan oleh Ilham adalah mampu dengan setepatnya mengungkapkan kebenaran tanpa menimbulkan bayangan keraguan apapun. Setiap interpretasi nubuatan yang tidak sampai kepada spesifikasi yang tepat oleh lambang-lambang itu bukanlah jenis yang dapat diharapkan, maka cepat ataupun lambat ia itu akan hancur.
Telah diakui, bahwa sepuluh tanduk itu melambangkan sepuluh kerajaan yang berasal dari Romawi yang telah terbagi. Interpretasi ini benar karena anda dapat mencatat bahwa tanduk-tanduk itu adalah tanduk-tanduk bermahkota. Mahkota-mahkota itu menunjukkan bahwa raja-raja ini telah menerima kerajaan mereka, tetapi perhatikanlah dengan saksama bahwa kepala-kepala itu adalah tanpa mahkota; oleh sebab itu tujuh kepala ini tidak mungkin melambangkan kerajaan-kerajaan atau pemerintahan-pemerintahan sipil. Jadi, tidaklah bijaksana dan bahkan menyesatkan jika mengira, bahwa kepala-kepala itu dapat melambangkan penguasa-penguasa sipil di masa lalu ataupun di masa depan.
Seluruh tujuh kepala itu adalah sama tanpa perbedaan di antara satu dan lainnya. Jika kepala yang terluka itu melambangkan suatu bentuk agama, maka kita harus menyimpulkan bahwa enam kepala lainnya itupun melambangkan badan-badan agama. Jumlah angka dari semuanya itu adalah angka Alkitab “tujuh”, yang berarti “semua”, atau “lengkap”.
Kalau saja kepala-kepala itu datang satu menyusul yang lainnya seperti halnya binatang-binatang dari Daniel pasal 7, dan tanduk kecil itu yang telah datang setelah terlebih dulu tiga tanduk daripadanya “tercabut”, maka ini akan menunjukkan suatu bentuk badan-badan yang saling menyusul datangnya. Karena seluruh tujuh badan itu berada dalam waktu yang sama, maka lambang itu mengungkapkan bahwa seluruh tujuh badan itu tak dapat tiada harus memerintah selama masa periode yang sama.
Tujuh kepala ini tidak mungkin melambangkan sesuatu pada sesuatu waktu sebelum runtuhnya kerajaan Romawi, karena yang melambangkan apa yang terjadi sebelum runtuhnya Romawi itu telah dilambangkan dalam komposisi pembentukan dari binatang itu, di luar tujuh kepala dan sepuluh tanduk itu (seperti yang dikemukakan di dalam ayat kedua). Bagian yang menyerupai harimau kumbang adalah melambangkan Gerika (Daniel 7 : 6); kaki beruang melambangkan Medo-Persia (ayat 5); dan mulut singa melambangkan Babil (ayat 4). Binatang kombinasi yang terdapat di dalam Wahyu 13 : 1, 2 dalam pembentukannya adalah kenyataan bahwa ia datang ke pentas sesudah empat kerajaan dunia yang besar itu; yaitu Babil, Medo-Persia, Gerika, dan Romawi. Demikianlah ia menjadi binatang yang kelima, yang melambangkan periode sejarah sesudah keruntuhan Romawi. Sepuluh tanduk dari kedua binatang itu, Daniel 7 : 7 dan Wahyu 13 : 1, seperti juga halnya dengan sepuluh jari kaki dari Daniel 2 : 42, melambangkan sepuluh kerajaan yang sama ke dalam mana Romawi telah dibagi. Sepuluh raja ini menjelmakan peradaban dalam periode sejarah yang kelima, atau periode sejarah sesudah Romawi sampai kepada sejarah kita sendiri, dan seterusnya sampai kepada kedatangan Kristus yang kedua kali, sesuai dengan Daniel 2 : 44. “Maka dalam zaman raja-raja ini Allah di sorga akan mendirikan sebuah kerajaan yang tidak akan pernah dapat dibinasakan.”
Selanjutnya, perhatikanlah bahwa sepuluh tanduk yang ada pada binatang yang tak tergambarkan dari Daniel 7 : 7 itu adalah tidak bermahkota, tetapi tanduk-tanduk yang ada pada binatang yang menyerupai harimau kumbang dari Wahyu 13 : 1, semuanya bermahkota. Simbol itu mengungkapkan bahwa tanduk-tanduk pada kedua binatang itu melambangkan raja-raja yang sama; tidak bermahkota pada binatang yang pertama karena sepuluh raja itu (tanduk-tanduk) belum memiliki kerajaan mereka sebelum keruntuhan Romawi. Kenyataan bahwa binatang yang menyerupai harimau kumbang itu memiliki tanduk-tanduk yang bermahkota ialah karena ia datang ke pentas sesudah Romawi runtuh, pada waktu mana raja-raja ini memperoleh kerajaan-kerajaan mereka.
Tanduk kecil yang terdapat pada binatang dari Daniel 7 : 8 itu, yang telah datang kemudian di antara sepuluh tanduk, yang dari tempatnya itu telah tercabut tiga buah tanduk, telah ditafsirkan melambangkan pimpinan kepausan semenjak dari tahun 538 TM sampai tahun 1798, dan yang telah terluka dalam abad kelima belas. Luka parah itu telah menimbulkan perpecahan dan meningkatkan jumlah kepala seperti yang tergambar di dalam Wahyu 13 : 1. Enam kepala itu melambangkan Protestantisme, dan yang satunya melambangkan kepemimpinan Katholik sehingga keseluruhannya membentuk angka Alkitab “tujuh”, yang berarti “lengkap” (semuanya). Sepuluh tanduk itu melambangkan peradaban sekarang ini yang berada di bawah penguasa sipil; kepala-kepala melambangkan seluruh dunia Kristen.
Nubuatan ini menggambarkan seluruh peradaban yang telah keluar melalui empat kerajaan dunia itu oleh runtuhnya Romawi. Tetapi ia itu tidak mungkin meliputi juga bangsa-bangsa dan umat-umat yang lainnya, sebab pembentukan binatang itu hanya terdiri dari Babil, Medo-Persia, Gerika, dan Romawi, seperti yang dijelaskan terdahulu. Kalau saja jumlah angka tanduk-tanduk itu adalah “tujuh”, maka ia itu akan mempunyai arti Alkitab (semuanya), tetapi karena jumlah angka “sepuluh” yang dipakai, maka semua yang lainnya dikecualikan.
Tetapi bangsa-bangsa dan umat yang dikecualikan oleh lambang “sepuluh” itu, dan juga oleh komposisi pembentukan binatang itu adalah tidak sama sekali ditinggalkan; karena tercabutnya tiga tanduk yang terdapat pada binatang Daniel 7 : 8 itu meninggalkan suatu keseimbangan jumlah angka Alkitab “tujuh”. Jadi demikianlah jatuhnya tiga orang raja, yaitu Heruli, Ostrogoth, dan Vandals memberi pertanda bagi adanya hubungan erat yang ada sekarang di seluruh dunia melalui hasil-hasil ciptaan modern. Oleh sebab itu pengaruh dari peradaban barat, baik sipil maupun agama (yang dilambangkan oleh simbol-simbol itu, — yaitu tanduk-tanduk dan kepala-kepala), adalah meliputi seluruh peradaban yang ada sekarang. Demikianlah nubuatan simbolis ini telah menemui kegenapannya.
Nubuatan Wahyu 13 : 3 yang mengatakan : “Maka dunia heran akan binatang itu”, mengungkapkan suatu kemurtadan yang luas. Angka Alkitab “tujuh” meliputi segala perkara dilambangkan oleh kepala-kepala itu (yang mengendarai binatang itu dan dikepalai oleh Iblis). Perhatikan, nama hojat itu terdapat di atas semua kepala, — yaitu lambang-lambang dari pemimpin-pemimpin agama yang tidak setia, yang berpura-pura menirukan kepribadian atau kekuasaan Allah, di bawah selubung jubah kekristenan. Maksud dari Setan yang menyeluruh ialah untuk menyesatkan seluruh dunia. Ucapan yang dikeluarkan oleh Kristus adalah benar, bahwa ia (Setan) akan mencoba untuk “menyesatkan juga orang-orang pilihan itu (mereka yang 144.000 itu) sekiranya mungkin.” Roh Nubuatan dalam membicarakan firman ini mengatakan : “Penyembahan Iblis ini telah diungkapkan kepadanya (Yahya), maka ini tampak kepadanya seolah-olah seluruh dunia sedang berdiri di tepi jurang kehancuran. Tetapi sementara ia memandang dengan penuh perhatian, ia melihat rombongan umat Allah pemelihara hukum itu.” Testimonies, jilid 6, halaman 15.
Janganlah kita heran jika kita akan melihat, bahwa sampai hari ini kita belum dapat mengerti sepenuhnya arti yang sebenarnya dari proses penyembuhan itu. Kita mengulangi definisi dari kata-kata kerja itu yang terdapat dalam past tense (masa yang sudah lampau) sebagai berikut : “bagaikan ia itu terluka parah; tetapi luka parahnya itu sudah sembuh, maka seluruh dunia heran akan binatang itu.” Terbukti bahwa Ilham meramalkan bahwa ia itu tidak akan sepenuhnya dipahami sebelum ramalan samawi itu digenapi. Roh Nubuatan menyaksikan akan hal ini dengan mengatakan : “Tanda dari binatang itu akan jadi benar-benar tepat sesuai dengan yang telah diberitakan. Belum semua yang berkenan dengan masalah ini dapat dimengerti, dan juga tidak ia itu dapat dipahami sampai kelak gulungan suratnya terbuka.” Testimonies, jilid 6, halaman 17. Jika gulungan surat itu sudah mulai terbuka, maka hanya pada saat itulah dapat kita harapkan kebenaran yang mengungkapkan firman.
Diasingkannya Paus Pius VI dalam tahun 1798, dan kematiannya di Valence, Prancis, pada tanggal 19 Agustus 1799, bukanlah yang menimbulkan luka itu. Juga bukan kematian salah seorang paus baik sebelumnya ataupun sesudah itu yang telah menimbulkan luka parah itu. Ia itu hanya menggenapi Wahyu 13 : 10 yang berbunyi: “Barangsiapa yang membawa orang ke dalam tawanan ia sendiri akan masuk ke dalam tawanan.” Juga periode nubuatan 1260 tahun yang panjang dari Daniel 7 : 25. Juga bukanlah pengangkatan seorang paus yang lain yang menyembuhkan luka itu. Itu hanyalah suatu pertanda dari hal pukulan yang mematikan yang sedang diselesaikan. Demikian pula halnya dengan pengembalian kekuasaan sipil kepada paus dalam tahun 1929 bukanlah hal ini yang menyembuhkan luka parah itu, melainkan hanya merupakan suatu pertanda, bahwa ia itu telah sembuh.
Perhatikan dengan seksama, bahwa luka yang mematikan itu bukan ditimbulkan oleh salah sebuah dari sepuluh tanduk itu (seperti halnya tanduk kecil dari Daniel 7 : 8, setelah mana tiga tanduk lainnya telah tercabut). Jika salah satu dari sepuluh tanduk itu telah menimbulkan luka itu, maka ini menunjukkan bahwa itu dilakukan oleh sesuatu penguasa sipil (dengan demikian Jenderal Berthier dapat disebut sebagai orang yang melakukan pukulan itu). Tetapi karena tanduk-tanduk itu tidak ada hubungannya dengan kepala, maka terbukti bahwa penyebabnya itu berasal dari dalam kepala itu sendiri; maka sebab itu Luther adalah satu-satunya orang yang dapat disebut sebagai yang melakukan pukulan itu.
Pengasingan terhadap paus dalam tahun 1798 itu hanya merupakan suatu tanda mengenai segi kenyataan dari luka itu, yang menunjukkan bahwa pukulan itu memang sudah dilakukan, tetapi segi kerohanian dari kebenarannya sama sekali telah dilalaikan. Kalau saja kepala itu tidak mendapat luka parah oleh Luther, paus tidak akan mungkin dapat dimasukkan ke dalam penjara oleh Berthier, ataupun oleh seseorang jenderal yang lain, sebab sebelum pedang diparangkan kepadanya, paus masih memerintah dengan kuasa penuh. Tetapi pukulan Luther itu telah melemahkan kekuasaannya, lalu demikianlah pukulan terus menerus itu mulai melukai “kepala” itu. Luka kesakitan ini terus berlangsung sampai tahun 1870, setelah pada akhirnya kekuasaan sementara paus itu diambil daripadanya. Itulah yang merupakan luka yang terakhir pada “kepala” itu, dan itu menunjukkan bahwa ia telah dibiarkan sampai sembuh sendiri “lukanya yang parah” itu. Pendapat yang ditulis oleh Uriah Smith di dalam buku “Daniel and Revelation” sejauh yang menyangkut kenyataannya adalah benar.
Terpilihnya seorang paus yang baru (segi kenyataan) memberikan pertanda bahwa luka parahnya itu akan kelak sembuh kembali. Yang amat menarik perhatian kita ialah segi kerohanian dari pelajaran ini yang secara singkat akan kami kemukakan pada kesempatan ini. Alasan nubuatan ini dibawa kepada perhatian kita di dalam pasal ini ialah untuk mengungkapkan kebenaran dari hal kepala yang kena luka parah itu. Perhatikan bahwa binatang itu memiliki “tujuh” kepalanya; yang “satu” kena luka, tetapi “enam” lainnya tidak. Kepala yang kena luka itu sedang diinterpretasikan sebagai kepemimpinan kepausan yang dilukai oleh “Martin Luther”. Pukulan itu dilakukan oleh ajaran Alkitab yang benar yang diajarkan oleh Luther, yang hasilnya adalah munculnya Protestantisme ke atas pentas menentang “kepala” itu. Inilah yang telah menimbulkan “luka” itu. Ucapan ini adalah benar, maka selama Protestantisme tetap setia kepada prinsip-prinsip Alkitab, dan kepala itu masih ada, maka luka parah itu akan tetap menganga terbuka. Tetapi jika Protestantisme menyimpang dari kewajiban-kewajiban mereka yaitu “Alkitab, dan hanya Alkitab saja”, atau menolak terang baru, maka luka parah itu akan sembuh, dan dunia akan heran akan binatang itu (murtad).
Kepala yang terluka itu sesungguhnya tidak banyak terganggu, sebab seorang paus sudah mati, tetapi ia itu tidak akan senantiasa begitu selama seorang paus yang lain lagi masih dapat mengisi lowongannya. Satu-satunya perkara yang mengecewakan kepala itu dan mengganggu binatang itu ialah Protestantisme yang benar. Iblis mengetahuinya dan kepala itu juga mengetahuinya, tetapi umat Allah telah membiarkan ular naga yang tua itu menutup mata mereka dengan kain wool. Bangkitlah, hai Saudaraku, bangkitlah, hai Saudariku! Janganlah membiarkan musuh yang licik itu menipu kamu dari mahkota kehidupan pada jam kesebelas sekarang ini.
Apakah kematian paus itu jauh lebih penting daripada kelahiran faham Protestantisme? Apakah pengasingan paus itu adalah lebih besar terhormat daripada pengasingan diri di Wartburg Castle? Apakah Berthier itu seorang pahlawan yang lebih besar karena ia telah menutup pintu-pintu penjara dengan balok-balok daripada biarawan yang sederhana itu yang telah membukanya untuk memasukkan ke dalamnya paus yang pernah diagungkan itu? Bukankah keteguhan tabiat dan kestabilan tujuan disertai iman kepada Allah dalam utusan sorga yang telah memungkinkan semuanya ini? Jika Luther adalah yang terbesar, dan tindakannya adalah jauh lebih mulia, maka mengapakah Ilham menuliskan sebuah nubuatan bagi pengasingan dan kematian dari paus, dan bukan bagi tindakan Luther itu?
Mengapakah Ilham mencatat mengenai diambilnya ataupun dikembalikannya kekuasaan paus yang sementara, dan bukan mengenai perolehan kembali Alkitab, dan tersingkirnya kegelapan? Bukankah Allah sendiri yang oleh perantaraan tangan Luther telah membuka pintu-pintu kegelapan, lalu membuat terang bercahaya atas Firman tertulis-Nya? Bukankah karena iman dan usaha dari utusan sorga ini yang telah mengakhiri aniaya yang bengis dan pertumpahan darah orang-orang suci dari Dia Yang Maha Tinggi? Satu-satunya jawaban yang benar kepada semua pertanyaan yang banyak ini ialah : Pukulan Luther telah menimbulkan luka pada kepala binatang itu, maka hanya faham Protestantisme yang benar dapat mempertahankan luka itu menganga terbuka.
Dalam tahun 1844 pada waktu pemberitahuan dibuat mengenai runtuhnya Babil modern oleh menghotbahkan pekabaran malaikat yang kedua dari Wahyu 14 : 8, maka luka itu sudah akan sembuh, sebab Babil sudah runtuh, dan sudah akan mulai digenapi kata-kata yang berbunyi, — “dan seluruh dunia heran akan binatang itu”. Tetapi “orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh” telah datang naik ke pentas dan dinyatakan sebagai satu-satunya umat Protestan semenjak dari waktu itu, yang sedemikian itu telah mempertahankan duri di dalam luka parah itu. Memang demikianlah halnya, maka selama orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh (sebagai sebuah badan) masih tetap setia kepada prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran yang telah membangun pergerakan yang besar ini, maka luka itu tak akan mungkin dapat sembuh, juga tak akan mungkin dapat dikatakan “seluruh dunia heran akan binatang itu.”
Karena kita telah menyimpang meninggalkan landasan-landasan, — yaitu kepatuhan yang teguh kepada Firman Allah, oleh mana hanya dapat kita memeliharakan perintah-perintah-Nya sebagai orang-orang Advent yang benar, — maka kita telah meninggalkan landasan ilahi, lalu heran akan binatang itu. Jika luka binatang itu sembuh, maka kita sebagai suatu umat, telah ikut serta dengan roh binatang itu (dunia). Sebagaimana pengasingan terhadap paus telah merupakan suatu pertanda mengenai luka yang telah dibuat, maka demikian pula pemberian kekuasaan sipil kepada paus dalam tahun 1929 adalah suatu pertanda faham Protestantisme yang benar telah kehilangan kuasanya, dan demikianlah dunia heran akan binatang itu.
Kemurtadan yang menyeluruh ini yang dikepalai oleh pemimpin-pemimpin agama yang telah menyesatkan dirinya sendiri ini, tidak mungkin jadi sesudah pembersihan sidang Allah, karena masa itu adalah suatu masa penuaian dalam mana orang-orang Kapir dari Yesaya 60 akan bertobat kembali kepada sidang. Berbicara mengenai masa penuaian yang gilang-gemilang itu nabi Yesaya mengatakan : “Maka kesombongan orang akan ditundukkan dan keangkuhan manusia akan direndahkan; maka hanya Tuhan sendiri yang akan ditinggikan pada hari itu.” Yesaya 2 : 17. Sidang Allah akan ditinggikan seperti yang dinubuatkan baik oleh Yesaya pasal 2, maupun oleh Mikha pasal 4. Oleh sebab itu masa penuaian tidak mungkin merupakan masa kemurtadan bagi sidang Allah. Jika itu merupakan masa kemurtadan, maka Allah tidak akan lagi mempunyai sidang di bumi ini.
Nabi Yesaya menunjuk kepada masa kegelapan rohani ini, ia mengatakan : “Maka pada hari itu tujuh orang perempuan akan berpegang pada seorang laki-laki sambil mengatakan, Kami akan makan roti kami sendiri, dan memakai pakaian kami sendiri; hanya biarkanlah nama kami dipanggil dengan nama-Mu, untuk menyingkirkan kecelaan kami.” Adalah suatu kenyataan yang tak dapat dibantah bahwa orang-orang perempuan yang dibicarakan di sini adalah melambangkan sidang-sidang. Angka Alkitab “tujuh” telah digunakan sebagai simbol yang berarti “semua”. Oleh sebab itu simbol ini tidak mengecualikan satu sidang pun, melainkan dimaksudkan kepada “semua”. Roh Nubuatan menyaksikan hal ini dengan mengatakan angka “tujuh” menunjukkan kelengkapan. Acts of the Apostles, halaman 585. Dengan sendirinya akan meliputi juga Masehi Advent Hari Ketujuh di dalamnya, sebab jika tidak itu belum meliputi “semuanya”. Sementara wanita-wanita ini terus menolak petunjuk-petunjuk dari Kristus melalui Firman-Nya dan pembenaran-Nya yang dilambangkan oleh roti dan pakaian, maka mereka ingin untuk dipanggil saja nama mereka dengan nama-Nya (orang-orang Kristen), tetapi sementara dunia berada di tepi jurang kebinasaan, maka Allah segera bangkit bekerja, dan menertibkan segala perkara, seperti diramalkan dalam ayat yang kedua.
“Pada hari itu Tunas Tuhan akan kelak menjadi indah dan mulia, dan hasil tanah akan menjadi indah dan menarik bagi mereka yang telah luput dari Israel.” Yesaya 4 : 2. Perhatikan, bahwa janji yang mulia ini adalah bagi mereka yang luput (Israel — 144.000). Ini tidak menunjuk kepada orang-orang di dunia, melainkan kepada mereka di dalam sidang Allah, sebab ayat tiga mengatakan : “Orang yang lagi tinggal di Sion, dan orang yang ketinggalan di Yerusalem, akan disebut suci“. Ayat empat memberikan kepada kita waktunya yang lebih pasti, bahwa itulah masa pembersihan dari sidang-Nya, karena dikatakan : “Apabila Tuhan sudah membasuhkan anak-anak perempuan Sion daripada kotornya, dan sudah membuang segala hutang darah orang isi Yerusalem dari tengah-tengahnya oleh Roh hukum dan oleh Roh pembakaran.”
Sementara dunia heran akan binatang itu, maka Allah mempunyai 144.000 orang-Nya yang “tidak menyembah sujud kepada Dewa-Dewa.” Walaupun mereka itu tampaknya sesat tanpa seorang gembalapun, lengan dari Yang Maha Kuasa tetap mengawasi mereka. Dalam ucapan yang dikutip terdahulu dari buku Testimonies, jilid 6, halaman 15, berbicara mengenai kemurtadan hebat yang merajalela di mana-mana pada waktu ini, (dalam arti bahwa dunia telah heran mengagumi binatang itu) mengatakan : “Tetapi sementara dia (Yahya) memandang dengan penuh perhatian, maka ia melihat rombongan umat Allah pemelihara hukum itu (mereka yang 144.000 itu). Mereka itu memiliki pada dahi mereka meterai dari Allah yang hidup, dan iman dari Yesus ……. Maka aku dengar suatu suara dari langit mengatakan kepadaku, Tuliskanlah, Berbahagialah segala orang yang mati dalam Tuhan semenjak sekarang.” Perhatikan bahwa sesudah pemeteraian mereka yang 144.000 itu akan ada sebagian orang yang mati dalam Tuhan (selamat), karena firman mengatakan “semenjak dari sekarang”, berarti semenjak dari saat rombongan ini dimeteraikan.
Mereka yang 144.000 itu adalah orang-orang suci yang hidup, yang akan diobahkan tanpa merasai kematian. “Tuhan telah mengunci mereka di dalam. Tujuan mereka telah ditulis — yaitu ALLAH, YERUSALEM BARU.” Testimonies to Ministers, halaman 446. Oleh sebab itu, mereka yang mati “dalam Tuhan” itu harus berasal dari orang-orang yang selamat, setelah pemisahan itu (dalam masa penuaian) yang mana Yesaya 52 : 1 dan Zefanya 3 : 13 akan digenapi. Mereka yang mati pada waktu itu adalah mungkin orang-orang yang tidak kuat bertahan menghadapi penderitaan sementara hukuman-hukuman Allah dicurahkan ke atas negeri itu dalam masa bela-bela yang akan datang. Sementara Allah membersihkan jalan menghadapi tujuh bela yang terakhir itu dengan cara menaruh sebagian umat-Nya tidur di dalam kubur, Ia juga telah berbuat yang sama menghadapi peristiwa itu yang akan jadi dalam tahun 1931 (jika saja tanggal itu benar). Karena kita baca di dalam Yesaya 57 : 1 : “Orang benar itu binasa, dan tak seorangpun yang memperhatikannya; dan orang-orang saleh diambil pergi, dan tak seorangpun memikirkan bahwa orang-orang benar itu diambil pergi dari kejahatan yang akan datang.”
Kembali kami mengundang perhatian anda kepada past dan future tense dari firman itu; sementara Wahyu 14 : 13 terdapat dalam future tense. Karena ini adalah kebenaran sekarang, adalah mudah untuk dilihat bahwa kita pada waktu sekarang, berdiri di antara kedua ayat Injil ini. Peristiwa yang diramalkan bagi penyucian sidang Allah sama sekali bukanlah suatu peristiwa kecil. Orang-orang yang tidak mampu mengalami cobaan akan ditaruh di dalam kubur, tetapi sebaliknya mereka yang 144.000 itu tetap dan akan meloloskan diri, tetapi sebagian besar di dalam sidang (sekarang) akan binasa di dalam kehancuran itu. Kiranya Allah membantu umat-Nya.
Kepada nabi Yesaya, kemurtadan besar ini yang telah dibina oleh pemimpin-pemimpin rohani yang buta, telah diungkapkan, yang digambarkannya dalam kata-kata firman berikut ini : “Maka Ia melihat bahwa tidak ada seorang pun yang tampil, dan Ia tertegun bahwa tidak ada seorangpun pembela; oleh sebab itu lengan-Nya sendiri yang membawa keselamatan bagi-Nya; dan kebenaran-Nya sendiri yang menunjang Dia.” Yesaya 59 : 16. “Lalu Kupandang, maka tak seorangpun yang akan membantu; lalu Aku tertegun karena tidak seorangpun yang akan menolong; oleh sebab itu lengan-Ku sendiri yang membawa keselamatan kepada-Ku, dan kehangatan murka-Ku, itulah yang membantu-Ku.” Yesaya 63 : 5. Mikah, sambil memandang jauh ke depan kepada kesesatan yang menyeluruh ini, mengatakan : “Jangan lagi percaya kepada sahabat, jangan lagi menaruh harap kepada petunjuk jalan.” Mikah 7 : 5.
Belum pernah diberikan sedemikian limpahnya terang terhadap sesuatu peristiwa nubuatan sejak permulaan dunia, seperti yang Tuhan sudah berikan terhadap masalah yang penting ini yang telah dikemukakan di dalam buku ini (pemeteraian mereka yang 144.000 itu, dan pembantaian di dalam sidang yang berkaitan dengan penuaian, walaupun belum semuanya diterbitkan). Oleh sebab itu, umat ini tidak akan dibiarkan dan dimaafkan. Barangsiapa yang lalai mempersiapkan dirinya dengan seperlunya untuk menghadapi peristiwa yang sangat penting ini akan melibatkan dirinya dalam dosa yang tidak dapat diampuni. Kepada orang yang sedemikian ini hari itu kelak akan merupakan hari yang mengerikan. “Oleh sebab itu Aku akan berbuat kepadamu demikian, hai Israel; maka sebab Aku akan berbuat kepadamu sedemikian ini, bersedialah kamu untuk menjumpai Allahmu, hai Israel.” Amos 4 : 12.
“Jagalah, jagalah; kenakanlah kuatmu, hai Sion, kenakanlah pakaian-pakaian perhiasanmu, hai Yerusalem, ……. Kebaskanlah dirimu dari habu; bangkitlah, dan duduklah ….. lepaskanlah dirimu dari ikatan rantai yang membelenggu lehermu, hai puteri Sion yang tertawan.” Yesaya 52 : 1, 2.
Adalah cukup menyenangkan untuk diperhatikan betapa tepatnya Allah telah menggambarkan dunia kita ini dalam berbagai simbol. Sementara enam kepala Protestan dan satu kepala Katholik membentuk angka Alkitab “tujuh”, yang berarti seluruh dunia Kristen, maka Allah memiliki juga nubuatan yang sama yang dikuatkan oleh nabi Yeheskiel, dan telah dibawakan oleh para reformator semenjak dari zaman Luther; yaitu, Luther, Knox, Wesley, Campbell, Miller, dan Nyonya White. Mereka yang setia ini telah berkorban dalam semua usahanya untuk membawa kembali sidang Allah kepada standard kesuciannya. Tetapi sebagaimana musuh yang licik itu telah berhasil menjatuhkan yang pertama, maka ia terus maju menggunakan metoda yang sama kepada yang berikutnya sampai kepada yang terakhir. Enam tokoh reformator yang besar ini yang berdiri pada pihak Protestan telah mendirikan enam organisasi gereja yang besar itu yang telah dilambangkan oleh enam kepala binatang, dan gereja Katholik (induk dari faham Protestantisme), kepala yang ketujuh, dengan demikian meliputi semua dunia Kristen dalam keadaannya yang tercemar. Karena alasan inilah Ilham memberikan angka Alkitab “tujuh”. (Lihat nubuatan Yeheskiel pada BAB V). Kita juga memiliki “tujuh” sidang dari Wahyu pasal 2, dan 3, yang dimulai dengan sidang Epesus, dan seterusnya sepanjang zaman sampai kepada sejarah kita (orang-orang Laodikea). Angka Alkitab “tujuh” ini adalah meliputi seluruh sejarah gereja dalam masa periode contoh saingan sampai kepada masa pemisahan lalang-lalang dari gandum, seperti yang diramalkan oleh Kristus di dalam Matius 13 : 30. Angka “tujuh” telah digunakan untuk menunjukkan keseluruhan, atau akhir ajal dari semua lalang. Lihat gambar bagan pada judul paragraf “Wasiat Lama (Bagian Kedua)” di Bagan Ringkasan (setelah bab ini).
Walaupun kemurtadan besar dan hojat yang sedemikian ini telah mengikat dunia, sidang Allah, yaitu mereka yang berjumlah 144.000 itu tersebar di seluruh panjang dan lebar bumi tanpa seorang gembalapun, mereka tidak menyembah sujud kepada Dewa-Dewa. Sementara orang-orang Laodikea tergoncang keluar (diludahkan) oleh kebinasaan itu. Allah mengembalakan sendiri kawanan domba-Nya. Demikianlah, sidang dan pekabaran itu akan berhasil sampai kepada kemenangan. Lihatlah Testimonies, jilid 6, halaman 427; Testimonies to Ministers, halaman 300.
Sementara periode 430 tahun itu yang berkaitan dengan Israel di Mesir, dan 430 tahun dari Yeheskiei 4 : 5, 6 berjalan sejajar dalam sejarah kita, maka gambaran bagan ini (Luka Parahnya telah Sembuh) menunjukkan bahwa yang satu saling melengkapi yang lainnya. Karena empat puluh hari (tahun), di mana Yeheskiel harus berpuasa sambil berbaring pada sisinya sebelah kanan menunjukkan suatu kelaparan rohani (seperti yang dijelaskan pada judul paragraf “40 Hari Itu Dan Apa Yang Terjadi Selama Itu” dan gambar bagan pada akhir dari Bab V) dimulai dalam tahun 1890, dan berakhir dalam tahun 1929. Pemakaiannya membuktikan benar melalui peristiwa yang jadi pada tanggal 11 Pebruari 1929 (sembuhnya luka itu), ini merupakan tanda bahwa periode nubuatan itu telah berakhir. Inipun terbukti oleh kebenaran yang telah datang, karena pada akhir dari empat puluh hari itu Yeheskiel akan bangun, dan makan, dan bebaslah dia. Kalau saja empat puluh tahun nubuatan itu belum berakhir, maka kita belum dapat memperoleh kebenaran ini seperti yang diterbitkan di dalam buku ini. Tetapi kenyataannya membuktikan bahwa kebenaran itu telah datang. Oleh sebab itu dengan mengurangi empat puluh tahun nubuatan dari tahun 1930, maka kita akan mendapatkan tahun 1890, yaitu tahun di mana sidang mulai merosot jatuh. Lihat gambar bagan diatas.
283 total, 1 views today